• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Daya Saing Daerah

Dalam dokumen RKPD Tahun 2015 rkpd 2015 full fix (Halaman 52-57)

Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Semarang Tahun 2012-

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah

di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.

2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Kemampuan ekonomi suatu daerah antara lain dapat terlihat dari perkembangan produktivitas sektor-sektor pembentuk PDRB. Kemampuan ekonomi Kota Semarang di 2 tahun terakhir ini yang tertinggi adalah pada sektor lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu Rp. 7.522.659,90(juta) atau porsi 31,09% di tahun 2013. Disusul sektor usaha Industri Pengolahan sebesar 26,58% atau sebesar Rp. 6.432.298,02.

Tabel 2.32

PDRB Atas Dasar Harga Konstan th 2012-2013 (dalam jutaan)

No Lapangan Usaha 2012 *)

(dalam jutaan) %

2013 **)

(dalam jutaan) % 1. Pertanian 246.649,51 1,02 248.028,30 0,97 2. Pertambangan dan Penggalian 33.799,64 0,14 34.222,00 0,13 3. Industri dan Pengolahan 6.432.298,02 26,58 6.750.992,29 26,36 4. Listrik Gas, dan Air Bersih 294.792,96 1,22 305.343,85 1,19

5. Bangunan 3.747.765,85 15,49 3.986.401,22 15,57

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7.522.659,90 31,09 8.015.473,75 31,30

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.314.801,61 9,57 2.440.468,17 9,53 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

661.403,13 2,73 702.266,69 2,74

9. Jasa-jasa 2.942.317,15 12,16 3.125.332,87 12,20

Jumlah 24.196.487,78 100 25.608.529,15 100

*) Sumber PDRB Kota Semarang Th. 2012, BPS Kota Semarang

**) Data belum rilis/ asumsi prediksi Bappeda/ Angka sangat sementara

Secara tren dalam lima tahun terakhir sektor lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami pertumbuhan dan selalu mencapai porsi diatas 30% dari keseluruhan sektor lapangan usaha.

2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Ketersediaan fasillitas wilayah/infrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air bersih, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam meningkatkan daya saing daerah.

a. Aksesbilitas Daerah

Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Ketersediaan sarana yang memadai dalam mendukung aksesibilitas daerah di Kota Semarang antara lain:

 Sarana jalan di Kota Semarang terdiri dari Jalan Nasional, Provinsi dan Pemerintah Kota dengan panjang total sepanjang 2.690,00 km dengan rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan sebesar 0,17% serta rasio kondisi jalan baik mencapai di atas 53%.

 Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang

domestik antar pulau juga dapat melayani penumpang internasional pada tahun 2012 jumlah kedatangan penumpang dari pintu domestik mencapai 1.366.938 penumpang meningkat dari tahun 2011 sebesar 1.212.191 penumpang

sedangkan dari sektor keberangkatan mencapai 1.425.328 penumpang meningkat dibanding tahun 2011 lau yang sejumlah 1.188.853 penumpang. Sedangkan jika dilihat dari pintu kedatangan internasional mencapai 59.335 penumpang, meningkat dibandingkan tahun 2011 lalu yaitu sebanyak 15.201 penumpang, begitu juga yang melalui pintu keberangkatan internasional meningkat dari 17.055 penumpang di tahun 2011 menjadi 56.738 penumpang di tahun 2012.

 Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara untuk

melayani penumpang kapal antar Provinsi, namun demikian beberapa kapal pesiar internasional juga dapat singgah dipelabuhan ini. Selain itu pelabuhan Tanjng Emas juga untuk melayani angkutan barang yaitu dengan adanya Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun internasional.

Pada tahun 2012 jumlah kunjungan kapal untuk pelayaran nusantara mencapai 871 kapal, untuk pelayaran rakyat mencapai 575 kapal, untuk pelayaran khusus (non pelayaran) sejumlah 141 kapal, untuk pelayaran luar negri mencapai sebesar 716 kapal.

 Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan antar Provinsi. Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu: Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal penumpang B di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B penggaron di kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen, di kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di Kelurahan Tanjung Mas kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan Tembalang.

 Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun Poncol.

b. Penataan Wilayah

Penataan wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40% yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah. Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah sebagai berikut:Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran, Kawasan Industri, Kawasan Olahraga, Kawasan Wisata /Rekreasi, Kawasan Perumahan dan Permukiman, Kawasan Pemakaman Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota banyak timbul pusat-pusat kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/ jasa dan tumbuhnya kawasan-kawasan permukiman daerah pinggiran kota.

c. Ketersediaan air bersih

Jumlah pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2012 tercatat 42,159 juta M3. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 5,69%. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak 34,746 juta M3 atau sekitar 82,42% dari seluruh pemakaian air minum. Kalau dilihat dari jumlah pelanggan / sambungan, mengalami peningkatan sebesar 1,96% dari tahun sebelumnya

Untuk pelayanan dan persebaran fasilitas pemenuhan air bersih dan sanitasi melalui pembagunan deep well/ sumur dalam meningkat dari 16 unit menjadi 41 unit di tahun 2012, dan untuk Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana (SIPAS) masih terus dijaga. Hal ini selain mempermudah warga masyarakat Semarang dalam mendapatkan air bersih juga secara otomatis dapat menurunkan angka penggunaan air bawah tanah (ABT) sebagai salah satu bentuk pelestarian lingkungan.

d. Fasilitas Listrik, Telepon dan Air

Fasilitas Listrik di Kota Semarang dilayani oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), pada tahun 2012 daya listrik tersambung untuk semua golongan tarif sebesar 1.040.764.115 KWh. Dari jumlah total pelanggan listrik, jumlah pelanggan dengan golongan tarif Rumah Tangga (R) menempati urutas teratas dalam pemakaian yaitu 356.787 pelanggan diikuti golongan tarif Usaha (U)+U/Khusus + Industri Kotel (Ih) sebanyak 41.356 pelanggan. Untuk golongan tarif Industri (I) meski jumlah pelanggannya tergolong paling kecil yaitu hanya sebesar 1.004 pelanggan namun menghabiskan 68.305.204 Kwh terjual. Hal ini menunjukkan pergerakan industri di Kota Semarang relatif tinggi. Salah satu indikator dari kinerja PLN adalah banyaknya laporan gangguan listrik sebagai bagian dari pelayanan masyarakat. Selama tahun 2012, sebanyak 1.144 laporan gangguan untuk berbagai jenis gangguan. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2012, dimana tercatat 1.840 laporan gangguan, maka mengalami penurunan sekitar 37,83 %.

Untuk fasilitas telepon seiring dengan perkembangan teknologi untuk jaringan tetap (jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ, dan tertutup) mengalami kecenderungan menurun. Tetapi untuk jaringan bergerak yakni satelit dan telepon seluler mengalami perkembangan cukup pesat. Jangkauan komunikasi saat ini tidak menjadi suatu permasalahan, melalui layanan jaringan bergerak yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jaringan telepon antara lain Telkom, Indosat, XL, dan lain-lain pelanggan dapat secara cepat dapat menggunakannya.

e. Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Kota Semarang sebagai Kota Perdagangan dan jasa, dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas hotel, penginapan, restoran/rumah makan, pasar modern dan pasar tradisional. Sampai dengan tahun 2013 jumlah fasilitas perdagangan dan jasa mengalami peningkatan, jumlah restoran/rumah makan/kedai sebanyak 387 buah.

Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang pada tahun 2013 mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel sebanyak 12 buah, Restoran/rumah makan sebanyak 86 buah dan tempat hiburan sebanyak 37 buah. Jumlah hotel berbintang sebanyak 46 buah, hotel non bintang 82 buah, pasar tradisional sebanyak 50 buah, pasar lokal sebanyak 23 buah. Disamping itu juga terdapat fasilitas pendidikan, tempat wisata alam dan wisata religus. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memilki daya tarik bagi investor untuk investasi dan para wisatawan baik domestik maupun manca negara untuk berkunjung di Kota Semarang.

2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antara lain kondisi keamanan dan ketertiban wilayah serta kemudahan proses perijinan.

a. Keamanan dan Ketertiban

Kondisi keamanan dan ketertiban Kota Semarang relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu

keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur Pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya.

Pada tahun 2013 jumlah anggota Linmas yang telah terdaftar dan memiliki KTA (Kartu Tanda Anggota) adalah sebanyak 7.404 orang, meningkat dibandingkan tahun 2012 sebanyak 6.667 orang. Sedangkan sampai dengan tahun 2013, Ormas yang terdaftar di Pemerintah Kota Semarang sebanyak 180 organisasi. Sedangkan untuk stabilitas bidang sosial politik juga dipengaruh oleh aktivitas kelompok masyarakat. Untuk menjalankan fungsi Linmas sebagai garda terdepan pelayanan dan pintu awal informasi bidang keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di setiap RT/RW telah berdiri Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang dioperasionalkan dengan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) sebanyak 3.065 unit

b. Kemudahan Perijinan

Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu, melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang. Penyelesaian ijin usaha bagi investor dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan publik. Kondisi iklim usaha Kota Semarang pada tahun 2013 sangat kondusif sehingga berpengaruh secara langsung pada perkembangan penanaman modal. Hal ini dapat ditunjukkan pada perkembangan jumlah permohonan perijinan pada tahun 2012 sampai tahun 2013.

Tabel 2.33

Jumlah Permohonan Ijin di Kota Semarang Tahun 2012-2013

NO INDIKATOR SATUAN 2012 2013

1 Jumlah permohonan penanaman modal

 penanaman modal asing (PMA) Permohonan 43 33

 penanaman modal dalam negeri (PMDN) Permohonan 19 804  Investasi lainnya (Non PMA/PMDN) Permohonan 3.520 2.722

Sumber: Data Olahan BPPT Kota Semarang, LKPJ Th. 2013

c. Pengenaan Pajak

Pengenaan pajak daerah di Kota Semarang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10 Tahun 2007 tentang Biaya Pemungutan Pajak Daerah yang terbagi kedalam 3 kelompok yaitu: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, serta Bagi Hasil Pajak & Bukan Pajak.

Penyumbang terbesar dari Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2013 berasal dari pajak daerah yang sebesar Rp.683.708.489.950- atau sekitar 116,47 prosen dari PAD. Dibandingkan penerimaan pajak daerah tahun 2012 yang sebesar Rp.598.872.260.463,- penerimaan dari pajak daerah tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 14,17 %.

Tabel 2.34

Data Jumlah Wajib Pajak Daerah dan Jumlah Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2012- 2013.

No Obyek Pajak Daerah Jumlah Wajib Pajak Penerimaan

Th.2012 Th.2013 Th.2012 Th.2013 1 PBB 242.304 494.656 161.334.468.066 185.173.747.490 2 Hotel 126 137 37.927.674.833 44.674.905.002 3 Restoran 398 394 39.406.951.705 48.387.960.623 4 Hiburan 125 136 10.416.687.455 12.405.484.804 5 Reklame 8.000 9.000 17.195.403.162 23.040.464.075 6 Penerangan jalan 419.557 462.227 114.180.202.647 137.411.660.918

No Obyek Pajak Daerah Jumlah Wajib Pajak Penerimaan

Th.2012 Th.2013 Th.2012 Th.2013

7 Mineral bukan logam dan batuan 1 1 1.122.774.154 1.367.379.075 8 Parkir 76 76 4.912.611.413 5.658.633.242 9 Sarang walet 64 64 0 0 10 Air Tanah 270 290 4.371.739.057 4.679.097.924 11 BPHTB 22.247 13.618 208.003.747.971 220.909.156.797 Jumlah 693.168 980.599 598.872.260.463 683.708.489.950

Sumber data olahan DPKAD Kota Semarang, LKPJ Tahun 2013

2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk suatu daerah merupakan asset manakala kualitas tenaga kerja yang tersedia sama dengan lapangan kerja yang tersedia. Tingkat ketergantungan penduduk berdasarkan penduduk usia < 15 tahun dan > 64 tahun (usia non produktif) adalah 442.719 jiwa pada tahun 2012 meningkat menjadi 446.190 jiwa pada tahun 2013. Sedangkan jumlah penduduk usia produktif yakni usia 15 – 64 tahun pada tahun 2012 adalah 1.116.479 jiwa meningkat menjadi 1.125.915 jiwa pada tahun 2013. Rasio Ketergantungan Total (perbandingan antara penduduk usia tidak produktif dengan penduduk usia produktif) di Kota Semarang pada tahun 2013 mencapai 39,63%. Hal ini menunjukkan rasio ketergantungan penduduk di Kota Semarang yang masih cukup tinggi. Sedangkan dari sisi kualitas sumber daya manusia, dengan banyaknya perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ketrampilan yang ada, akan mampu menopang kebutuhan pasar.

Dalam dokumen RKPD Tahun 2015 rkpd 2015 full fix (Halaman 52-57)