Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Semarang Tahun 2012-
2.1.3.2. Fokus Pelayanan Urusan Pilihan a Pertanian
Kinerja pelayanan pada urusan pertanian dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan petani (NTP petani), serta peningkatan kuantitas dan kualitas produk hasil pertanian.
Tabel 2.31
Urusan Pertanian Kota Semarang Tahun 2012-2013
INDIKATOR KINERJA 2012 2013
1. NTP (Nilai Tukar Petani) 105,78* 106,73*
2. Jumlah petani 45.100 orang 45.100 orang 3. Jumlah tenaga penyuluh pertanian 27 orang 27 orang 4. Jumlah kelembagaan tani yang
terbina
337 kelompok 323 kelompok
Sumber: Data Olahan D. Pertanian Kota Semarang, LKPJ Th. 2013
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu alat ukur tingkat kesejahteraan petani, dimana petani dikatakan sejahtera jika nilai NTP lebih dari 100. Dibandingkan tahun 2012, NTP tahun 2013 relatif naik sebesar 0,9% yaitu dari 105,78 menjadi 106,73. Kenaikan NTP mengindikasikan bahwa program-program kebijakan pembangunan pertanian yang dilakukan pemerintah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani.
Pada tahun 2013 kapasitas SDM petani menunjukkan kemajuan, dimana terdapat 8 kelompok tani mengalami kenaikan kelas dalam klasifikasi kelompok tani. Adapun jumlah kelompok tani berkurang sebanyak 22 kelompok karena kondisi kelompok yang tidak aktif dan setelah dilakukan penilaian kelas kelompok tani didapati bahwa ke-22 kelompok tersebut sudah tidak memenuhi kriteria sebagai sebuah kelompok tani melainkan sebagai kelompok masyarakat. Berkurangnya jumlah kelompok tani berimplikasi pada berkurangnya jumlah petani yang tergabung dalam
kelompok tani sehingga jumlah penyuluhan dan pendampingan petani tidak memenuhi target yang ditetapkan pada tahun 2013.
Tahun 2013 promosi produk pertanian unggulan meningkat 11%, yaitu dari 9 pameran yang diikuti pada tahun 2012 bertambah menjadi 10 pameran yang diikuti pada tahun 2013. Luas areal lahan sawah yang ditanami padi pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Secara umum sektor pertanian Kota Semarang pada tahun 2013 mengalami penurunan produksi. Dampak perubahan iklim seperti curah hujan yang tinggi dan musim yang tidak menentu dapat mempengaruhi luas panen dan produktivitas tanaman.
b. Kehutanan
Luas lahan kritis di Kota Semarang pada tahun 2013 mengalami peningkatan karena banyaknya kegiatan penambangan (galian C) untuk pembangunan infrastruktur kota yang menyebabkan munculnya lahan kritis baru padahal lahan kritis yang lama belum sepenuhnya terehabilitasi. Rehabilitasi lahan kritis melalui penanaman penghijauan mengalami kenaikan sebesar 3,43%. Selain itu juga luas lahan produktif di dalam hutan untuk meningkatkan fungsi hutan dapat dipertahankan sebesar 1.559,7 ha.
Sedangkan produksi kayu hutan rakyat mengalami penurunan karena populasi tanaman yang siap panen berkurang dan disisi lain masih banyak tanaman yang umurnya belum cukup untuk dipanen.
c. Energi dan Sumberdaya Mineral
Energi dan Sumberdaya Mineral merupakan sektor yang tidak diprioritaskan karena Kota Semarang tidak memiliki sumberdaya mineral (hasil tambang), namun lebih kepada upaya pemulihan lingkungan.. Terdapatnya lokasi penambangan Galian C di Kota Semarang berdampak negatif terhadap keseimbangan alam, untuk itu Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2013 telah menyusun Naskah Akademik Pengelolaan Pengangkutan Galian Tanah (semula Galian C) sebagai kerangka dasar pertimbangan untuk menyusun Rancangan Peraturan Daerah sebagai bentuk kontrol pemulihan lingkungan. Karena peningkatan utamanya terkait permintaan tanah urug dalam rangka kepentingan pembangunan perumahan/ permukiman yang sangat diperlukan. Untuk itu perlu perangkat / regulasi dalam pengendalian tata cara galian tanah.
d. Kelautan dan Perikanan
Kinerja pelayanan pada urusan kelautan dan perikanan sedikit mengalami perbaikan, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain: Jumlah nelayan di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 1.315 orang dan di tahun 2013 sebanyak 1.317 orang; rata-rata pendapatan nelayan mengalami peningkatan sebesar 42,26% pada tahun 2012 sebesar Rp. 924.567,-/kapita/th dan meningkat pada tahun 2013 sebesar Rp. 1.315.300/kapita/th
Produktivitas hasil perikanan di Kota Semarang pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun 2012. Nilai ikan hasil perikanan darat mengalami peningkatan dari Rp. 9.219.094.500,- pada tahun 2012 menjadi Rp. 14.213.700.000,- pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 54,18 %. Sedangkan nilai ikan hasil tangkapan dari laut juga mengalami peningkatan dari Rp. 6.254.421.250,- pada tahun 2012 menjadi Rp. 16.980.161.000,- pada tahun 2013 atau mengalami peningkatan sebesar 271,49%. Dengan Nilai ekspor hasil laut yang meningkat sebesar 107,60% atau menjadi $ 21.938.202,23 pada tahun 2013 dari semula yang sebesar $ 20.389.344,93 di tahun 2012.
e. Kepariwisataan
Kinerja pelayanan urusan kepariwisataan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu jumlah kunjungan wisatawan asing dan domestik dan kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD. Untuk itu peningkatan perekonomian Kota Semarang juga terus didorong dicapai dari sektor pariwisata dengan upaya yang dilakukan pada
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Semarang.
Jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2013 sebanyak 3.157.658. Sedangkan target kunjungan wisatawan tahun 2013 adalah sebanyak 1.944.979 orang yang berarti melebihi target sebesar 62 %. Untuk perkembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata di Kota Semarang pada tahun 2013 mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel sebanyak 12 buah, Restoran/rumah makan sebanyak 86 buah dan tempat hiburan sebanyak 37 buah.
f. Perdagangan
Kinerja pelayanan urusan perdagangan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB dan ekspor bersih perdagangan. Sebagai kota yang perekonomiannya bertumpu pada sektor perdagangan, kontribusi sektor perdagangan pada PDRB Kota Semarang memiliki peranan yang penting terhadap kemajuan perekonomian Kota Semarang.
Untuk Capaian Kinerja pada Program Peningkatan Dan Pengembangan Ekspor Perdagangan Luar Negeri Kota Semarang dapat dilihat data realisasi nilai ekspor komoditi non migas. Dimana pada periode Januari sampai dengan Desember 2013 mencapai US$ 922.000.521,58 sedangkan realisasi tahun 2012 pada periode yang sama nilainya sebesar US$ 1.068.178.816. Dengan demikian bila dibanding pada tahun 2012 nilai perdagangan ekspor Kota Semarang mengalami penurunan realisasi ekspor senilai US$ 146.178.294,42 atau 13,68%.
Sedangkan untuk mengimbangi keberadaan pasar modern dan melindungi pasar tradisional, dikembangkan konsep Pasar Tradisional Modern. Pasar Tradisional Modern yang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Semarang yaitu Pasar Rasamala dan Pasar Tradisional Terpadu Modern Rejomulyo Tahap I. Selain itu Pemerintah Kota Semarang dalam Anggaran tahun 2013 menganggarkan perbaikan dan renovasi sarana prasarana pasar serta penyempurnaan pembangunan pasar lainnya
Secara keseluruhan, sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran) memiliki konstribusi tertinggi dalam pembentukan PDRB Kota Semarang. Jika pada tahun 2012, kontribusinya mencapai 31,09% maka angka sementara pada tahun 2013 ini jumlahnya menjadi 31,30%.
g. Industri
Pembangunan urusan industri diarahkan untuk menumbuh kembangkan industri secara intensif dengan mengutamakan industri/usaha kecil dan menengah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Kinerja makro urusan industri dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kontribusi sektor industri terhadap PDRB dan pertumbuhan industri. Kinerja pelayanan pada urusan industri dapat dilihat dari perkembangan jumlah industri dan jumlah kelompok pengrajin yang ada di Kota Semarang.
Jumlah industri yang ada di Kota Semarang, tahun 2012 sebesar 3.559 unit sedangkan tahun 2013 sebesar 3.589 unit terdapat peningkatan sebesar 0,84% atau 30 unit usaha. Bidang usaha industri baru terdiri dari industri makanan, logam, elektronik, kayu kertas, karoseri, pupuk, sepeda, lem, sabun, bumbu masak mie kering, alat pertanian. Adanya penambahan jenis industri, yaitu industri besar tahun 2012 sebesar 166 unit sedangkan tahun 2013 sebesar 169 unit sehingga meningkat 1,8 % atau 3 unit, industri sedang tahun 2012 sebesar 689 unit sedangkan tahun 2013 sebesar 697 unit sehingga meningkat sebesar 1,16 % atau 8 unit, industri kecil tahun 2012 sebesar 1619 unit sedangkan tahun 2013 sebesar 1.632 unit sehingga meningkat 0,8% atau 13 unit, dan industri kecil non formal tahun 2012 sebesar 1.090 unit sedangkan tahun 2013 sebesar 1.096 unit sehingga meningkat 0,55%