• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1.2 Aspek Teknis

Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan sumberdaya produksi yang digunakan oleh Usaha Tani Empat untuk menghasilkan biji kopi arabika HS basah dan bioetanol, penyediaan input produksi, teknik produksi yang digunakan, dan lokasi usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat.

1. Sumberdaya Produksi.

Sumberdaya yang digunakan dalam memproduksi biji kopi arabika HS basah dibagi kedalam empat bagian antara lain: sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya modal, dan alat serta bahan produksi. Sumberdaya yang pertama adalah sumberdaya manusia (tenaga kerja), merupakan salah satu faktor produksi utama yang ada pada usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat dalam memproduksi biji kopi arabika HS basah dan bioetanol. Tenaga kerja yang dipakai berasal dari tenaga kerja keluarga dan non keluarga.

Tenaga kerja yang berasal dari keluarga adalah pemilik usaha yang merupakan ketua dari Usaha Tani Empat. Sedangkan tenaga kerja non keluarga merupakan tenaga kerja honorer yang berasal dari lingkungan masyarakat sekitar. Rata-rata tenaga kerja non keluarga berumur di atas 20 tahun baik perempuan maupun laki-laki. Tenaga kerja non keluarga yang dibutuhkan untuk mengolah kopi arabika dari kopi gelondongan hingga menjadi biji kopi HS basah adalah sebanyak empat tenaga kerja. Para pekerja yang bekerja untuk mengolah kopi tersebut dibayar dengan upah sebesar Rp 35 000 tiap harinya. Selain tenaga kerja untuk mengolah kopi, Usaha Tani Empat juga membutuhkan dua tenaga kerja lainnya untuk melakukan penyortiran biji kopi arabika HS basah yang telah dijemur selama satu hingga dua hari. Tenaga kerja tersebut dibayar dengan upah sebesar Rp 20 000 per kwintalnya.

Sumberdaya yang kedua adalah sumberdaya alam. Sumberdaya alam yang digunakan oleh Usaha Tani Empat dalam memproduksi biji kopi arabika HS basah adalah sumberdaya lahan dan air. Usaha Tani Empat memanfaatkan bangunan yang telah dibangun oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Jawa Timur sebagai lokasi unit pengolahan kopi arabika untuk memproduksi biji

58

kopi arabika HS basah. Bangunan tersebut didirikan di atas lahan dengan luas 55 m2. Lahan yang digunakan untuk mendirikan bangunan tersebut merupakan lahan milik pribadi dengan harga lahan Rp 150 000 per m2.

Selain sumberdaya lahan, Usaha Tani Empat juga memerlukan sumberdaya air dalam memproduksi biji kopi arabika HS basah. Pada tahun 2013 Bank Indonesia telah memberikan bantuan berupa pipa senilai Rp 300 000 000 untuk menyalurkan air dari Gunungan Raung menuju unit-unit pengolahan kopi dan pemukiman warga yang ada di Desa Sukorejo. Bantuan tersebut bersifat hibah, sehingga unit pengolahan kopi dan warga di Desa Sukorejo tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana hibah tersebut. Bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk meningkatkan produksi kopi arabika yang dihasilkan oleh kelompok pekebun kopi di Desa Sukorejo. Sedangkan untuk biaya perawatan pipa, unit pengolahan kopi dan warga yang menggunakan air dari pipa tersebut diwajibkan membayar sebesar Rp 65 000 tiap tahunnya.

Modal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha yang dilakukan oleh Usaha Tani Empat didapatkan dari bantuan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Jawa Timur berupa pembangunan unit pengolahan kopi. Usaha Tani Empat tidak melakukan peminjaman modal kepihak lain ataupun lembaga keuangan. Bantuan yang bersifat hibah tersebut bernilai sebesar Rp 250 000 000, dengan rincian Rp 50 000 000 untuk membangun bangunan unit pengolahan kopi dan Rp 200 000 000 untuk penyediaan mesin dan peralatan pengolahan kopi yang

meliputi: mesin pengupas kulit buah kopi silinder tiga (pulper) kapasitas satu ton/jam, mesin pencuci kopi kapasitas 500 kg/jam, mesin pengupas kulit kering (huller) kapasitas 250 kg/jam, mesin sangrai (roaster) kapasitas 15 kg/batch, 50 para-para, mesin pembubuk (grinder), tiga bak persegi kapasitas 750 liter, dan terpal. Rincian biaya bantuan pembangunan unit pengolahan kopi Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Jawa Timur yang diberikan tahun 2012 disajikan pada Tabel 5.

Kelompok pekebun kopi Usaha Tani Empat memiliki sebuah bangunan berukuran 40 m2. Bangunan tersebut merupakan bangunan unit pengolahan kopi yang digunakan untuk lokasi pengolahan kopi arabika dan bioetanol. Selain itu, bangunan tersebut juga digunakan sebagai gudang untuk menyimpan berbagai alat

59

perkebunan dan alat pengolah kopi. Bangunan tersebut dibangun diawal tahun usaha dan membutuhkan waktu selama dua bulan untuk membangunnya.

Tabel 5 Rincian harga peralatan pengolah kopi bantuan pemerintah Provinsi Jawa Timur 2012

No Nama alat Harga (Rp)

1 Mesin pengupas kulit buah kopi silinder tiga (pulper) kapasitas

satu ton/jam 105 000 000

2 Mesin pencuci kopi kapasitas 500 kg/jam 23 500 000

3 Mesin pengupas kulit kering (huller) kapasitas 250 kg/jam 21 500 000 4 Mesin sangrai (roaster) kapasitas 15 kg/batch 29 000 000

5 Mesin pembubuk (grinder) 6 000 000

6 Tiga bak persegi kapasitas 750 liter 1 500 000

7 Para-para 12 500 000

8 Terpal 1 000 000

9 Bangunan Unit Pengolahan Hasil (UPH) 50 000 000

Total 250 000 000

Sumber: Data primer

Bahan yang digunakan oleh Usaha Tani Empat dalam memproduksi biji kopi arabika HS basah adalah berupa buah kopi arabika gelondongan, air, bensin dan solar yang digunakan untuk menggerakan mesin pengolah kopi. Biji kopi arabika gelondongan (Gambar 7) didapat dengan membeli langsung kepada para anggota Usaha Tani Empat dan para pekebun kopi lainnya yang ada di Desa Sukorejo dengan harga Rp 6 000 per kg. Sedangkan bensin dan solar dibeli dengan harga masing-masing Rp 6 800 dan Rp 6 400 per liternya. Usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat membutuhkan masing- masing sebanyak satu liter bensin dan solar untuk menggerakkan tiap mesin selama satu jam. Usaha Tani Empat hanya menggunakan dua mesin untuk memproduksi biji kopi arabika HS basah, satu berbahan bakar solar dan satu berbahan bakar bensin.

Sumber: Data primer

60

Peralatan yang digunakan dalam memproduksi biji kopi arabika HS basah antara lain: mesin pengupas kulit buah kopi silinder tiga (pulper) bertenaga bensin, mesin pencuci kopi bertenaga solar, para-para, terpal, dan tiga bak persegi kapasitas 300 liter (Gambar 8 dan 9). Nilai kelima alat tersebut masing-masing sebesar Rp 105 000 000; Rp 23 500 000; Rp 12 500 000; Rp 1 000 000; dan Rp 1 500 000. Semua alat tersebut merupakan bantuan dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Jawa Timur sebagai sarana untuk meningkatkan produksi kopi arabika Usaha Tani Empat.

Sumber: Data primer

Gambar 8 Mesinpengupas kopi (pulper) (a) dan mesin pencuci kopi (b)

Sumber: Data primer

Gambar 9 Terpal (a), para-para (b),danbak persegi 750 liter (c)

Selain keempat alat tersebut Usaha Tani Empat juga menggunakan tank air berkapasitas 1 200 liter, dua timba cor, pipa 3/4 inch sepanjang 128 meter, dan timbangan 300 kg. Tank air digunakan untuk menampung air yang dialirkan dari tempat penampungan pembagi yang telah dibangun oleh warga Desa Sukorejo dengan bantuan Bank Indonesia sebagai tempat penampung air dari Gunung Raung. Timba cor digunakan untuk memindahkan kopi hasil olahan dari satu proses ke proses selanjutnya. Pipa digunakan untuk mengalirkan air dari tempat

a b

B

61

penampungan pembagi menuju tank air di belakang unit pengolahan kopi sepanjang 120 meter dan dari tank air menuju unit pengolahan kopi sepanjang delapan meter. Sedangkan timbangan digunakan untuk menimbang biji kopi HS basah saat proses pengemasan. Keempat peralatan tersebut tidak termasuk dalam bantuan yang diberikan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi Jawa Timur.

Peralatan tersebut dibeli sendiri oleh Usaha Tani Empat dengan harga Rp 1 500 000 untuk tank air. Pipa 3/4 inch yang digunakan dibeli dengan harga

Rp 3 000 per meter, timba dibeli seharga Rp 15 000 per timba, dan timbangan 300 kg dibeli dengan harga Rp 2 500 000.

Sumberdaya yang dibutuhkan untuk memproduksi bioetanol dibagi menjadi empat. Keempat sumberdaya tersebut antara lain: sumberdaya manusia, sumberdaya alam, peralatan pengolah bioetanol, dan sumberdaya bahan baku. Sumberdaya yang pertama adalah sumberdaya manusia, dimana tenaga kerja yang dipekerjakan untuk mengolah bioetanol adalah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk mengolah kopi. Selain mengolah kopi para pekerja tersebut juga memiliki pekerjaan tambahan yaitu memasukkan limbah cair kopi arabika kedalam alat pengolah bioetanol untuk melakukan pengolahan boetanol. Para pekerja akan mendapat tambahan upah sebesar Rp 20 000 per harinya untuk melakukan pekerjaan tambahan tersebut. Kegiatan pengolahan bioetanol dapat berlangsung selama tiga jam tiap harinya.

Sumberdaya yang kedua adalah sumberdaya alam yakni air. Selama proses pengolahan bioetanol berlangsung air merupakan salah satu komponen yang penting karena air dibutuhkan sebagai pendingin selama proses destilasi berlangsung. Air yang digunakan untuk memproduksi bioetanol juga merupakan air pegunungan yang dialirkan melalui pipa hibah dari Bank Indonesia. Dengan demikian, Usaha Tani Empat mengeluarkan Rp 65 000 per tahunnya untuk memenuhi kebutuhan air produksi kopi dan produksi bioetanol.

Sumberdaya yang ketiga berupa peralatan pengolah bioetanol yang terdiri dari alat pengolah bioetanol atau yang disebut dengan destilator bertingkat (Gambar 10a), kompor gas, tabung gas LPG 3 kg, empat meter selang ½ inch, dan tank air 225 liter (Gambar 10b). Seluruh peralatatan tersebut didapat sebagai hasil

62

dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti Universitas Negeri Jember dengan pendanaan dari Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Destilator bertingkat yang dimiliki oleh Usaha Tani Empat memiliki kapasitas produksi sebesar 20 liter per tiga jam. Destilator bertingkat dioperasikan menggunakan kompor gas dengan gas LPG 3 kg sebagai bahan bakar yang juga merupakan hibah dari para peneliti Universitas Negeri Jember. Kompor gas tersebut digunakan sebagai pemanas selama proses destilasi. Selain itu, tank air kapasitas 225 liter juga digunakan untuk menampung air yang dialirkan melalui selang ½ inch sepanjang empat meter sebagai pendingin dalam proses destilasi. Kompor gas, tabung gas LPG 3 kg, empat meter selang ½ inch, dan tank air 225 liter dibeli dengan harga masing-masing: Rp 120 000; Rp 100 000; Rp 6 000 per meter; Rp 450 000. Selain peralatan tersebut, Usaha Tani Empat juga menggunakan lima tong plastik kapasitas 150 liter (Gambar 10c) yang khusus digunakan untuk menampung dan memfermentasi limbah cair kopi sebagai bahan utama pembuatan bioetanol dengan harga tiap tongnya sebesar Rp 120 000.

Sumber: Data primer

Gambar 10 Destilator bertingkat (a), tank air 225 liter (b), dan tong plastik (c) Destilator bertingkat dibuat menggunakan stainless steel dengan tinggi alat mencapai 180 cm. pemilihan bahan stainless steel dilakukan karena bahan tersebut lebih ringan dari besi atau baja. Selain itu, pada umumnya perkebunan kopi berada di daerah lereng pegunungan, sehingga alat destilator bertingkat dibuat menggunakan bahan yang ringan dengan design portable. Mengingat bahwa limbah cair yang dihasilkan oleh unit pengolahan kopi jumlahnya sangat banyak, design alat destilator bertingkat yang portable dan ringan sangat dibutuhkan. Tujuannya agar alat tersebut dapat dibawa ke lokasi unit pengolahan

63

kopi lainnya untuk memproduksi bioetanol dari limbah cair unit pengolahan kopi lainnya yang berada di wilayah Desa Sukorejo.

Proses pembuatan alat destilator bertingkat ini memakan waktu selama kurang lebih tiga setengah bulan. Lamanya waktu pembuatan dikarenakan alat ini merupakan alat yang masih baru dan belum diproduksi oleh pabrikan tertentu. Alat destilator bertingkat merupakan alat baru yang di design dan diuji sendiri oleh para peneliti Universitas Negeri Jember. Selain mendapatkan hasil berupa bioetanol dari hasil destilasi yang terjadi di dalam alat destilator bertingkat, Usaha Tani Empat juga mendapatkan air yang dapat digunakan untuk kebutuhan perkebunan. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat destilator bertingkat ini adalah sebesar Rp 29 000 000.

Sumberdaya keempat adalah bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi bioetanol adalah limbah cair dari proses pencucian biji kopi setelah difermentasi. Setelah difermentasi, biji kopi arabika akan menghasilkan lendir, sehingga biji kopi tersebut perlu dicuci sebanyak tiga kali untuk menghilangkan lendir yang ada. Limbah cair yang digunakan merupakan limbah cair cucian pertama dari proses pencucian biji kopi arabika setelah difermentasi. Limbah cair tersebut masih mengandung banyak materi organik dari lendir biji kopi arabika. Selain itu, limbah cair tersebut juga belum tercampur dengan mikroorganisme lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat bioetanol.

Selain limbah cair, bahan lainnya yang digunakan dalam memproduksi bioetanol adalah ragi roti Saccharomyces cerevisiae dan pupuk urea. Kedua bahan tersebut diperlukan sebagai campuran limbah cair kopi arabika untuk proses fermentasi. Selama kegiatan pengolahan kopi berlangsung limbah cair kopi arabika yang akan dimanfaatkan untuk bahan bioetanol disimpan kedalam tong berkapasitas 150 liter. Setelah limbah cair terkumpul, proses pengolahan limbah cair menjadi bioetanol dilakukan. Usaha Tani Empat hanya dapat memanfaatkan kurang lebih sebanyak 70 liter limbah cair tiap harinya karena keterbatasan kapasitas alat pengolah bioetanol.

64

2. Penyediaan Input

Input yang dibutuhkan Usaha Tani Empat dalam memproduksi biji kopi HS basah terdiri dari buah kopi arabika gelondongan, solar, dan bensin. Buah kopi arabika gelondongan didapat melalui pembelian langsung kepada anggota Usaha Tani Empat dan petani lainnya di Desa Sukorejo yang dibeli dengan harga Rp 6 000 per kg. Sedangkan untuk bensin dan solar didapatkan dengan membeli langsung ke SPBU milik pertamina dengan harga masing-masing Rp 6 800 dan Rp 6 400 per liternya. Bensin dan solar dibutuhkan untuk menggerakkan mesin- mesin pengolah kopi. Usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat mampu mengolah rata-rata 34 ton buah kopi arabika gelondongan tiap bulannya. Usaha Tani Empat membutuhkan rata-rata 125 liter bensin dan solar untuk mengolah 34 ton kopi arabika gelondongan tersebut.

Usaha Tani Empat memanfaatkan limbah cair cucian biji kopi arabika setelah difermentasi untuk menghasilkan bioetanol. Limbah cair tersebut diperoleh dari bekas air cucian pertama dari proses pencucian biji kopi arabika setelah difermentasi yang dilakukan oleh unit pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat dalam memproduksi kopi HS basah. Limbah cair tersebut dapat diperoleh langsung di unit pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat dengan kapasitas ketersediaan ± 3 000 liter tiap minggunya. Dalam satu bulan limbah cair yang dimanfaatkan oleh Usaha Tani Empat untuk diolah menjadi bioetanol hanya sebanyak ± 2 000 liter. Sedangkan sisanya masih dibuang kedalam jurang yang ada di dekat lokasi unit pengolahan kopi arabika milik Usaha Tani Empat.

Selain limbah cair, Usaha Tani Empat juga menggunakan ragi roti Saccharomyces cerevisiae dan pupuk urea sebagai bahan campuran fermentasi limbah cair kopi. Ragi roti dan pupuk urea bisa didapat di pasar yang berada di Desa Sukorejo dengan harga masing-masing sebesar Rp 40 000 per 500 gram dan Rp 190 000 per kwintal. Kedua bahan tersebut diperlukan sebagai campuran limbah cair kopi arabika untuk proses fermentasi. Usaha Tani Empat membutuhkan empat gas LPG 3 kg dengan harga isi ulang Rp 15 000 per gasnya untuk mengolah 2 000 liter limbah cair kopi arabika (satu bulan proses produksi). Gas LPG 3 kg dibutuhkan sebagai pemanas alat destilator bertingkat untuk proses destilasi. Ketersediaan akan bahan-bahan ini cukup baik karena bahan-bahan

65

tersebut merupakan bahan-bahan pokok untuk kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pertanian.

3. Proses Produksi

Pada proses produksi, teknik pengolahan kopi yang digunakan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu teknik olah kering dan teknik olah basah. Pada proses teknik olah kering, kopi dari kebun disortasi lalu langsung dijemur pada lantai jemur atau dikeringkan secara mekanis dengan alat pengering kopi. Kopi dijemur selama kurang lebih dua minggu hingga kadar air dalam biji kopi tersisa sebanyak 12%. Biji kopi yang telah kering lalu dikupas kulit buah dan kulit tanduknya. Kopi yang telah dikupas dipisahkan dengan kulit buah, kulit tanduk, kopi yang pecah, serta kotoran lainnya.

Pada proses teknik olah basah, kopi dari kebun disortasi, kemudian kopi hasil sortasi dikupas kulit buahnya menggunakan mesin pengupas yang biasa disebut pulper. Proses pemisahan kulit kopi dari biji kopi disebut dengan proses pulping. Biji kopi yang telah dikupas, selanjutnya difermentasi selama 12-36 jam. Setelah proses fermentasi, biji kopi selanjutnya dicuci sebanyak tiga kali untuk menghilangkan lendir yang ada pada biji kopi hasil fermentasi. Setelah proses pencucian, biji kopi selanjutnya dijemur selama tiga hingga 11 hari untuk menghasilkan biji kopi dengan kadar air 16% kemudian dilanjutkan dengan bantuan mesin hingga kadar air dalam biji mencapai 12%. Kopi yang sudah kering dengan kadar air 12%, selanjutnya dipisahkan dari kulit tanduknya dengan bantuan mesin huller.

Biji kopi yang diproses dengan metode basah biasanya dihargai lebih mahal dari biji kopi yang dihasilkan dari proses kering. Namun, proses basah memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan pengolahan kering. Pengolahan basah lebih cocok dilakukan pada biji kopi arabika karena kopi arabika memiliki harga ditingkat petani 150%-300% lebih mahal dari harga kopi robusta. Oleh karena itu, pengolahan metode basah pada kopi arabika dianggap tidak memberatkan.

Usaha pengolahan kopi arabika dan bioetanol Usaha Tani Empat menggunakan pengolahan teknik olah basah untuk mengolah buah kopi arabika yang didapat dari para anggota dan petani lainnya. Usaha Tani Empat telah

66

memiliki Standar Oprasonal Prosedur (SOP) dalam melakukan proses kegiatan produksi (Gambar 11). Kegiatan produksi dimulai dari pemanenan buah kopi merah yang dilakukan oleh para pekebun kopi. Kopi yang dipetik haruslah kopi gelondongan yang berwarna merah segar dimana proses pemanenannya disebut dengan panen merah oleh petani setempat. Kopi yang telah dipanen selanjutnya diantar langsung oleh para pekebun kopi yang ingin menjualnya ke unit pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat atau diangkut menggunakan mobil jenis pick up miliki Usaha Tani Empat menuju lokasi pengolahan.

Setelah kopi sampai, buah kopi arabika gelondongan langsung memasuki tahap sortasi. Pada tahap ini buah yang berwarna hijau, kuning, kering, lewat masak, buah merah, dan buah yang berwarna merah kuning disortasi. Buah yang dipilih dalam proses ini adalah 95% buah kopi yang berwarna merah dan maksimal 5% buah kopi yang berwarna merah kekuningan. Setelah tahap sortasi, buah masuk pada tahap perambangan dimana buah kopi yang telah disortasi dimasukkan ke dalam bak persegi kapasitas 750 liter yang telah berisi air. Pada tahap ini, buah kopi yang mengapung akan dibuang karena buah kopi yang mengapung adalah buah kopi yang kopong.

Setelah buah kopi selesai disortasi dari tahap perambangan, selanjutnya buah kopi memasuki tahap pengupasan kulit yang dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas kulit buah kopi atau yang sering disebut mesin pulper. Mesin pulper yang digunakan oleh Usaha Tani Empat adalah mesin pengupas kulit buah kopi (pulper) silinder tiga dengan kapasitas satu ton/jam.

Tahap pengupasan ini juga sering disebut dengan proses pulping, yaitu tahap dimana kulit buah kopi dipisah atau dikupas hingga menjadi biji kopi berkulit tanduk basah. Kemudian, biji kopi yang sudah dikupas tersebut memasuki tahap perambangan kembali untuk membersihkan biji kopi dari kulit kopi, biji kopi hampa, dan kotoran lainnya. Setelah biji kopi berkulit tanduk basah dibersihkan, biji kopi tersebut memasuki tahap fermentasi. Pada tahap ini biji kopi berkulit tanduk basah yang masih berlendir dimasukkan kembali ke dalam bak persegi kapasitas 750 liter untuk selanjutnya difermentasi selama 18 hingga 36 jam.

67

Sumber: Data primer

Gambar 11 Standar Operasional Prosedur pengolahan kopi arabika olah basah usaha pengolahan kopi arabika Usaha Tani Empat

Setelah difermentasi, biji kopi berkulit tanduk basah dicuci sebanyak tiga kali menggunakan air bersih untuk menghilangkan lendir yang masih tersisa. Air cucian yang digunakan untuk mencuci biji kopi berkulit tanduk basah pertama kali, digunakan sebagai bahan pembuatan bioetanol nantinya. Biji kopi berkulit tanduk basah dicuci menggunakan mesin pencuci kopi dengan kapasitas 500 kg/jam. Air cucian dialirkan dari tank air kapasitas 1 200 liter menuju mesin pencuci kopi melalui pipa 3/4 inch sepanjang 8 meter. Setelah dicuci, biji kopi

SIAP KIRIM/JUAL (Ke eksportir atau penyangrai) PEMANENAN BUAH KOPI MERAH

SORTASI BUAH (Buah hijau, kuning, kering, lewat masak, min 95% buah merah, dan maks

5% merah kuning)

BUAH KOPI GELONDONGAN MERAH SEGAR

PERAMBANGAN BUAH KOPI

(Memisahkan buah kopi yang terapung)

PENGUPASAN KULIT BUAH KOPI

(Pengupasan menggunakan mesin/pulper) PERAMBANGAN, PEMBERSIHAN DAN

PENCUCIAN BIJI KOPI BERKULIT TANDUK BASAH

(Pisahkan dari kulit kopi, biji kopi hampa dan kotoran lain)

FERMENTASI (Selama 18-36 jam)

PENCUCIAN (Dengan air bersih)

PENIRISAN DAN PENJEMURAN (Pengadukan dan pembalikan setiap jam, sampai kadar air 12 %) PENYIMPANAN BIJI BEKULIT

TANDUK KERING (Sementara)

PENGGERBUSAN Menggunakan mesin/huller)

68

berkulit tanduk basah atau juga disebut sebagai biji kopi HS basah ditiriskan dan dijemur di atas para-para dengan menggunakan alas terpal bersih. Pada awal penjemuran, biji kopi arabika yang masih basah dibolak-balik setiap satu jam sekali hingga biji kopi arabika menjadi cukup kering. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari serangan jamur dan mikroorganisme.

Pada umumnya proses penjemuran memakan waktu cukup lama hingga dua minggu sampai dihasilkan biji kopi berkulit tanduk kering atau biji kopi HS kering dengan kadar air 12%. Umumnya proses penjemuran memakan waktu lama, sehingga Usaha Tani Empat mempersingkat waktu penjemuran menjadi satu hingga dua hari dimana kadar air dalam biji kopi arabika masih tinggi sebesar 60% dan biji kopi masih disebut biji kopi HS basah. Biji kopi arabika HS basah

Dokumen terkait