• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Assessment

a. Pengertian Assessment

Assessment merupakan suatu prosedur yang secara lengkap untuk memperoleh informasi tentang belajar siswa (observasi, penilaian kinerja atau proyek, tes tertulis) dan penentuan penilaian mengenai kemajuan pembelajaran. Tes merupakan tipe khusus assessment yang terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang dapat mengelola kesulitan dan memperbaikinya pada semua siswa.19 Assessment meliputi tes tertulis seperti jawaban uraian (contoh: essay), dan tes kinerja (contoh: percobaan laboratorium). Assessment dapat berarti proses mengumpulkan, mengartikan, merekam, dan menggunakan informasi tentang jawaban siswa pada task pendidikan, tanggapan guru, dan

19

Robert L. Linn & Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment in Teaching, (Prentice-Hall: Upper Saddle River, New Jersey, 2001) h. 5

menggunakan data yang diperoleh dari assessment untuk perimbangan, perencanaan, memilih dan membuat keputusan.20

Menurut Aiken bahwa assessment merupakan karakteristik seseorang dengan mengakses tingkah laku manusia dan proses mental dapat dilakukan dengan cara observasi, interview, skala rating, chick lish, teknik proyektif dan tes.21 Pengertian assessment (to assess = assessment) merupakan kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Setelah pengukuran (measurement) kemudian dilakukan pembandingan (assessment) dan selanjutnya diambil sebuah keputusan (evaluation).22

Kata measurement, assessment, dan evaluation dalam dunia pendidikan penggunaannya sering tertukar. Pada dunia pendidikan, measurement adalah menentukan karakteristik dari individu atau kelompok siswa. Bagaimanapun evaluation merupakan gabungan antara pengukuran dengan informasi lain untuk menentukan suatu yang kita inginkan dan pentingnya yang kita amati. Evaluation adalah hasil dari measurement setelah nilai di dapat. Berikut Tabel 1 perbedaan antara measurement dan evaluation.23

Tabel 1. Perbedaan antara Measurement dan Evaluation.

Measurement Evaluation

Pelaksaan tes menunjukkan bahwa siswa tidak dapat mengungkapkan sedikit kata daripada seribu kata.

Pelaksanaan ini merupakan perhatian yang penting, karena merupakan penyebutan sejumlah kata yang merupakan prasyarat untuk unit selanjutnya, dalam tes tulis.

20

Louis Cohen, dkk., A Guide to Teaching Practice, (London: Routledge, 2004), h. 323

21

Darmiyati, Implementasi Asesmen Diagnostik Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SD Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007, h. 513

22

Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 2

23

Albert Oosterhof, Developing and Using Classroom Assessments, (New Jersey: Prentice Hall, 1999), Second Edition. P. 2

Guru melihat siswa berbicara di kelas tanpa ditunjuk terlebih dahulu.

Tindakan ini adalah harapan bagi siswa yang tidak aktif dalam diskusi. Perbedaan antara measurement dan assessment sangat kecil. Assessment biasa digunakan sebagai gaya bahasa pilihan untuk measurement. Beberapa kalimat lebih baik menggunakan kata assessment dari pada measurement. measurement seakan terlihat seperti kwantitatif, tidak menarik, dan sedikit diingini. Sedangkan assessment adalah terlihat seperti kwalitatif dan dekat.24

b. Landasan Assessment

Assessment adalah suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar yang dirancang oleh guru untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.25 Berbeda dengan pengukuran hasil belajar, assessment sangat terkait dengan teori belajar. Berikut beberapa teori yang dijadikan landasan bagi pelaksanaan assessment:

1) Teori Fleksibilitas Kognitif dari R. Spiro (1990)

Teori fleksibilitas kognitif menjelaskan bahwa belajar menghasilkan kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang telah dimiliki, guna merespon perubahan atau kenyataan yang dihadapi atau tuntutan situasi seketika. Berdasarkan teori belajar tersebut maka jelas bahwa assessment selalu dilakukan pada konteks belajar yang tidak terpisah dari situasi yang sedang dihadapi.

2) Teori belajar J. Bruner (1966)

Belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa dengan jelas mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep-konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki.

24

Albert Oosterhof, Developing and…, p. 3

25

I Wayan Merta, “Aplikasi Asesmen dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SD No.4 Kaliuntu Singaraja (Suatu Upaya Meningkatan Efektivitas Pelaksanaan Evaluasi di Sekolah Dasar), dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.2 TH.XXXVI April 2003, h. 103

Konsep belajar sebagai suatu proses pengembangan diri menurut struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa secara mandiri dan dapat melebihi informasi yang diperoleh dalam teori belajar Bruner, menjadi dasar yang kuat untuk menumbuhkan prinsip-prinsip assessment kinerja.

3) Teori Experiential Learning yang dikembangkan oleh C. Rogers (1969).

Teori membedakan dua jenis belajar yaitu: 1) Cognitif Learning yaitu teori belajar yang berhubungan dengan pengetahuan akademik, dan 2) Experiential Learning yaitu teori belajar yang berhubungan dengan pengetahuan terapan.

4) Teori Kemampuan Multipel dari Howard Gardner

Menurut Gardner setidak-tidaknya ada tujuh kemampuan dasar, yaitu Visual-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical rhytmical, Interpersonal, Intrapersonal, Logical Mathematical dan Verbal-linguistic. Teori ini memperlihatkan secara jelas, bahwa assessment hasil maupun proses belajar tidak hanya mengukur salah satu atau beberapa aspek kemampuan siswa, tetapi harus mengukur seluruh aspek kemampuan siswa. Sehingga tertutup kemungkinan bahwa assessment hanya dilakukan melalui tes baku, tetapi proses assessment (terutama assessment kinerja) menjadi fokus utama assessment.26

c. Assessment kinerja

Assessment kinerja atau performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.27Performance assessment adalah suatu

26

Asmawi Zainul, Alternative Assessment, (Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka, 2001), h. 4-8

27

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 200

penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dari kriteria yang diinginkan.28

Performance assessment ialah pengumpulan informasi tentang hasil percobaan/demonstrasi yang meliputi task, seperti melakukan eksperimen, mengungkapkan pendapat, menulis cerita, atau mengoperasikan mesin. 29Performance assessment mempunyai dua bagian yaitu: task dan rubric. Task diartikan sebagai tugas dan rubric diartikan sebagai kriteria penilaian.30

d. Tujuan Assessment

Assessment dapat meningkatkan hasil yang dicapai siswa, membantu untuk memilih kegiatan atau matapelajaran yang akan datang, menambah keefektifan matapelajaran dan guru, dan memberikan tujuan jangka panjang pembelajaran.31 Tujuan utama penggunaan assessment dalam pembelajaran sains adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan professional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Martyn Rouse tujuan assessment adalah sebagai berikut:32

1) Membantu untuk membuat penempatan siswa.

2) Untuk mendiagnosis kelebihan dan kelemahan individu. 3) Memberikan feedback pada guru dan siswa.

Feedback atau umpan balik diberikan melalui tes-tes formatif. Tes formatif yang dilakukan menjadi alat diagnosa untuk menentukan kemajuan atau keberhasilan peserta didik. Tes formatif menurut S.

28

Sri Wahyuni, “Authentic Assessment dalam Pembelajaran Bahasa”, dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Th. 18, No. 1, Februari 2005, h. 46

29

David W. Johnson, Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative Process, (Boston: Allyn & Bacon A Person Education Company, 2002), h. 6

30

Jo Anne Wangsatorntanakhun, Designing Performance Assessment: Challenges for the Three-Story Intellect, (Thailand: Redeemer Internasional School, 2004), h. 2

31

Geoff Petty, Teaching Today, (London: Nelson Thornes Ltd, 2004), Third Edition, h. 449

32

Martyn Rouse, James G. Shriner and Lou Danielson, National Assessment and Special Education in the United States and England and Wales, (London: Routledge, 2000), First Publised, p. 66

Nasution (dalam Martinis Yamin, 2007:129) adalah umpan balik yang memiliki fungsi bermacam-macam, seperti berikut:33

a) Mempercepat anak belajar dan memberi motivasi untuk bekerja sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.

b) Untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan yang baru.

c) Berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apersepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya. d) Bagi siswa yang masih kurang menguasai bahan pelajaran, tes

formatif merupakan alat untuk mengungkapkan di mana sebetulnya letak kesulitannya.

e) Tes formatif dimaksud sebagai alat "assessment" yaitu memperoleh keterangan dengan maksud baik.

f) Memberikan umpan balik kepada guru agar mengetahui di mana tardapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar. 4) Memberikan fakta-fakta untuk keputusan tentang sertifikat atau

kelulusan.

5) Untuk evaluasi dan akuntabilitas.

6) Memberikan informasi pada orang tua dan yang lainnya tentang perkembangan siswa.

e. Prinsip-prinsip Assessment

Proses assessment dalam pelaksanaannya dapat mengetahui perkembangan belajar siswa secara menyeluruh. Prosesnya akan efektif jika mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:34

1) Dengan jelas menentukan penilaian pada proses assessment.

2) Memilih prosedur assessment karena harus relevan dengan karakteristik yang akan diukur. Prosedur assessment sering dipilih

33

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 129-130

34

dengan didasarkan pada objektivitas dan keakuratan. Berikut Gambar 1 proses assessment:

Dan/atau

Gambar 1. Proses Assessment

3) Assessment yang menyeluruh memerlukan prosedur yang bervariasi. 4) Menggunakan prosedur assessment yang tepat beserta batasannya. 5) Assessment adalah cara untuk mancapai tujuan, bukan tujuan itu

sendiri.

f. Langkah-langkah Assessment

Tujuan dari pembelajaran adalah membantu siswa untuk menerima tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tujuan tersebut meliputi perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketika pembelajaran mulai berjalan, assessment merupakan bagian dari proses belajar-mengajar. Hasil pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai tanpa tujuan pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran harus membawa perubahan bagi siswa, hal ini dapat melalui penilaian secara periodik dengan tes dan assessment yang lain.

Keterkaitan antara pengajaran, pembelajaran, dan assessment dalam pendidikan akan terlihat jelas dengan mengikuti langkah-langkah proses pembelajaran sebagai berikut:

1) Memperkenalkan tujuan pembelajaran

Langkah pertama adalah pengajaran dan assessment merupakan penentu hasil belajar yang diharapkan dari kelas belajar,

Assessment Tanpa pengukuran (informal observasi) Pertimbangan penilaian (kemajuan pembelajaran) Pengukuran (tes)

bagaimana cara berpikir dan bertindak ketika siswa telah mengikuti pembelajaran? Pengetahuan dan pemahaman apa yang harus siswa miliki? Keterampilan apa yang dapat siswa lakukan? Minat perilaku siswa apa yang harus berkembang? perubahan apa yang terjadi pada kebiasaan berpikir, karsa dan apa yang dilakukan setelah perubahan?. Kesimpulan, secara spesifik perubahan apa yang terjadi setelah kami berusaha? Dan apakah siswa akan senang ketika kami berhasil merubahnya?

2) Menyiapkan penilaian siswa

Ketika tujuan pembelajaran telah ditentukan, biasanya membuat beberapa assessment yang diperlukan oleh siswa agar hasil pembelajaran tercapai. Kemampuan dan keterampilan apakah yang siswa miliki dari hasil pengajaran? Apakah keterampilan dan pemahaman siswa yang berkembang? Penilaian keterampilan dan pengetahuan siswa dimulai dari kemungkinan dalam menjawab pertanyaan. Informasi ini sangat berguna pada rencana kerja untuk siswa dimana masih terdapat kekurangan pada keterampilan dan memodifikasi rencana pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Berikut prinsip-prinsip penilaian:35

a) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).

b) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real word problems).

c) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman balajar.

d) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

35

Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada hal berikut:36

a) Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.

b) Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran.

c) Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.

d) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

3) Menyediakan pembelajaran yang relevan

Adanya relevansi pembelajaran antara materi dan metode belajar dalam desain rencana pembelajaran untuk membentuk siswa dalam mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan selama tahap pembelajaran, pengukuran, dan pemberian assessment. Hal tersebut berarti dapat memonitor kemajuan belajar dan mendiagnosis kesulitan belajar. Jadi, pelaksanaan assessment secara periodik selama pembelajaran dapat memberikan feedback untuk membantu cara memperbaiki pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.

4) Menilai hasil yang diharapkan.

Tahap terakhir dalam proses pembelajaran adalah menentukan tahap belajar yang diterima oleh siswa. Penyempurnaan tahap ini dengan menggunakan assessment yang dapat mengukur hasil belajar yang diharapkan. Idealnya, tujuan pembelajaran akan jelas menentukan keinginan perubahan pada siswa dan instrumen assessment akan memberikan relevansi pengukuran atau gambaran tingkat perubahan yang terjadi. Kesesuaian prosedur assessment

36

Bahrul Hayat, Penilaian Kelas (Classroom Assessment) dalam Penerapan Standar Kompetensi, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 7

yang akan digunakan akan dapat mengetahui hasil yang diharapkan, dengan memperhatikan keterangan yang dapat dijadikan pertimbangan penting untuk keefektifan kelas assessment dan perhatian yang sungguh-sungguh untuk bab selanjutnya.

Penilaian ini harus memiliki kerangka berpikir (kognitif), sikap mental (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mancakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor).37 Semua ini terangkum di dalam hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimiliki masing-masing siswa ini diharapkan mampu berwujud menjadi kecakapan hidup (life skill). Menurut Achjar kecakapan hidup (life skill) dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (www.dikmenum.go.id):38

a) Personal Skill (kecakapan personal) (1)Kesadaran diri (eksistensi diri)

(2)Kecakapan berpikir (menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah). b) Social Skill (kecakapan sosial)

(1)Kecakapan komunikasi lisan (2)Kecakapan komunikasi tertulis (3)Kecakapan tertulis

(4)Kecakapan kerja sama

c) Academic Skill (kecakapan akademik)

37

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Ke-17, h. 34

38

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, “Kecakapan Hidup (Life Skill)”, dari www.dikmenum.go.id, 10 Desember 2007

(1)Kecakapan mengidentifikasi variabel (2)Kecakapan menghubungkan variabel (3)Kecakapan merumuskan hipotesis (4)Kecakapan melakukan penelitian d) Spiritual Skill

Kecakapan memahami posisi dan makna diri di hadapan Tuhan. e) Vocational Skill (kecakapan keterampilan)

Kecakapan seseorang memberdayakan panca indera, intuisi dan penalaran dalam merefleksikan jalan pemikiran melalui lisan, tulisan, perbuatan dan atau memanfaatkan alat dan bahan untuk memperbaiki, membuat dan atau memodifikasi suatu produk.

Aspek-aspek kecakapan hidup yang akan dinilai sebagai bagian hasil belajar adalah: kecakapan berpikir, kesadaran diri, dan komunikasi lisan.

5) Penggunaan hasil

Siswa yang dikenai penerapan assessment, pada dasarnya dapat digunakan untuk kepentingan guru dan penyelenggara. Prosedur assessment yang digunakan dengan tepat dapat secara langsung meningkatkan hasil belajar siswa dengan: 1) Menjelaskan hasil belajar yang diharapkan. 2) Memberikan tujuan jangka pendek menjelang pelaksanaan. 3) Memberikan timbal balik mengenai pembelajaran. 4) Memberikan informasi untuk mengatasi kesulitan belajar dan memilih pengalaman pembelajaran untuk selanjutnya.

Tujuan pemberian assessment secara berkala selama pembelajaran, maupun assessment terakhir memberikan hasil yang diharapkan. Informasi yang dihasilkan dari tes dan tipe assessment yang lain digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. Seperti informasi yang dapat membantu mempertimbangkan: 1) Kepantasan dan tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 2) Kegunaan dari bahan-bahan pembelajaran. 3) Keefektifan metode pembelajaran. Prosedur assessment

dapat memberikan secara langsung kemajuan dalam proses belajar-mengajar.

Hasil assessment juga dapat digunakan untuk menentukan angka dan laporan kemajuan siswa kepada orang tua. Sistematika yang digunakan pada banyak prosedur assessment menjadi dasar keobjektifan untuk laporan setiap kemajuan belajar siswa. Selain untuk menilai dan melaporkan, hasil assessment juga dapat berguna untuk keperluan berbagai administrasi dan keperluan pimpinan, pengembangan kurikulum, membantu siswa dalam belajar, mengambil kejuruan, dan keefektifan program sekolah dalam penilaian. Penyederhanaan model pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2 Ringkasan langkah dasar proses pembelajaran dan menjelaskan hubungan pengajaran, pembelajaran, dan assessment:

Menyiapkan penilaian siswa

Memberikan pengajaran yang relevan: 1. Memantau kemajuan belajar 2. Mendiagnosis kesulitan belajar Memperkenalkan tujuan pembelajaran

Menilai hasil yang diharapkan

Kemuajuan belajar & pembelajaran Penilaian & laporan pada orang tua Sekolah menggunakan hasil untuk tujuan

Gambar 2. Penyederhanaan Model Pembelajaran

Prosedur assessment meliputi: tehnik observasi, penilaian, dan laporan individu. Observasi secara langsung merupakan cara yang terbaik untuk menilai beberapa aspek kemajuan belajar. Penggunaan catatan anekdotal dapat dilakukan guru melalui observasi informal yang dapat menjadi sumber informasi tentang perkembangan siswa. Pendapat dan laporan dapat dibuat oleh siswa sendiri, selain itu dapat juga menjadi sumber yang berharga dalam perkembangan pembelajaran dalam bentuk: (1) pendapat tentang penggunaan penilaian perkembangan baik individu maupun kelompok. (2) metode pelaporan memberikan keterangan secara lengkap tentang yang dibutuhkan siswa, permasalahan, penyesuaian diri, minat, dan sikap.39

Assessment yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan materi kelarutan dan hasilkali kelarutan. Karena dalam pembelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan ini diperlukan adanya penjelasan teori kelarutan dan hasilkali kelarutan, dan praktikum, sehingga assessment yang digunakan adalah assessment (pilihan ganda dan essay), dan assessment kinerja.

Dokumen terkait