• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

C. Metode Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli seperti Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt, Rapoport, Dewey, dan sebagainya. Salah satu dari definisi tersebut adalah dikutip dalam

40

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, h. 108-109

41

D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol. PA. Menyatakan bahwa Action Research adalah:

...a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in asocial (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practces, and (c) the situations in which practices are carried out.42

...penelitian tindakan adalah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, (c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.43

Pengertian PTK atau Class-room Action Research (CAR) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap:

Gambar 4. Kajian berdaur 4 tahap PTK

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru sehingga perlu dilakukan

42

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), hal. 6-7

43

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), hal. 11

MERENCANAKAN MELAKUKAN TINDAKAN MEREFLEKSI MENGAMATI

perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula refleksi ulang. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK biasa digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut:

Gambar 5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins, 1993, hl.48).44

PTK dapat dilakukan untuk menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di dalam kelas/sekolah. Sebagai contoh, seorang guru mungkin menghadapi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dari hari ke hari seperti meningkatkan motivasi belajar murid,

44

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (untuk: guru), (Bandung: CV. Yrama Widya, 2006), h. 31 Identifikasi Masalah Perecanaan Aksi Refleksi Observasi Perencanaan Ulang Refleksi Obervasi Aksi

menerapkan berbagai macam metode pembelajaran, mengembangkan kegiatan laboratorium, mengembangkan bentuk pekerjaan rumah, mengembangan bentuk-bentuk karya ilmiah, mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam assessment pencapaian murid, menerapkan berbagai pendekatan untuk memenuhi kebutuhan individual murid yang berbeda-beda, dan sebagainya.45

Sebelum pelaksanaan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu diempuh adalah: (1) membuat skenario pembelajaran. (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan. (4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

Jika semua tindakan persiapan telah rampung, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga dibarengi dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

Dalam hal pelaksanaan PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan yaitu:46 (i) pertemuan perencanaan, (ii) pelaksanaan observasi kelas, (iii) pembahasan balikan. Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara observer (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai fokus, kriteria atau kerangka pikir interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil observasi yang akan digunakan. Fokus observasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik incar dalam pelaksanaan observasi.

Dalam rangka PTK, fokus observasi dibatasi pada sasaran-sasaran tertentu yang diprioritaskan dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang

45

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 4

46

tengah digelar dalam sesuatu siklus PTK. Sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, kehadiran pengamat mitra berperan melengkapi amatan aktor pelaksana tindakan perbaikan. Kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan observasi adalah kerangka pikir yang digunakan dalam menafsirkan makna dari berbagai fakta yang terekam sebagai indikator dari berbagai gejala yang diharapkan terjadi sebagai perwujudkan dari proses dan/atau dampak dari tindakan perbaikan yang diimplementasikan.

Beberapa kriteria observasi dalam rangka PTK adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan proses pembelajaran

a) Peningkatan frekuensi dan/atau kualitas siswa dalam interaksi belajar-mengajar.

b) Peningkatan perhatian siswa terhadap guru

c) Peningkatan ketepatan siswa dalam mengikuti kelas 2. Peningkatan hasil belajar

a) Peningkatan perasaan ingin tahu siswa

b) Peningkatan siswa dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan. c) Peningkatan hasil assessment yang diberikan.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berwujud:47 1. Pedoman pengamatan

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik atau pemetaan kelas.

2. Pedoman wawancara

Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. 3. Angket atau kuisioner

47

Herawati Susilo dan Kisyani Laksono, “Implementasi Penelitian Tindakan Kelas”, dari www.ekofeum.or.id, 5 November 2007

4. Pedoman pengkajian data dokumen

Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dll.

5. Tes dan assessment alternatif

6. Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur assessment.

Untuk dapat melakukan secara efektif pengambilan keputusan sebelum, selama, dan setelah sesuatu program pembelajaran dilaksanakan, guru sebagai pelaksana PTK, melakukan refleksi dalam arti merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajangi alernatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.

Dokumen terkait