• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Penguasaan Konsep Kelarutan Dan Hasilkali Kelarutan Melalui Penerapan Assessment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Penguasaan Konsep Kelarutan Dan Hasilkali Kelarutan Melalui Penerapan Assessment"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP

KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN

MELALUI PENERAPAN

ASSESSMENT

Oleh:

PUPUT SETIANI

NIM:

103016227141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Peningkatan Penguasaan Konsep Kelarutan dan Hasilkali

Kelarutan Melalui Penerapan Assessment”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Kimia, Desember 2007. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan

dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2007 yang bertempat di SMU Muhammadiyah 8 Ciputat. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel berjumlah

34 siswa yang diajarkan dengan pembelajaran melalui penerapan assessment. Instrument yang digunakan berupa assessment, assessment kinerja pada praktikum, kuisioner, dan hasil observasi. Berdasarkan hasil assessment pada siklus 1 yang dibagi menjadi 2 tahap yaitu mengalami peningkatan dari rata-rata assessment 1 yaitu 64,56 menjadi 71,12 pada

assessment 2. Tetapi pada siklus 1 ini masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah nilai SKBM sekolah yaitu 65, sehingga perlu lakukan tindakan pada siklus 2. Pada siklus

2 ini dibagi menjadi 3 tahap, dengan rata-rata nilai assessment 3 yaitu 72,12 menjadi 82,26 pada assessment 4. Peningkatan juga terlihat pada praktikum dengan nilai rata-rata

assessment kinerja siswa mencapai 86,767. Dari hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa siswa mengalami peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali

kelarutan melalui penerapan assessment.

(3)

ABSTRACT

The research entitled “The increasing of authority concept of Solubility and (Math) product from that solubility through the application of Assessment”. The Script, Program Study Chemistry Education, Major of IPA, December 2007. The objective of this research is to know is there any increasing of authorizing concept from Solubility and (Math) product from that solubility through by Assessment. This research was held in April-June 2007 which was located at 8 Muhammadiyah General High School in Ciputat. This research use the method of Class Action Research takes the sample from 34 students which had taught that using the Assessment. The instruments are use questioner, observation, assessment, and performance assessment. Based on the result of Assessment in the first cycle which divided into two steps, first assessment equally value 64.56 and it had been increasing at second assessment become 71.12. But there are still students who get value under SKBM school that is 65, because of that it must hold the second cycle. The second cycle divided into three steps, with equally value in third assessment is 72.12 become 82.26 at forth assessment. The increasing also looked in the practical work with equally value of performance assessment which is reach 86.67. In conclusion, this research can prove that students got the increasing from the concept of Solubility and (Math) product from that solubility pass through the application of Assessment.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dengan selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Ibu Dr. Zurinal, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang bermanfaat bagi penulisan skripsi ini.

5. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, Pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu Dosen IPA yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan bimbingannya.

7. Bapak Drs. Endang Surahman, M.A, Kepala Sekolah SMU Muhammadiyah 8 Ciputat.

8. Bapak/Ibu guru dan Staf SMU Muhammadiyah 8 Ciputat, serta Adik-adik kelas XI IPA 1 dan 2 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman kimia angkatan 2003, serta penghuni an-nur C5.

(5)

Ucapan terima kasih yang teramat dalam dan pribadi penulis sampaikan kepada Mama dan Bapak atas kasih sayang dan dukungannya, kakak dan adeku, mas Maman dan Ali atas dukungan dan semangatnya.

Atas semua amal baik yang diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan... i

Abstrak... ii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Gambar... viii

Daftar Tabel... ix

Daftar Lampiran... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Penguasaan Konsep ... 8

2. Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan ... 11

3. Assessment... 16

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Pikir... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Metode Penelitian... 31

D. Rancangan/ Desain Penelitian ... 36

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 51

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis Reflektif ... 57

1. Hasil Observasi, Wawancara, dan Kuisioner Awal... 57

2. Hasil Tindakan... 60

3. Hasil Belajar ... 80

4. Hasil Kuisioner Akhir Siklus... 82

B. Pembahasan ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 86

B. Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA... 88

(8)
[image:8.595.95.517.158.569.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Assessment... 22

Gambar 2. Penyederhanaan Model Pembelajaran ... 27

Gambar 3. Kerangka Pikir... 30

Gambar 4. Kajian berdaur 4 tahap PTK... 32

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan antara Measurement dan Evaluation. ... 17

Tabel 2. Rubrik untuk assessement essay ... 52

Tabel 3. Rubrik Hasil Assessment 1... 62

Tabel 4. Hasil Observasi Siklus 1 Tahap 1. ... 64

Tabel 5. Rubrik Hasil Assessment 2... 66

Tabel 6. Hasil Observasi Siklus 1 Tahap 2. ... 68

Tabel 7. Rubrik Hasil Assessment 3... 70

Tabel 8. Hasil Observasi Siklus 2 Tahap 1. ... 71

Tabel 9. Rubrik Hasil Assessment 4... 74

Tabel 10. Hasil Observasi Siklus 2 Tahap 2. ... 75

Tabel 11. Hasil Assessment Kinerja. ... 78

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 91

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 92

Lampiran 3. Tabel Kuisioner dan Observasi... 96

Lampiran 4. Kisi-Kisi Kuisioner dan Observasi ... 98

Lampiran 5. Kuisioner Awal... 100

Lampiran 6. Kuisioner Akhir ... 101

Lampiran 7. Lembar Observasi... 102

Lampiran 8. Kuisioner Akhir Assessment 1... 103

Lampiran 9. Kuisioner Akhir Assessment 2... 104

Lampiran 10. Kuisioner Akhir Assessment 3... 105

Lampiran 11. Kuisioner Akhir Assessment 4... 106

Lampiran 12. Lembar Wawancara... 107

Lampiran 13. Kisi-Kisi Assessment... 108

Lampiran 14. Assessment 1 ... 113

Lampiran 15. Assessment 2 ... 116

Lampiran 16. Assessment 3 ... 117

Lampiran 17. Assessment 4 ... 118

Lampiran 18. LKS Assessment... 119

Lampiran 19. Assessment Kinerja ... 123

Lampiran 20. Lembar Observasi Assessment Kinerja... 124

Lampiran 21. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 1 Siklus 1... 125

Lampiran 22. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 2 Siklus 1... 126

Lampiran 23. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 3 Siklus 1... 127

Lampiran 24. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 4 Siklus 1... 128

Lampiran 25. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 1 Siklus 2... 129

Lampiran 26. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 2 Siklus 2... 130

(11)

Lampiran 28. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 4 Siklus 2... 132

Lampiran 29. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 5 Siklus 2... 133

Lampiran 30. Data Validasi Soal Pilihan Ganda ... 134

Lampiran 31. Data Reliabilitas Soal Pilihan Ganda... 135

Lampiran 32. Data Validasi dan Reliabilitas Soal Essay... 136

Lampiran 33. Data Indeks Kesukaran (P) Soal Pilihan Ganda ... 137

Lampiran 34. Presentase awal siklus ... 138

Lampiran 35. Presentase akhir siklus... 139

Lampiran 36. Presentase akhir kuisioner assessment 1 ... 140

Lampiran 37. Presentase akhir kuisioner assessment 2 ... 141

Lampiran 38. Presentase akhir kuisioner assessment 3 ... 142

Lampiran 39. Presentase akhir kuisioner assessment 4 ... 143

Lampiran 40. Presentase lembar observasi assessment 1 ... 144

Lampiran 41. Presentase lembar observasi assessment 2 ... 145

Lampiran 42. Presentase lembar observasi assessment 3 ... 146

Lampiran 43. Presentase lembar observasi assessment 4 ... 147

Lampiran 44. Presentase assessment kinerja ... 148

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan permasalahan nasional yang sangat penting. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan adalah proses belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar. Proses belajar mengajar adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.2 Kegiatan proses belajar mengajar selayaknya dipandang sebagai kegiatan sebuah sistem yang memproses input, yakni para siswa yang diharapkan terdorong untuk melakukan pembelajaran aneka ragam materi pelajaran yang disajikan di kelas. Hasil yang diharapkan dari proses belajar mengajar tersebut adalah output berupa para siswa yang telah mengalami perubahan positif baik dimensi ranah cipta, rasa, maupun karsanya, sehingga

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Edisi Revisi,h.1

2

(13)

cita-cita mencetak sumber daya manusia yang berkualitas pun tercapai. Dalam kesatuan ini terjadi interaksi resiprokal, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.

Dalam suatu lingkup proses belajar mengajar, terkadang guru mengalami hambatan atau pun permasalahan untuk mendapatkan suatu penguasaan konsep oleh siswa. Untuk mendapatkan suatu proses belajar mengajar yang baik, perlu kita ketahui dahulu apa sebenarnya belajar itu. Menurut Muhibbin Syah, pendidikan dalam pengertian yang luas dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.3

Menurut Wittig (dalam Muhibbin Syah, 2004: 114) dalam bukunya Psycology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan:4

1. Acquistion (tahap perolehan/penerimaan informasi). 2. Storage (tahap penyimpanan).

3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).

Pada tahap acquistion seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam kesuluruhan perilakunya. Proses acquistion dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

Pada tahap storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquistion. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, h.10

4

(14)

Pada tahap retrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai tanggapan atau stimulus yang sedang dihadapi.

Pada tahap-tahapan proses belajar di atas, penerimaan informasi, pemahaman informasi, dan pengungkapan kembali informasi merupakan proses penting yang harus dimiliki oleh siswa untuk penguasaan suatu konsep. Siswa yang sedang mengalami proses pembelajaran harus dapat menguasai konsep mata pelajaran yang dipelajari secara menyeluruh, sehingga akan terbentuk pemahaman yang utuh.

Pemerintah Indonesia secara terus menerus melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mendukung pembangunan nasional. Upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain ditempuh melalui pengadaan fasilitas dan sarana pendidikan, menyelenggarakan penataran bagi guru, penyempurnaan kurikulum, dan pengembangan metode pembelajaran, pengembangan proses pembelajaran, dan pembinaan profesionalisme guru.

Salah satu tujuan dari profesionalisme guru khususnya bagi guru bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah untuk memperbaiki lingkungan dan situasi pembelajaran siswa. Perbaikan ini dilakukan dengan cara meningkatkan mutu, efesiensi, serta meningkatkan relevansi pengajaran IPA melalui perubahan-perubahan yang mengarah pada pemantapan konsep materi pembelajaran, menyusun dan merencanakan pengalaman belajar siswa melalui demonstrasi kegiatan kelas dan pemanfaatan fasilitas laboratorium.5

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang baru bagi siswa, sebab mereka baru mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai suatu mata pelajaran pada saat memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini tidak menutup

5

(15)

kemungkinan adanya kesulitan bagi mereka dalam penguasaan konsep kimia. Kesulitan penguasaan konsep kimia ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran atau pada hasil evaluasi pembelajaran.6

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar khususnya, dan dalam bidang pendidikan pada umumnya. Pendidikan merupakan proses untuk mengubah secara positif perilaku siswa yang belajar. Dengan demikian evaluasi berperan untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya perubahan yang terjadi pada siswa dan seberapa besar perubahannya.

Kegiatan evaluasi hasil belajar terdiri dari kegiatan pengukuran dan penilaian. Kegiatan pengukuran memerlukan alat ukur dalam hal ini adalah tes hasil belajar. Tujuan utama melaksanakan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tujuan pembelajaran yang diterima siswa, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya, salah satu upaya menindak lanjuti hasil evaluasi yang kurang memuaskan adalah dengan pemberian assessment diagnostik. Assessment diagnostik merupakan penilaian yang diberikan kepada siswa sebagai akibat dari hasil tes formatif, mengenai kesulitan belajar yang dialami siswa, dan menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, serta menetapkan cara mengatasi kesulitan tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes dan non tes.7

Tugas profesional guru adalah mengusahakan terjadinya perkembangan belajar siswa baik perkembangan kognitif, motorik, maupun afektif. Untuk mengetahui perkembangan siswa, guru harus melaksanakan assessment. Assessment (Latief, dalam I Wayan Merta, 2003: 103) adalah suatu kegiatan dalam proses belajar-mengajar yang dirancang oleh guru untuk mengetahui perkembangan belajar siswa. Fungsi assessment menurut Iskandar

6

Masbah dan Hamzah, “Pengembangan Metode Pembelajaran Matematika Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa SLTP”, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 8, Nomor 1, Februari 2001, h. 50

7

(16)

(dalam I Wayan Merta, 2003: 103) adalah: 1) sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, dan memperkaya suatu pembelajaran di kelas; 2) sebagai alat komunikasi dengan siswa; 3) sebagai alat untuk memonitor hasil belajar dan perbaikan pembelajaran; 4) sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran.8 Dalam melakukan assessment (penilaian), seperti halnya pedagang, guru harus memperhatikan peringatan Allah dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 35 berikut ini:

فْوأو

او

ْﻜْا

اذإ

ْﻢ ْآ

اﻮ زو

سﺎﻄْﺴﻘْﺎﺑ

ﻢ ﻘ ْﺴﻤْا

ﻚ ذ

ﺮْﺧ

ﺴْﺣأو

ﺎ وْﺄ

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”

Berdasarkan ayat tersebut di atas, sebagaimana pedagang, guru hendaknya bersikap adil dalam melakukan penilaian. Sehingga dari hasil penilaian ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan dalam penguasaan konsep.

Landasan perlunya mengembangkan suatu sistem assessment dalam memantau kualitas pembelajaran dapat dirunut kepada acuan legal formal maupun profesional. Secara legal formal, dapat dirujuk misalnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya penjelasan pasal 43, yang menyatakan bahwa penilaian terhadap kegiatan belajar-mengajar seharusnya dimanfaatkan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikannya (Depdikbud, 1989).

Kemudian UU Nomor 2 Tahun 1989 diganti dengan UU Nomor 20 Tahun 2003, khususnya pasal 58 ayat (1), jelas mengungkapkan bahwa “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau

8

(17)

proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.” Dengan merujuk pada kutipan pasal 58 ayat (1) UUSPN Tahun 2003, kata evaluasi yang juga berarti assessment secara tersurat dan tersirat sebaiknya dipakai untuk perbaikan pembelajaran, yang berakhir pada perbaikan hasil atau prestasi belajar peserta didik dan kualitas pendidikan.9

Pelajaran kimia memiliki sub-sub mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan. Penelitian yang akan dilakukan adalah melihat apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa khususnya pada mata pelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan. Penelitian akan dilakukan pada mata pelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan di siswa SMA kelas XI IPA semester 1. Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini berjudul “PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASILKALI

KELARUTAN MELALUI PENERAPAN ASSESSMENT”

B. Pembatasan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang dibahas agar menjadi jelas dan tidak menyimpang. Pembatasan permasalahan dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 8 Ciputat.

2. Pada indikator manakah siswa mengalami kesulitan dalam menguasai konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment? 3. Apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali

kelarutan melalui penerapan assessment?

4. Peningkatan penguasaan konsep dapat dilihat dari assessment dan assessment kinerja dari percobaan yang akan dikerjakan oleh siswa.

C. Perumusan Masalah

9

(18)

Dari pembatasan masalah di atas, penelitian ini dirumuskan pada: Bagaimana peningkatan penguasaan siswa terhadap konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment pada siswa.

Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment, dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan selanjutnya sehingga dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Penguasaan Konsep

Beragam definisi tentang konsep dikemukakan oleh para pakar. Menurut Rosser, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. 10 Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli (objek-objek atau orang) yang memiliki ciri-ciri umum.11 Sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apa pun di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.12

Dahar mengemukakan bahwa pengetahuan kimia disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi, artinya pengetahuan kimia merupakan serangkaian konsep-konsep, dimana satu sama lain saling berhubungan sehingga melahirkan suatu pemahaman yang bermakna. Konsep-konsep kimia dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi beberapa kelompok konsep, yaitu:13

a. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat, misalnya gelas kimia, tabung reaksi, spektrum

b. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tidak dapat dilihat, misalnya atom, molekul, inti

c. Konsep dengan atribut kritis yang bastrak tetapi contohnya dapat dilihat, misalnya unsur, senyawa

10

Nancy Susianna, Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan Siswa SLTP, (Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h.3

11

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 162

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi Ketiga, h. 588

13

(20)

d. Konsep yang berdasarkan prinsip, misalnya mol, campuran, larutan e. Konsep yang melibatkan penggambaran simbol, misalnya lambang

unsur, rumus kimia, persamaan reaksi

f. Konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif, elektronegatif

g. Konsep-konsep yang menunjukkan atribut ukuran meliputi ton, kg, g, (ukuran massa), M, m, pH (ukuran konsentrasi)

Tujuan pendidikan IPA adalah untuk menghantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari. Kata menguasai mengisyaratkan bahwa pendidikan IPA harus menjadikan siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain.14

Beberapa hasil penelitian, diantaranya Wiseman, Nakhleh, Carter, Kirkwood, dan Symington, menunjukkan banyak siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya.15

Wiseman (dalam Rumansyah, 2002: 172) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah dan mahasiswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (dalam Rumansyah, 2002: 172) sebagai berikut:16

14

Wahyudi, “Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran IPA”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 036, Tahun Ke-8, Mei 2002

15

Rumansyah, “Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kimia Karbon Melalui Strategi Peta Konsep (Concept Mapping)”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 042, Tahun Ke-9, Mei 2003

16

(21)

a. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak.

Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menuntut siswa dan mahasiswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak melihat atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom, misalnya sebuah atom oksigen kita gambarkan sebagai bulatan.

b. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. Kebanyakan objek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar mudah dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, dimana zat-zat dianggap murni atau hanya dua atau tiga zat saja.

c. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat.

Seringkali topik-topik ilmu kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika atom karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu. Di samping itu, perkembangan ilmu kimia itu sangat cepat, seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua untuk lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kemajuan tersebut.

d. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal.

Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia. Namun, kita juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain.

e. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak.

(22)

Menurut Arifin (dalam Rumansyah, 2002: 172), kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada:

a. Kesulitan dalam memahami istilah.

Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan tidak memahami dengan benar maksud dari istilah yang sering digunakan dalam pelajaran kimia.

b. Kesulitan dalam memahami konsep kimia.

Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara keseluruhan merupakan konsep atau materi bersifat abstrak. c. Kesulitan Angka.

Dalam pengajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam rumusan/operasi matematis. Namun, sering dijumpai siswa yang kurang memahami rumusan tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik, siswa tidak hafal rumusan matematika yang banyak digunakan dalam perhitungan-perhitungan kimia, sehingga siswa tidak terampil dalam menggunakan operasi-operasi dasar matematika.

Berdasarkan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang bersifat abstrak, merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya, berurutan dan berkembang cepat, tidak hanya memecahkan soal, dan materinya yang sangat banyak. Kemudian dari ciri-ciri tersebut ditemukan sumber kesulitan yang siswa hadapi dalam mempelajari ilmu kimia yaitu: kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan dalam memahami konsep, dan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perhitungan.

2.Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

(23)

konsep inilah yang sering menjadi kendala siswa dalam menyelesaikan soal-soal kelarutan dan hasilkali kelarutan. Dengan penerapan assessment diharapkan dapat mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa tentang kelarutan dan hasilkali kelarutan. Karena dalam assessment ini dapat dilihat kesulitan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kesulitan-kesulitan ini direfleksi kemudian diperbaiki dalam penelitian tindakan kelas.

Materi kelarutan dan hasilkali kelarutan merupakan materi untuk kelas XI pada semester genap. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau disebut juga kurikulum 2006, Depdiknas hanya menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, sedangkan Indikator dan kegiatan pembelajarannya ditentukan oleh sekolah masing-masing. Berikut silabus dan uraian materi kelarutan dan hasilkali kelarutan:

a. Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

1) Kompetensi Dasar: Memprediksikan terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasilkali kelarutan. 2) Indikator

a) Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut.

b) Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya.

c) Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya.

d) Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan. e) Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya.

f) Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp. b. Materi Pokok Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan17. Dalam

pembelajaran materi ini dibagi menjadi dua siklus. Siklus pertama

17

(24)

dibagi menjadi dua tahap dan siklus kedua dibagi menjadi tiga tahap, dengan tahap yang terakhir adalah percobaan laboratorium. Berikut materi-materi yang disampaikan dalam pembelajaran, adalah sebagai berikut:

1) Siklus 1 tahap 1

Larutan Jenuh

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi dalam pelarut. Zat pelarut adalah zat yang mendispersi komponen terlarut.18

Partikel-partikel zat terlarut, baik berupa molekul maupun berupa ion, selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh molekul-molekul pelarut air). Makin banyak partikel zat terlarut makin banyak pula molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi partikel zat terlarut itu.

Jika sejumlah air kita tambahkan terus-menerus zat terlarut, lama-kelamaan tercapai suatu keadaan di mana semua molekul air terpakai untuk menghidrasi partikel yang dilarutkan sehingga larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang ditambahkan. Kita katakan larutan itu mencapai keadaan jenuh.

Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam konsentrasi maksimum (tidak dapat ditambah lagi). Harga konsentrasi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu zat dalam larutan disebut kelarutan (solubility), dengan lambang s. Jadi, kelarutan (s) suatu zat adalah konsentrasi zat tersebut dalam larutan jenuh. Suatu zat tidak memiliki konsentrasi yang lebih besar dari harga kelarutannya.

Elektrolit-elektrolit mempunyai harga kelarutan (s) yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, satu liter larutan dapat menampung NaCl sebagai zat terlarut maksimum 357 gram. Harga

18

(25)

kelarutan dalam satuan molar adalah 357/58,5 atau 6,1 M. Kita katakan bahwa kelarutan NaCl sangat besar atau mudah larut dalam air. Sedangkan satu liter larutan hanya mampu melarutkan AgCl sebanyak 1,45 mg. Harga kelarutan AgCl adalah 0,00145/143,5 atau 10-5 M. Kita katakan bahwa kelarutan AgCl sangat kecil atau sukar larut dalam air.

Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.

MA(s) M+(aq) + A- (aq)

Karena zat padat tidak mempunyai konsentrasi, maka tetapan kesetimbangan reaksi ini adalah hasilkali konsentrasi ion-ion, dan disebut hasilkali kelarutan, dengan lambang Ksp.

Ksp =

[ ][ ]

M+ A−

Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasilkali Kelarutan

Kelarutan (s) dan hasilkali kelarutan (Ksp) sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara keduanya terdapat hubungan yang erat.

AgCl → Ag+ + Cl− s s s

Ksp AgCl

[ ][ ]

Ag+ Cl s s Ksp AgCl = s x s

= s2

s = Ksp

(26)

3

4 Ksp s=

Dari dua contoh di atas, hubungan antara kelarutan (s) dengan hasilkali kelarutan (Ksp) dapat disimpulkan sebagai berikut:

( )

n-1 n

s 1 -n Ksp= Keterangan:

n = jumlah ion dari elektrolit

s = kelarutan elektrolit dalam molar (M)

Untuk elektrolit biner (n = 2), berlaku rumus berikut: Ksp = s2 atau s= Ksp

Untuk elektrolit terner (n = 3), berlaku rumus berikut: Ksp = 4s3 atau 3

4 Ksp s=

2) Siklus 1 tahap 2

Pengaruh Ion Sejenis

Jika AgCl dilarutkan dalam larutan NaCl atau larutan AgNO3, ternyata kelarutan AgCl dalam larutan tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan kelarutan AgCl dalam air murni. Hal ini disebabkan adanya ion sejenis yang ada dalam larutan. Ion Cl- dari NaCl atau ion Ag+ dari AgNO3 akan mempengaruhi kesetimbangan.

Jadi, adanya ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu elektrolit. Makin banyak ion sejenis yang ada dalam larutan, makin kecil kelarutan elektrolit tersebut.

3) Siklus 2 tahap 1

Prakiraan Pengendapan

(27)

suatu larutan. Seperti kita ketahui, larutan jenuh MA berlaku hubungan: Ksp =

[ ][ ]

M+ A−

Jika larutan itu belum jenuh (MA yang larut masih sedikit), sudah tentu harga

[ ][ ]

M+ A− lebih kecil daripada harga Ksp. Sebaliknya, jika

[ ][ ]

M+ A− lebih besar daripada Ksp, maka hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap. Jika

[ ][ ]

M+ A− < Ksp, larutan belum jenuh (tak terjadi endapan). Jika

[ ][ ]

M+ A− = Ksp, larutan tepat jenuh (tak terjadi endapan). Jika

[ ][ ]

M+ A− > Ksp, larutan lewat jenuh (elektrolit mengendap). 4) Siklus 2 tahap 2

Hubungan Kspdengan pH

Harga pH sering digunakan untuk meghitung Ksp suatu basa yang sukar larut. Sebaliknya harga Ksp suatu basa dapat digunakan untuk menentukan pH larutan.

3.Assessment

a. Pengertian Assessment

Assessment merupakan suatu prosedur yang secara lengkap untuk memperoleh informasi tentang belajar siswa (observasi, penilaian kinerja atau proyek, tes tertulis) dan penentuan penilaian mengenai kemajuan pembelajaran. Tes merupakan tipe khusus assessment yang terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang dapat mengelola kesulitan dan memperbaikinya pada semua siswa.19 Assessment meliputi tes tertulis seperti jawaban uraian (contoh: essay), dan tes kinerja (contoh: percobaan laboratorium). Assessment dapat berarti proses mengumpulkan, mengartikan, merekam, dan menggunakan informasi tentang jawaban siswa pada task pendidikan, tanggapan guru, dan

19

(28)

menggunakan data yang diperoleh dari assessment untuk perimbangan, perencanaan, memilih dan membuat keputusan.20

Menurut Aiken bahwa assessment merupakan karakteristik seseorang dengan mengakses tingkah laku manusia dan proses mental dapat dilakukan dengan cara observasi, interview, skala rating, chick lish, teknik proyektif dan tes.21 Pengertian assessment (to assess = assessment) merupakan kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan. Setelah pengukuran (measurement) kemudian dilakukan pembandingan (assessment) dan selanjutnya diambil sebuah keputusan (evaluation).22

[image:28.595.98.514.133.629.2]

Kata measurement, assessment, dan evaluation dalam dunia pendidikan penggunaannya sering tertukar. Pada dunia pendidikan, measurement adalah menentukan karakteristik dari individu atau kelompok siswa. Bagaimanapun evaluation merupakan gabungan antara pengukuran dengan informasi lain untuk menentukan suatu yang kita inginkan dan pentingnya yang kita amati. Evaluation adalah hasil dari measurement setelah nilai di dapat. Berikut Tabel 1 perbedaan antara measurement dan evaluation.23

Tabel 1. Perbedaan antara Measurement dan Evaluation.

Measurement Evaluation

Pelaksaan tes menunjukkan bahwa siswa tidak dapat mengungkapkan sedikit kata daripada seribu kata.

Pelaksanaan ini merupakan perhatian yang penting, karena merupakan penyebutan sejumlah kata yang merupakan prasyarat untuk unit selanjutnya, dalam tes tulis.

20

Louis Cohen, dkk., A Guide to Teaching Practice, (London: Routledge, 2004), h. 323

21

Darmiyati, Implementasi Asesmen Diagnostik Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SD Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007, h. 513

22

Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 2

23

(29)

Guru melihat siswa berbicara di kelas tanpa ditunjuk terlebih dahulu.

Tindakan ini adalah harapan bagi siswa yang tidak aktif dalam diskusi. Perbedaan antara measurement dan assessment sangat kecil. Assessment biasa digunakan sebagai gaya bahasa pilihan untuk measurement. Beberapa kalimat lebih baik menggunakan kata assessment dari pada measurement. measurement seakan terlihat seperti kwantitatif, tidak menarik, dan sedikit diingini. Sedangkan assessment adalah terlihat seperti kwalitatif dan dekat.24

b. Landasan Assessment

Assessment adalah suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar yang dirancang oleh guru untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.25 Berbeda dengan pengukuran hasil belajar, assessment sangat terkait dengan teori belajar. Berikut beberapa teori yang dijadikan landasan bagi pelaksanaan assessment:

1) Teori Fleksibilitas Kognitif dari R. Spiro (1990)

Teori fleksibilitas kognitif menjelaskan bahwa belajar menghasilkan kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang telah dimiliki, guna merespon perubahan atau kenyataan yang dihadapi atau tuntutan situasi seketika. Berdasarkan teori belajar tersebut maka jelas bahwa assessment selalu dilakukan pada konteks belajar yang tidak terpisah dari situasi yang sedang dihadapi.

2) Teori belajar J. Bruner (1966)

Belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa dengan jelas mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep-konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki.

24

Albert Oosterhof, Developing and…, p. 3

25

(30)

Konsep belajar sebagai suatu proses pengembangan diri menurut struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa secara mandiri dan dapat melebihi informasi yang diperoleh dalam teori belajar Bruner, menjadi dasar yang kuat untuk menumbuhkan prinsip-prinsip assessment kinerja.

3) Teori Experiential Learning yang dikembangkan oleh C. Rogers (1969).

Teori membedakan dua jenis belajar yaitu: 1) Cognitif Learning yaitu teori belajar yang berhubungan dengan pengetahuan akademik, dan 2) Experiential Learning yaitu teori belajar yang berhubungan dengan pengetahuan terapan.

4) Teori Kemampuan Multipel dari Howard Gardner

Menurut Gardner setidak-tidaknya ada tujuh kemampuan dasar, yaitu Visual-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical rhytmical, Interpersonal,

Intrapersonal, Logical Mathematical dan Verbal-linguistic. Teori ini memperlihatkan secara jelas, bahwa assessment hasil maupun proses belajar tidak hanya mengukur salah satu atau beberapa aspek kemampuan siswa, tetapi harus mengukur seluruh aspek kemampuan siswa. Sehingga tertutup kemungkinan bahwa assessment hanya dilakukan melalui tes baku, tetapi proses assessment (terutama assessment kinerja) menjadi fokus utama assessment.26

c. Assessment kinerja

Assessment kinerja atau performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.27Performance assessment adalah suatu

26

Asmawi Zainul, Alternative Assessment, (Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka, 2001), h. 4-8

27

(31)

penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dari kriteria yang diinginkan.28

Performance assessment ialah pengumpulan informasi tentang hasil percobaan/demonstrasi yang meliputi task, seperti melakukan eksperimen, mengungkapkan pendapat, menulis cerita, atau mengoperasikan mesin. 29Performance assessment mempunyai dua bagian yaitu: task dan rubric. Task diartikan sebagai tugas dan rubric diartikan sebagai kriteria penilaian.30

d. Tujuan Assessment

Assessment dapat meningkatkan hasil yang dicapai siswa, membantu untuk memilih kegiatan atau matapelajaran yang akan datang, menambah keefektifan matapelajaran dan guru, dan memberikan tujuan jangka panjang pembelajaran.31 Tujuan utama penggunaan assessment dalam pembelajaran sains adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan professional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Martyn Rouse tujuan assessment adalah sebagai berikut:32

1) Membantu untuk membuat penempatan siswa.

2) Untuk mendiagnosis kelebihan dan kelemahan individu. 3) Memberikan feedback pada guru dan siswa.

Feedback atau umpan balik diberikan melalui tes-tes formatif. Tes formatif yang dilakukan menjadi alat diagnosa untuk menentukan kemajuan atau keberhasilan peserta didik. Tes formatif menurut S.

28

Sri Wahyuni, “Authentic Assessment dalam Pembelajaran Bahasa”, dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Th. 18, No. 1, Februari 2005, h. 46

29

David W. Johnson, Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative Process, (Boston: Allyn & Bacon A Person Education Company, 2002), h. 6

30

Jo Anne Wangsatorntanakhun, Designing Performance Assessment: Challenges for the Three-Story Intellect, (Thailand: Redeemer Internasional School, 2004), h. 2

31

Geoff Petty, Teaching Today, (London: Nelson Thornes Ltd, 2004), Third Edition, h. 449

32

(32)

Nasution (dalam Martinis Yamin, 2007:129) adalah umpan balik yang memiliki fungsi bermacam-macam, seperti berikut:33

a) Mempercepat anak belajar dan memberi motivasi untuk bekerja sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.

b) Untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan yang baru.

c) Berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apersepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya. d) Bagi siswa yang masih kurang menguasai bahan pelajaran, tes

formatif merupakan alat untuk mengungkapkan di mana sebetulnya letak kesulitannya.

e) Tes formatif dimaksud sebagai alat "assessment" yaitu memperoleh keterangan dengan maksud baik.

f) Memberikan umpan balik kepada guru agar mengetahui di mana tardapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar. 4) Memberikan fakta-fakta untuk keputusan tentang sertifikat atau

kelulusan.

5) Untuk evaluasi dan akuntabilitas.

6) Memberikan informasi pada orang tua dan yang lainnya tentang perkembangan siswa.

e. Prinsip-prinsip Assessment

Proses assessment dalam pelaksanaannya dapat mengetahui perkembangan belajar siswa secara menyeluruh. Prosesnya akan efektif jika mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:34

1) Dengan jelas menentukan penilaian pada proses assessment.

2) Memilih prosedur assessment karena harus relevan dengan karakteristik yang akan diukur. Prosedur assessment sering dipilih

33

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 129-130

34

(33)

dengan didasarkan pada objektivitas dan keakuratan. Berikut Gambar 1 proses assessment:

Dan/atau

Gambar 1. Proses Assessment

3) Assessment yang menyeluruh memerlukan prosedur yang bervariasi. 4) Menggunakan prosedur assessment yang tepat beserta batasannya. 5) Assessment adalah cara untuk mancapai tujuan, bukan tujuan itu

sendiri.

f. Langkah-langkah Assessment

Tujuan dari pembelajaran adalah membantu siswa untuk menerima tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tujuan tersebut meliputi perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketika pembelajaran mulai berjalan, assessment merupakan bagian dari proses belajar-mengajar. Hasil pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai tanpa tujuan pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran harus membawa perubahan bagi siswa, hal ini dapat melalui penilaian secara periodik dengan tes dan assessment yang lain.

Keterkaitan antara pengajaran, pembelajaran, dan assessment dalam pendidikan akan terlihat jelas dengan mengikuti langkah-langkah proses pembelajaran sebagai berikut:

1) Memperkenalkan tujuan pembelajaran

Langkah pertama adalah pengajaran dan assessment merupakan penentu hasil belajar yang diharapkan dari kelas belajar,

Assessment

Tanpa pengukuran (informal observasi)

Pertimbangan penilaian (kemajuan pembelajaran) Pengukuran

(34)

bagaimana cara berpikir dan bertindak ketika siswa telah mengikuti pembelajaran? Pengetahuan dan pemahaman apa yang harus siswa miliki? Keterampilan apa yang dapat siswa lakukan? Minat perilaku siswa apa yang harus berkembang? perubahan apa yang terjadi pada kebiasaan berpikir, karsa dan apa yang dilakukan setelah perubahan?. Kesimpulan, secara spesifik perubahan apa yang terjadi setelah kami berusaha? Dan apakah siswa akan senang ketika kami berhasil merubahnya?

2) Menyiapkan penilaian siswa

Ketika tujuan pembelajaran telah ditentukan, biasanya membuat beberapa assessment yang diperlukan oleh siswa agar hasil pembelajaran tercapai. Kemampuan dan keterampilan apakah yang siswa miliki dari hasil pengajaran? Apakah keterampilan dan pemahaman siswa yang berkembang? Penilaian keterampilan dan pengetahuan siswa dimulai dari kemungkinan dalam menjawab pertanyaan. Informasi ini sangat berguna pada rencana kerja untuk siswa dimana masih terdapat kekurangan pada keterampilan dan memodifikasi rencana pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Berikut prinsip-prinsip penilaian:35

a) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).

b) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real word problems).

c) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman balajar.

d) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

35

(35)

Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada hal berikut:36

a) Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana.

b) Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran.

c) Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran.

d) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

3) Menyediakan pembelajaran yang relevan

Adanya relevansi pembelajaran antara materi dan metode belajar dalam desain rencana pembelajaran untuk membentuk siswa dalam mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan selama tahap pembelajaran, pengukuran, dan pemberian assessment. Hal tersebut berarti dapat memonitor kemajuan belajar dan mendiagnosis kesulitan belajar. Jadi, pelaksanaan assessment secara periodik selama pembelajaran dapat memberikan feedback untuk membantu cara memperbaiki pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.

4) Menilai hasil yang diharapkan.

Tahap terakhir dalam proses pembelajaran adalah menentukan tahap belajar yang diterima oleh siswa. Penyempurnaan tahap ini dengan menggunakan assessment yang dapat mengukur hasil belajar yang diharapkan. Idealnya, tujuan pembelajaran akan jelas menentukan keinginan perubahan pada siswa dan instrumen assessment akan memberikan relevansi pengukuran atau gambaran tingkat perubahan yang terjadi. Kesesuaian prosedur assessment

36

(36)

yang akan digunakan akan dapat mengetahui hasil yang diharapkan, dengan memperhatikan keterangan yang dapat dijadikan pertimbangan penting untuk keefektifan kelas assessment dan perhatian yang sungguh-sungguh untuk bab selanjutnya.

Penilaian ini harus memiliki kerangka berpikir (kognitif), sikap mental (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mancakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor).37 Semua ini terangkum di dalam hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimiliki masing-masing siswa ini diharapkan mampu berwujud menjadi kecakapan hidup (life skill). Menurut Achjar kecakapan hidup (life skill) dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu (www.dikmenum.go.id):38

a) Personal Skill (kecakapan personal) (1)Kesadaran diri (eksistensi diri)

(2)Kecakapan berpikir (menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah). b) Social Skill (kecakapan sosial)

(1)Kecakapan komunikasi lisan (2)Kecakapan komunikasi tertulis (3)Kecakapan tertulis

(4)Kecakapan kerja sama

c) Academic Skill (kecakapan akademik)

37

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Ke-17, h. 34

38

(37)

(1)Kecakapan mengidentifikasi variabel (2)Kecakapan menghubungkan variabel (3)Kecakapan merumuskan hipotesis (4)Kecakapan melakukan penelitian d) Spiritual Skill

Kecakapan memahami posisi dan makna diri di hadapan Tuhan. e) Vocational Skill (kecakapan keterampilan)

Kecakapan seseorang memberdayakan panca indera, intuisi dan penalaran dalam merefleksikan jalan pemikiran melalui lisan, tulisan, perbuatan dan atau memanfaatkan alat dan bahan untuk memperbaiki, membuat dan atau memodifikasi suatu produk.

Aspek-aspek kecakapan hidup yang akan dinilai sebagai bagian hasil belajar adalah: kecakapan berpikir, kesadaran diri, dan komunikasi lisan.

5) Penggunaan hasil

Siswa yang dikenai penerapan assessment, pada dasarnya dapat digunakan untuk kepentingan guru dan penyelenggara. Prosedur assessment yang digunakan dengan tepat dapat secara langsung meningkatkan hasil belajar siswa dengan: 1) Menjelaskan hasil belajar yang diharapkan. 2) Memberikan tujuan jangka pendek menjelang pelaksanaan. 3) Memberikan timbal balik mengenai pembelajaran. 4) Memberikan informasi untuk mengatasi kesulitan belajar dan memilih pengalaman pembelajaran untuk selanjutnya.

(38)

dapat memberikan secara langsung kemajuan dalam proses belajar-mengajar.

Hasil assessment juga dapat digunakan untuk menentukan angka dan laporan kemajuan siswa kepada orang tua. Sistematika yang digunakan pada banyak prosedur assessment menjadi dasar keobjektifan untuk laporan setiap kemajuan belajar siswa. Selain untuk menilai dan melaporkan, hasil assessment juga dapat berguna untuk keperluan berbagai administrasi dan keperluan pimpinan, pengembangan kurikulum, membantu siswa dalam belajar, mengambil kejuruan, dan keefektifan program sekolah dalam penilaian. Penyederhanaan model pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2 Ringkasan langkah dasar proses pembelajaran dan menjelaskan hubungan pengajaran, pembelajaran, dan assessment:

Menyiapkan penilaian siswa

Memberikan pengajaran yang relevan: 1. Memantau kemajuan belajar 2. Mendiagnosis kesulitan belajar Memperkenalkan tujuan pembelajaran

Menilai hasil yang diharapkan

Kemuajuan belajar & pembelajaran

Penilaian & laporan pada

orang tua

Sekolah menggunakan hasil untuk tujuan

(39)
[image:39.595.98.517.118.562.2]

Gambar 2. Penyederhanaan Model Pembelajaran

Prosedur assessment meliputi: tehnik observasi, penilaian, dan laporan individu. Observasi secara langsung merupakan cara yang terbaik untuk menilai beberapa aspek kemajuan belajar. Penggunaan catatan anekdotal dapat dilakukan guru melalui observasi informal yang dapat menjadi sumber informasi tentang perkembangan siswa. Pendapat dan laporan dapat dibuat oleh siswa sendiri, selain itu dapat juga menjadi sumber yang berharga dalam perkembangan pembelajaran dalam bentuk: (1) pendapat tentang penggunaan penilaian perkembangan baik individu maupun kelompok. (2) metode pelaporan memberikan keterangan secara lengkap tentang yang dibutuhkan siswa, permasalahan, penyesuaian diri, minat, dan sikap.39

Assessment yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan materi kelarutan dan hasilkali kelarutan. Karena dalam pembelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan ini diperlukan adanya penjelasan teori kelarutan dan hasilkali kelarutan, dan praktikum, sehingga assessment yang digunakan adalah assessment (pilihan ganda dan essay), dan assessment kinerja.

B. Penelitian yang Relevan

Diah Rusnawati, Penggunaan Penilaian Kinerja (Performance Assessment) dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep (PTK di SMPN I Tangerang). Skripsi Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Jakarta 2006. Dalam penelitiannya mengatakan konsepsi awal dan akhir siswa terhadap konsep kandungan zat-zat pada makanan pada siklus 1 setelah dihitung tes hasil belajar diperoleh rata-rata skor gain sebesar 31,4 dengan simpangan baku 73,4. Dan pada siklus 1 diperoleh rata-rata 39,8, serta simpangan baku 69,0 dengan uji-t 4,9. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa siswa diajarkan dengan menggunakan pembelajaran praktikum dengan

39

(40)

menggunakan penilaian kinerja siswa terdapat peningkatan yang signifikan. Maka distribusi kelas normal, dengan ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis yang menolak Ho, yaitu terdapat peningkatan penguasaan konsep yang signifikansi antara siklus I dan siklus II.

Hasil pengujian hipotesis dengan uji-t pda taraf signifikansi 0,01 yaitu membuktikan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan penilaian kinerja ada peningkatan signifikan dalam hal penguasaan konsep. Jika dilihat dari perolehan nilai berdasarkan distribusi frekuensi, maka didapat siklus II lebih tinggi dari siklus I. Dari data-data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa selisih hasil belajar (gain) siklus I dan siklus II terdapat peningkatan penguasaan konsep yang signifikan antara siklus I dan siklus II.

C. Kerangka Pikir

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang baru bagi siswa, sebab mereka baru mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai suatu mata pelajaran pada saat memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya kesulitan bagi mereka dalam penguasaan konsep kimia. Kesulitan penguasaan konsep kimia ini dapat dilihat pada saat proses pembelajaran atau pada hasil evaluasi pembelajaran.

(41)
[image:41.595.99.503.154.561.2]

kelarutan pada siswa. Berikut gambar 3 kerangka berpikir penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Berpikir Penguasaan Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

Assessment Kesulitan Belajar

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Jl. Raya Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Ciputat pada bulan April-Juni 2007.

B. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang penulis inginkan, diperlukan beberapa teknik, sebagai berikut:

1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

2. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.40

Populasi penelitian ditentukan semua murid kelas XI jurusan IPA SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sedangkan sampel diambil dengan cara purposive sample yaitu cara mengambil sampel bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu.41 Dari jumlah 2 kelas XI jurusan IPA peneliti tetapkan kelas XI IPA 1 yang berjumlah 34 orang karena dibandingkan kelas XI IPA 2 dengan XI IPA 1 sebagian besar siswanya mengalami kesulitan dalam belajar kimia sehingga cocok dijadikan sebagai kelas sampel.

C. Metode Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli seperti Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt, Rapoport, Dewey, dan sebagainya. Salah satu dari definisi tersebut adalah dikutip dalam

40

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, h. 108-109

41

(43)

D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teacher’s Guide To Classroom Research, Bristol. PA. Menyatakan bahwa Action Research adalah:

...a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in asocial (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practces, and (c) the situations in which practices are carried out.42

...penelitian tindakan adalah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, (c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.43

Pengertian PTK atau Class-room Action Research (CAR) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

[image:43.595.99.514.139.597.2]

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap:

Gambar 4. Kajian berdaur 4 tahap PTK

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru sehingga perlu dilakukan

42

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), hal. 6-7

43

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), hal. 11

(44)
[image:44.595.99.503.172.568.2]

perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula refleksi ulang. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK biasa digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut:

Gambar 5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins, 1993, hl.48).44

PTK dapat dilakukan untuk menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di dalam kelas/sekolah. Sebagai contoh, seorang guru mungkin menghadapi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya dari hari ke hari seperti meningkatkan motivasi belajar murid,

44

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (untuk: guru), (Bandung: CV. Yrama Widya, 2006), h. 31

Identifikasi Masalah

Perecanaan

Aksi Refleksi

Observasi

Perencanaan Ulang

Refleksi

Obervasi

(45)

menerapkan berbagai macam metode pembelajaran, mengembangkan kegiatan laboratorium, mengembangkan bentuk pekerjaan rumah, mengembangan bentuk-bentuk karya ilmiah, mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam assessment pencapaian murid, menerapkan berbagai pendekatan untuk memenuhi kebutuhan individual murid yang berbeda-beda, dan sebagainya.45

Sebelum pelaksanaan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu diempuh adalah: (1) membuat skenario pembelajaran. (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan. (4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

Jika semua tindakan persiapan telah rampung, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga dibarengi dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

Dalam hal pelaksanaan PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan yaitu:46 (i) pertemuan perencanaan, (ii) pelaksanaan observasi kelas, (iii) pembahasan balikan. Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara observer (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai fokus, kriteria atau kerangka pikir interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil observasi yang akan digunakan. Fokus observasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik incar dalam pelaksanaan observasi.

Dalam rangka PTK, fokus observasi dibatasi pada sasaran-sasaran tertentu yang diprioritaskan dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang

45

Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 4

46

(46)

tengah digelar dalam sesuatu siklus PTK. Sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, kehadiran pengamat mitra berperan melengkapi amatan aktor pelaksana tindakan perbaikan. Kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan observasi adalah kerangka pikir yang digunakan dalam menafsirkan makna dari berbagai fakta yang terekam sebagai indikator dari berbagai gejala yang diharapkan terjadi sebagai perwujudkan dari proses dan/atau dampak dari tindakan perbaikan yang diimplementasikan.

Beberapa kriteria observasi dalam rangka PTK adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan proses pembelajaran

a) Peningkatan frekuensi dan/atau kualitas siswa dalam interaksi belajar-mengajar.

b) Peningkatan perhatian siswa terhadap guru

c) Peningkatan ketepatan siswa dalam mengikuti kelas 2. Peningkatan hasil belajar

a) Peningkatan perasaan ingin tahu siswa

b) Peningkatan siswa dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan. c) Peningkatan hasil assessment yang diberikan.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berwujud:47 1. Pedoman pengamatan

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik atau pemetaan kelas.

2. Pedoman wawancara

Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. 3. Angket atau kuisioner

47

(47)

4. Pedoman pengkajian data dokumen

Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dll.

5. Tes dan assessment alternatif

6. Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur assessment.

Untuk dapat melakukan secara efektif pengambilan keputusan sebelum, selama, dan setelah sesuatu program pembelajaran dilaksanakan, guru sebagai pelaksana PTK, melakukan refleksi dalam arti merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajangi alernatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.

D. Rancangan/ Desain Penelitian

1. Fokus Masalah

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment pada siswa.

2. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment pada siswa.

3. Solusi Masalah

Dengan penerapan assessment dapat diketahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan pada siswa.

4. Indikator

a. Kecakapan personal (kecakapan dan kesadaran diri) b. Kecakapan sosial (kecakapan komunikasi)

(48)

5. Prosedur Penelitian a. Analisis kebutuhan

1) Observasi

2) Wawancara dengan guru 3) Kuisioner siswa

4) Assessment b. Siklus 1

Pada siklus 1 dibagi menjadi 2 tahap: 1) Tahap 1

a) Perencanaan tindakan

(1) Membuat rencana pelaksanaan pembalajaran pada sub pokok bahasan tentang larutan jenuh (hubungan kelarutan dan hasilkali kelarutan).

(2) Membuat assessment 1 tentang larutan jenuh (hubungan kelarutan dan hasilkali kelarutan).

b) Pelaksanaan tindakan

(1) Guru memberitahukan tujuan pembelajaran tentang larutan jenuh dan hubungan kelarutan dan hasilkali kelarutan pada siswa.

(2) Melaksanakan pembelajaran (materi pada halaman 12) dan memberikan contoh-contoh latihan soal.

(3) Memberi perlakuan assessment 1

c) Monitoring dan pemberian assessment pada siswa

(1) Pengamat mencatat aktivitas siswa pada format observasi siswa.

(2) Pengamat mencatat aktivitas guru pada format observasi guru.

(3) Memberikan kuisioner setelah pelaksanaan assessment1. d) Refleksi proses pembelajaran

(49)

(2) Menemukan kekurangan pada assessment 1 (3) Merefleksi kekurangan assessment1

Berikut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan assessment1:

Langkah-langkah Pembelajaran

Siklus 1 Tahap 1 (5 Jam Pelajaran)

Kegiatan Pendahuluan

• Menanyakan kabar siswa (absensi)

• Memperkenalkan diri kepada siswa

• Menjelaskan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti

• Menyimak pengertian larutan jenuh, kelarutan dan hasilkali kelarutan.

• Menyimak dan memberikan contoh hubungan kelarutan (s) dengan hasilkali kelarutan (Ksp)

• Menuliskan rumus Ksp berdasarkan jumlah elektrolit

• Mengerjakan contoh-contoh soal tentang kelarutan dan hasilkali kelarutan (Ksp)

• Menerima perlakuan assessment 1 tentang kelarutan dan hasilkali kelarutan dan hubungannya.

Kegiatan Akhir

• Membuat kesimpulan dengan dibantu siswa lainnya

• Menyimak informasi tentang pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya.

• Mengakhiri pembelajaran dengan berdoa

Assessment 1 Nama :

Kelas : XI IPA 1

Materi : Larutan jenuh (hubungan kelarutan dan hasilkali kelarutan) Waktu : 60 menit

Isilah pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar, untuk soal pilihan ganda disertai dengan uraian alasan jawaban!

1. Pada saat proses pelarutan AgCl, maka sebagian AgCl larut dan sebagian akan tetap mengendap, sehingga terjadi kesetimbangan, dan akan terus menjadi endapan apabila ditambahkan AgCl padatan. Apa yang terjadi jika di larutan jenuh tersebut ditambahkan air?

a. AgCl tetap mengendap

b. AgCl yang mengendap akan terlarut dan terionisasi c. AgCl yang terlarut akan mengendap

(50)

2. Rumusan hasilkali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 dinyatakan sebagai… a.

[ ] [ ]

Ag+ 2 SO24- d.

[

2Ag+

] [ ]

2 SO24

-b.

[

2Ag+

][ ]

SO24- e.

[ ][ ]

Ag+ SO24- 2 c.

[

2Ag+

][ ]

SO24- 2

3. Ksp AgCl = 1,6x10-10. Satu mol AgCl dimasukkan ke dalam satu liter air, maka dalam larutan jenuh AgCl terdapat…

a. Konsentrasi AgCl = 1,6x10-10 M b. Konsentrasi ion Ag+ = 1,6x10-10 M c. Konsentrasi ion Cl- = 1,6x10-10 M d.

[ ] [ ]

Ag+ + Cl- = 1,6x10-10

e.

[ ][ ]

Ag+ Cl- = 1,6x10-10 4. Diperoleh data sebagai berikut:

Senyawa ion Ksp Kelarutan mol/L BaSO4

Mg(OH)2 Mn(OH)2

1,0 x 10-10 1,6 x 10-11 1,9 x 10-13

1,0 x 10-5 1,58 x 10-4 3,5 x 10-5

Apa yang dapat Anda simpulkan antara senyawa Mg(OH)2 dan Mn(OH)2 tentang harga Ksp dan kelarutannya?

a.Senyawa elektrolit yang berbeda, maka Ksp dan kelarutannya berbeda. b.Senyawa elektrolit yang memiliki jumlah ion yang sama, maka elektrolit

dengan Ksp terbesar akan memiliki kelarutan (s) terbesar.

c.Senyawa elektrolit yang memiliki jumlah ion yang sama, maka elektrolit dengan Ksp terbesar akan memiliki kelarutan (s) terkecil.

d.Senyawa elektrolit yang berbeda, maka elektrolit yang memiliki Ksp terbesar akan memiliki kelarutan (s) terbesar.

e.Semua jawaban salah.

5. Diperoleh data sebagai berikut:

Senyawa ion Ksp

Gambar

Gambar 1.  Proses Assessment .................................................................................
Tabel 1. Perbedaan antara Measurement dan Evaluation.
Gambar 2. Penyederhanaan Model Pembelajaran
Gambar 3. Kerangka Berpikir Penguasaan Konsep Kelarutan dan Hasilkali
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode tanya jawab merupakan interaksi langsung antara guru dengan siswa. Guru memberikan sedikit rangsangan tentang materi yang disampaikan. Berupa pengetahuan awal

berhubungan dengan materi, guru memberikan waktu kepada siswa untuk menjawab dan memberikan konfirmasi jawabannya, sehingga terjadi interaksi melalui tanya jawab

membuat siswa mengerti. 2) dilihat dari lembar observasi aktivitas siswa, siswa aktif berdiskusi kelompok, ber- tanya kepada guru sehingga mereka lebih

Kegiatan Inti Pertemuan II ±50 menit 1 Guru menunjukkan beberapa gambar tentang siklus air 2 Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa mengenai komponen komponen yang berperan

Berdasarkan potongan tanya jawab ini, terlihat bahwa siswa sudah mulai memahami konsep teorema phytagoras. Selanjutnya peneliti melihat satu persatu kinerja masing-masing

membuat siswa mengerti. 2) dilihat dari lembar observasi aktivitas siswa, siswa aktif berdiskusi kelompok, ber- tanya kepada guru sehingga mereka lebih

mulai ada kemajuan, sudah ada beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat dan dalam kegiatan kelompok sudah mulai kompak. Ini merupakan kemajuan walaupun belum

Dari tanya jawab guru dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sudah memahami sebagian materi tersebut. Akan tetapi ada beberapa sub pokok bahasan