• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.4. Asumsi Dasar

Dalam melakukan analisis kelayakan finansial proyek pembangunan instalasi pengolahan sampah ditetapkan beberapa asumsi. Asumsi dasar yang digunakan untuk perhitungan kelayakan finansial proyek IPST adalah sebagai berikut:

1) Teknologi dan proses pengolahan yang digunakan untuk instalasi pengolahan sampah Kota Bogor mengadaptasi teknologi yang diterapkan pada instalasi pengolahan sampah Mitran sebagai referensi. Sehingga beberapa informasi

54 terkait teknologi dan harga dalam penelitian ini mengacu kepada pengolahan sampah Mitran, diantaranya harga mesin-mesin, biaya investasi bangunan IPST, dan gedung. Harga jual produk pupuk dan plastik sampah juga diasumsikan mengikuti harga output IPST Mitran, serta penentuan biaya retribusi yang juga mengacu kepada tarif terendah kepada masyarakat disekitar pengelolaan sampah Mitran yang mendapat pelayanan pengelolaan sampah yaitu sepuluh ribu rupiah. 2) Perhitungan arus kas (cashflow) didasarkan pada empat skenario. Hal ini

dibedakan berasarkan sumber pemasukan dan modal investasi. Pada Skenario I pemasukan operasional pengolahan sampah berasal dari tipping fee pemerintah, sedangkan skenario II pemasukan berasal dari pendapatan retribusi masyarakat. Pada Skenario III pemasukan operasional pengolahan sampah berasal dari

Tipping fee pemerintah dengan sumber modal investasi pembangunan berasal dari bank dan modal pribadi. Sedangkan Skenario ke IV pemasukan berasal dari pendapatan retribusi masyarakat sumber modal investasi pembangunan berasal dari bank dan modal pribadi.

3) Pada skenario I dan II sumber modal berasal dari dana pribadi atau investor, sehingga discount rate (DR) yang digunakan mengacu kepada tingkat suku bunga untuk simpanan deposito yaitu 7 persen. Suku bunga deposito tersebut merupakan suku bunga deposito rata-rata dari bank-bank nasional dengan investasi tiga miliar selama 20 tahun. Berikut ini tingkat bunga deposito beberapa bank nasional pada bulan Maret 2011:

a) Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 7,25 persen. b) Bank Nasional Indonesia (BNI) sebesar 7 persen. c) Bank Mandiri sebesar 7 persen.

d) Bank Indonesia tahun 2011 adalah 6,73 persen.

4) Pada skenario III dan IV modal berasal dari pinjaman bank. Dengan risiko bank tidak memberikan dana investasi seratus persen, karena IPST merupakan usaha baru dan memiliki risiko usaha cukup besar, maka proyeksi pinjaman dari bank adalah sebesar 50 persen dari total investasi yaitu sebesar tiga miliar. Sisanya berasal dari dana pribadi sebesar tiga miliar. Sehingga dipergunakan

Opportunity cost of capital (OCC) atau discount rate dengan rata-rata tertimbang antara suku bunga pinjaman dan suku bunga deposito. Suku bunga

55 pinjaman yang digunakan adalah sebesar 14 persen. Nilai tersebut merupakan rata-rata suku bunga pinjaman tiga miliar beberapa bank pada Bulan Maret 2011 diantaranya :

a) Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 13,5 persen. b) Bank Nasional Indonesia (BNI) sebesar 14 persen c) Bank Mitraniaga sebesar 14 persen

Dari data tersebut didapatlah OCC rata-rata tertimbang sebesar 10,5 persen, dengan perhitungan seperti rumus diabawah ini:

5) Umur ekonomis proyek ditetapkan 20 tahun, berdasarkan umur ekonomis dari bangunan gudang dan bangunan IPST sebagai salah satu komponen utama instalasi pengolahan sampah yang memiliki umur ekonomis paling lama. Proyek dimulai dari tahun ke-0 karena diperlukan waktu untuk membangun gudang, instalasi pengolahan sampah, serta pembuatan mesin yang diasumsikan paling lama membutuhkan waktu satu tahun.

6) Harga seluruh peralatan dan biaya-biaya pada analisis ini bersumber dari interview kepada pihak instalasi pengolahan sampah Mitran dan hasil survei penulis dilapangan.

7) Bahan baku dari pengolahan sampah adalah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di sekitar lokasi instalasi pengolahan sampah dengan kapasitas optimal pengolahan sampah per hari adalah 4,5 ton (kapasitas mesin Mitran). Berdasarkan pengalaman IPST yang sudah dilakukan oleh Mitran, Pada tahun pertama IPST rata-rata hanya mengolah sampah permukiman sebesar 50 persen dari potensi optimal mesin terkait dengan adaptasi dan penerimaan masyarakat sekitar. Waktu yang dibutuhkan sampai mencapai input optimal rata-rata lima tahun, sehingga pada tahun kedua sampai dengan tahun kelima kawasan layanan diasumsikan naik sepuluh persen, sampai pada tahun ke enam input sampah diasumsikan optimal dan tetap yaitu 4,5 ton per hari atau sekitar 1.620 ton per tahun.

OCC = (7% X Rp 3.000.000.000) + (14% X Rp 3.000.000.000 Rp 6.000.000.000

X 100%

56

8) Penelitian ini memperhitungkan risiko kenaikan biaya produksi atau operasional seperti gaji pegawai, pemeliharaan mesin, dan biaya variabel lainnya berdasarkan asumsi peningkatan indeks harga konsumen sebesar 10 persen setiap 2 tahun.

9) Harga solar diasumsikan tetap selama umur proyek. Berdasarkan data historis harga solar selama 6 tahun terakhir sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2011 harga solar cenderung stabil atau tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pengolahan sampah, harga solar akan dilakukan switching value untuk melihat tingkat kenaikan harga solar yang dapat ditoleransi oleh usaha ini. Perkembangan harga solar dari Tahun 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Perkembangan Harga Solar Eceran Tahun 2005-2011

Tahun Harga Solar (Rp) Kenaikan harga (Rp) % Kenaikan

2005 4300 - - 2006 4300 0 0 2007 5000 700 16,27 2008 5500 500 10,00 2009 5500 0 0 2010 4500 -1000 18,18 2011 4500 0 0 Rata-rata 28,57 1,35

Sumber : Dari Berbagai Sumber

10) Harga output kompos dan plastik yang akan dihasilkan IPST Kota Bogor diasumsikan sama dengan harga output kompos pada IPST Mitran Bekasi. Untuk harga kompos yaitu Rp 400,- sedangkan harga plastik perkilogram beragam mulai dari plastik PP sebesar Rp 1600,-, Plastik PE Rp 2000,- dan HDPE sebesar Rp 400,-, serta harga Biomasa ebesar Rp 150,- perkilogram. Harga kompos mengalami kenaikan sebesar 10 persen tiap dua tahun, hal tersebut berdasarkan survei dari pengalaman beberapa penjual kompos di sekitar jalan pajajaran dan gunung batu juga disebabkan oleh kenaikan biaya operasional. Sedangkan harga plastik tidak mengalami kenaikan sepanjang umur proyek. Hal tersebut dengan pertimbangan risiko flukuasi harga plastik bekas sepanjang 5 tahun terakhir sehingga penentuan harga ditetapkan berdasarkan harga rata-rata 5 tahun terakhir.

57 11) Dalam satu tahun proyek terdiri dari 365 hari.

12) Jumlah IPST yang dibangun mengacu kepada rencana kerja pemerintah Kota Bogor tahun 2011, yaitu 10 IPST di sepuluh kelurahan. Sehingga biaya dan manfaat pada cashflow dikalikan sepuluh.

13) Perhitungan penyusutan investasi dan peralatan untuk perhitungan nilai sisa menggunakan metode garis lurus.

14) Harga sampah dianggap nol dan perhitungan produksi pengolahan sampah dalam penelitian ini diasumsikan dilakukan di tahun pertama proyek.

15) Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba sebesar 25 persen, hal tersebut berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu :

Pasal 17 ayat 1b : Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).

Pasal 17 ayat 2a : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

Dokumen terkait