5. Asupan Fe yang rendah dan Kebutuhan yang meningakat
Cadangan besi bayi aterm hanya bertahan sampai usia 4-6 bulan pada bayi dengan ASI
22
eksklusif sehingga bayi berisiko mengalami defisiensi besi. Besi yang berasal dari ASI sebenarnya lebih mudah diabsorbsi tetapi kandungan besi dalam ASI tidak mencukupi. Berbeda dengan susu formula, kandungan besi lebih tinggi karena difortifikasi tetapi perlu diingat bahwa besi tersebut masih tetap saja sulit diserap. Bayi yang hanya mengkonsumsi susu sapi segar atau susu kambing memiliki resiko terkena anemia defisiensi besi lebih besar. Susu sapi yang dimaksud disini adalah susu sapi segar dan bukan susu formula yang berbahan dasar dari susu sapi. Tabel 4. Perbandingan kandungan gizi termasuk
zat besi antara ASI, susu sapi dan susu formula per 100 ml
Kolostrum
manusia matur ASI formula Susu Susu sapi
Energi/100 mL 67-69 62-70 60-67 67 Protein (g/dL) 2,9 1,3 1,5 3,3 Lemak (g/dL) 2,6-2,95 3,0-4,2 2,6-3,8 3,6-3,8 Karbohidrat (g/dL) 5,7-6,6 6,7-7,0 7,0-8,6 4,7-4,9 Calsium (g) 0,28-0,48 0,22-0,35 0,46-0,73 1,15-1,5 Zinc (mg) 0,6 0,3 0,6 0,4 Besi (mg) 0,1 0,03-0,14 0,4-1,2 0,05-0,09 Vitamin C (mg) 7 4-5,2 9 1
Keterangan: diambil dari berbagai sumber
23
ASI mempunyai kandungan besi yang lebih rendah dibandingkan susu formula tetapi besi di dalam ASI memiliki bioavailabilitas jauh lebih tinggi mencapai 50% dibandingkan susu formula yang hanya 4-6%. Maksudnya adalah walaupun kadarnya sedikit tetapi penyerapannya bisa maksimal. Komposisi susu formula telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan juga telah mendapatkan fortifikasi besi berdasarkan standar susu formula dari WHO menurut Codex Alimentarius Commission.
Contoh kasus: bayi perempuan usia 5 bulan dengan berat badan 7 kg, status gizi baik berdasarkan kurva berat badan per umur WHO tahun 2006. Maka kebutuhan besi pada usia tersebut adalah 0,27 mg/hari.
Apabila bayi hanya mengkonsumsi ASI saja dengan asumsi minum 90 ml tiap 3 jam (90 x 8 = 720 mL/hari) maka besi yang didapat dari ASI adalah 0,03-0,14 x 720/100 = 0,216 – 1,008 mg besi per hari. Jumlah tersebut masih mencukupi kebutuhan harian tetapi perlu diingat tetang bioavailabilitas oral yang hanya
24
50% untuk besi dari ASI. Besi dari ASI akhir adalah 0,1-0,5 yang berarti masih relatif mencukupi.
Bayi hanya mengkonsumsi susu formula saja tanpa ASI dengan total 1000 mL/hari maka besi yang didapat dari susu formula adalah sekitar 0,4-1,2 x 1000/100 = 4-12 mg perhari yang memenuhi kebutuhan harian. Apabila bioavailabilitas oral hanya 4-6% atau 5% saja maka besi yang didapat adalah 0,2-0,6 saja. Dengan demikian, bayi yang mengkonsumsi susu formula lebih rendah risiko mengalami defisiensi besi dibandingkan ASI saja. Sehingga, bayi yang hanya diberikan ASI eksklusif perlu mendapatkan suplementasi besi sejak usia 3-4 bulan.
Setelah usia 6 bulan, cadangan besi prenatal sudah menurun seiring percepatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga kebutuhan besi meningkat sampai 11 mg/hari. Kebutuhan besi pada usia 6-12 bulan tidak dapat dicukupi hanya dari ASI ekslusif tetapi juga memerlukan besi dari diet. Akan tetapi, makanan pendamping ASI (MP-ASI) seringkali rendah besi
25
sehingga bayi usia 6-12 bulan tetap rentan mengalami defisiensi besi. Setelah 12 bulan sampai 3 tahun, kebutuhan besi menurun (7 mg/hari) dan sudah tercukupi hanya dengan makanan kaya besi.
Contoh kasus: bayi laki-laki usia 11 bulan dengan berat badan 9 kg, status gizi baik berdasarkan kurva berat badan menurut umur dari WHO tahun 2006. Maka kebutuhan besi pada usia tersebut adalah 11 mg/hari.
Apabila bayi hanya mengkonsumsi ASI saja dengan asumsi produksi ASI sudah menurun dan bayi minum 120 ml tiap 4 jam (120 x 6 = 720 mL/hari) maka besi yang didapat dari asi adalah 0,03-0,14 x 720/100 = 0,215 – 1.008 mg besi per hari. Bioavailabilitas besi dari ASI sebesar 50% sehingga besi dari ASI adalah 0,1075-0,504 mg per hari. Jumlah tersebut masih jauh kurang dari 11 mg kebutuhan harian. Oleh karena itu, bayi harus mendapat makanan yang mengandung kaya besi misalnya daging dan ikan. Apabila makanan tersebut sulit didapat, maka sebaiknya bayi mendapat suplementasi besi 2 mg/kgBB/hari maksimal 15
26
mg/hari sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Demikian juga bila bayi mendapatkan susu formula maka 720 mL/hari maka besi yang didapat dari susu formula adalah sekitar 0,4-1,2 x 720/100 = 2,88-8,64 mg perhari yang tidak memenuhi kebutuhan harian karena dengan bioavailabilitas oral hanya 5% saja atau hanya mampu diserap sebanyak 0,144-432 mg/hari. Dengan demikian, bayi yang mengkonsumsi susu formula juga tetap perlu mendapatkan asupan besi dari diet oral dan atau ditambah dengan suplementasi besi oral.
Tabel 5. Kebutuhan harian besi berdasarkan
recommended dietary allowance (RDA) pada anak dan dewasa sesuai jenis kelamin
Usia Laki-laki Perempuan
Bayi 0-6 bulan 0,27 0,27 7-12 bulan 11 11 Anak 1-3 tahun 7 7 4-8 tahun 10 10 Sekolah 9-13 tahun 8 8 Adolesen 14-18 tahun 11 15 Dewasa 19-50 tahun 8 18 >51 tahun 8 8
27
Kehamilan Semua usia - 27
Laktasi 14-18 tahun - 10
19-50 tahun - 9
Diet makanan yang kurang mengandung besi terutama kurangnya diet produk hewani seperti daging, hati dan ikan. Pemberian jenis makanan yang salah, yaitu diet hanya berupa susu dan karbohidrat yang tidak diperkaya dengan besi atau menunda makanan kaya besi pada bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia defisiensi besi. Pola makan bayi di beberapa tempat seringkali hanya berbahan dasar tepung karbohidrat, sayuran dan kaldu. Pokok bahasan ini tidak membahas tentang ASI ataupun makanan pendamping ASI secara khusus, tetapi
hendaknya dalam proses pem-buatan
ditambahkan bahan makanan berbahan dasar daging, hati dan ikan yang kaya besi. Kandungan serat juga diberikan dalam takaran yang sesuai.
Kebutuhan besi meningkat pada masa pertumbuhan yaitu bayi dan pubertas, diiringi peningkatan produksi eritrosit dan hemoglobin. Peningkatan besi disebabkan juga karena
28
peningkatan massa otot (mioglobin), sistem imunitas dan enzim yang mengandung besi.