• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iis Nur Asyiah 1 , Soekarto 2 , Imam Mudakir 2 , Yanuar Saputra 1 1 Prodi Pendidikan Biologi Universitas Jember

2Fakultas Pertanian Universitas Jember iisnaza.fkip@unej.ac.id

Abstract—Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala serangan nematoda parasit pada tanaman kopi. Pengamatan dilakukan dengan dengan cara observasi di lahan kopi yang terserang nematoda Pratylenchus. coffeae dan Radopholu similis selama Bulan Juni sd. September 2016. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangan kedua nematoda tersebut hampir mirip, yaitu akar serabut berkurang sampai gundul dan akar berwatna kecoklatan. Gejala serangan nematoda pada tajuk diawali dengan klorosis pada daun diikuti dengan gugurnya daun sampai tanaman gunudl. Produktivitas kopi sangat menurun. Pada serangan yang parah, tanaman kopi tidak bisa recoveri dan akhirnya mati.

Keywords: gejala serangan, nematoda, Pratylenchus. coffeae,

Radopholu similis, tanaman kopi

PENDAHULUAN

Nematoda parasit yang berasosiasi dengan kopi Arabika dan kopi Robusta sesungguhnya lebih dari 14 spesies, namun berdasarkan hasil survei, jenis nematoda parasit yang sering menyerang tanaman kopi di Indonesia hanya tiga, yaitu nematoda luka akar (Pratylenchus coffeae), nematoda pelubang akar (Radopholus similis) dan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) (Dropkin, 1992; Wiryadiputra, et al., 1995; Hulupi, 2008: 19).

Meloidogyne spp. (nematoda puru akar), merupakan nematoda yang bersifat parasit obligat dan tersebar luas baik pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Nematoda ini memiliki kisaran inang yang sangat luas, bersifat polifag dan menyerang lebih dari 2000 spesies tumbuhan, sehingga tidak spesifik menyerang tanaman kopi saja (Sastrahidayat, 1990). Menurut Harni (2013) Nematoda P. coffeae dan R. similis merupakan nematoda endoparasit pada tanaman kopi, yang menyebabkan luka dan lubang pada akar kopi sehingga dapat mengganggu pengangkutan hara tanaman. Bekas luka dan lubang yang terdapat pada akar tanaman kopi akibat serangan nematoda dapat menjadi jalan masuk bagi patogen lain, seperti jamur dan bakteri yang berasosiasi untuk menyerang tanaman kopi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nematoda parasit yang spesifik menyerang tanaman kopi adalah P. coffeae dan R. similis.

Dampak kerusakan dari serangan nematoda parasit P. coffeae dan R. similis pada tanaman kopi ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan

menurunkan hasil produksi. Serangan nematoda P. coffeae pada kopi Robusta dapat menurunkan produksi sampai 57%. Serangan P. coffeae dan R. similis pada kopi Arabika dapat mengakibatkan kerusakan tanaman sebesar 80% dan tanaman akan mati pada umur kurang lebih 3 tahun. Gejala kerusakan lain yang disebabkan oleh nematoda parasit ini adalah ukuran tanaman kurus, kerdil, daun menguning dan gugur hingga kematian secara perlahan dan pasti pada tanaman kopi (Harni, 2013).

Di Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit, kurang disadari baik oleh pihak pemerintah, petani maupun para petugas pertanian yang bekerja di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh gejala serangan nematoda yang sulit diamati secara visual karena ukuran nematoda yang sangat kecil dan gejala serangan nematoda berjalan sangat lambat, tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air (Mustika, 2010). Berdasarkan hasil observasi, pengetahuan mengenai gejala-gejala yang ditunjukkan oleh tanaman kopi Arabika dan Robusta yang terserang nematoda P. coffeae dan R. similis khususnya oleh petani kopi Indonesia masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati serangan nematoda parasit utama tanaman kopi robusta maupun arabika.

METODEPENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengidentifikasi gejala serangan nematoda parasit pada tanaman kopi Arabika (Coffea arabica) dan kopi Robusta (Coffea canephora) di lapangan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni s.d September 2016 di Perkebunan petani kopi di Kecamatan Silosanen, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Perkebunan Kalibendo, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan Perkebunan Kopi di Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Tahap ekstraksi akar dan identifikasi nematoda parasit pada tanaman kopi di lakukan di Laboratorium Nematoda Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Identifikasi dan pengamatan gejala serangan nematoda parasit pada tanaman kopi dilakukan secara acak dengan mengamati perawakan akar, batang, daun, ranting dan produktivitas buah pada tanaman kopi Arabika dan Robusta yang terserang nematoda parasit Identifikasi nematoda parasit (P. coffeae dan R. similis) bertujuan untuk memastikan kebenaran spesies dan untuk mempelajari struktur morfologi nematoda parasit P. coffeae dan R. similis. Identifikasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan buku panduan identifikasi nematoda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis dalam penelitian ini dilakukan di Laboratorium Perlindungan Tanaman, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jenggawah, Jember dan Laboratorium Biomedik, Fakultas Farmasi Universitas Jember.

Gambar 1 Nematoda parasit Pratylenchus coffeae (Kiri) dan Radopholus similis (kanan) Betina, A) Vulva; B) Ekor; C) Stylet

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan nematoda parasit P. coffeae betina yang diperoleh memiliki panjang tubuh 723,9 µm dan diameter tubuh 36,95 µm pada perbesaran 100 µm dibawah mikroskop. Vulva posteriornya pada mencapai P. coffeae betina 70-80% panjang tubuhnya, bagian anteriornya bercabang secara tidak langsung (monoprodelphic), bentuk ekor sub-silinder atau ekor meruncing tetapi kecil dengan ujung lebar, membulat dan berbentuk persegi.

Nematoda R. similis betina memiliki panjang tubuh 614µm, panjang stilet

19µm, panjang ekor 64µm, diameter tubuh sekitar 24µm dengan letak vulva

59% dari panjang tubuh. Sedangkan pada nematoda jantan memiliki

panjang tubuh 614µm, panjang stilet 13µm, panjang ekor 70µm, panjang

spikula 18µm dengan diameter tubuh 17µm

P. coffeae dan

R. similis

menyerang jaringan kortek akar serabut terutama akar-akar serabut yang aktif menyerap unsur hara dan air. Akibatnya akar serabut menjadi rusak, berwarna coklat dan terdapat luka-luka nekrotik. Luka-luka tersebut secara bertahap meluas, sehingga akhirya seluruh akar serabut membusuk. Pada waktu menyerang akar, nematoda mengeluarkan ensim β glukosidase. Akar tanaman mempunyai hormon amigdalin. Β glukosidase dan amigdalin akan bereaksi sehingga terbentuk senyawa benzaldehida + HCN, senyawa ini merupakan racun bagi sel-sel yang terkena, sehingga sel-sel akar akan mati. β glukosidase + amigdalin → benzal dehida + HCN. Karena serangan terjadi di luar akar maka akan tampak bercak-bercak, oleh karena itu P. coffeae disebut juga sebagai Root lession nematodas (Nematoda peluka akar) (Nadiah, tanpa tahun).

Akar akan bereaksi membentuk hyperplasia (tumor atau bisul) yang cukup besar seperti bonggol. Nematoda tinggal di dalam akar bersama-sama dengan telurnya. Serangan nematoda kematian ujung akar tanaman dan nekrosis. Kalau serangan hanya terjadi dibagian satu sisi maka akar akan tumbuh membengkok kemudian berbelit-belit. Luka akar yang ditimbulkan oleh stilet merangsang datangnya cendawan dan bakteri yang menyebabkan penyakit sekunder, akan menjadi busuk, dan bisa menjadi sumber penyakit tanaman (Pracaya, 1997). Rendahnya berat akar tanaman yang diinokulasi nematoda, disebabkan oleh kerusakan akibat penusukan stilet dan sekresi enzim yang dikeluarkan nematoda

sewaktu nematoda makan. Luka-luka tersebut secara bertahap meluas, sehingga akhirya seluruh akar serabut membusuk. Hal itu terlihat pada Gambar 2.

A B

Gambar 2 Akar tanaman kopi: (a) Akar kopi yang masih sehat sedangkan (b) Akar kopi yang terinfeksi nematoda P. coffeae.

P. coffeae menyebabkan terjadinya luka akar yang bersifat endoparasit karena P. coffeae memakan kulit akar sehingga akar menguning dan akhirnya berwarna ungu coklat. Luka berkembang melingkari akar, dan pada tingkat lanjut kulit akar dapat lepas. Nematoda yang masuk ke dalam akar tumbuh di dekat ujung akar, di daerah yang sel-selnya sedang memanjang. Akar tumbuhan dapat terpengaruh oleh tusukan stilet nematoda, sehingga terjadi sel-sel yang membesar dan berinti banyak, karena mitosis yang terjadi berulang-ulang tanpa disertai pembelahan sel (Semangun, 2001).

Menurut Agrios dalam Harni (2007), melaporkan bahwa nematoda yang mengkonsumsi sel akar mampu menurunkan kemampuan tumbuhan menyerap air dan hara dari tanah sehingga menyebabkan gejala seperti kekurangan air dan hara Seperti pada Gambar 2.7. Disamping itu, nematoda juga menyebabkan berkurangnya konsentrasi zat pengatur tumbuh tanaman seperti auksin, sitokinin, dan giberelin yang banyak terdapat di ujung akar. Berkurangnya zat pengatur tumbuh dapat terjadi karena nematoda mengeluarkan enzim selulase dan pektinase yang mampu mendegradasi sel sehingga ujung akar luka dan pecah, hal ini menyebabkan auksin tidak aktif. Tidak aktifnya auksin menyebabkan pertumbuhan primer akar terhambat.

Gambar 3 Gejala serangan nematoda parasit pada tajuk

Gambar 4 Tanaman gundul dan mati akibat nematoda parasit

Gejala kerusakan oleh nematoda pada bagian tanaman Pada Gambar 2 permukaan tanah umumnya tidak spesifik. Tanaman tanaman tampak kerdil, pertumbuhan terhambat, ukuran daun dan cabang primer mengecil, daun tua berwarna kuning yang secara perlahan-lahan akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar tanaman kopi yang terserang oleh P. coffeae warnanya berubah menjadi kuning, selanjutnya berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi Tanaman yang terserang berat akan mati sebelum dewasa (Nugorhorini, 2012)

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu gejala serangan nematoda parasit kopi pada akar adalah hilangnya serabut akar dan tampak bercak-bercak coklat pada akar. Gejala pada tajuk diawali dengan menguningnya daun, gugur sampai tanaman menjadi gundul dan mati. Gejala serangan baru tampak jelas pada saat serangan sudah parah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih pada Ristekdikti yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah IbM 2016.

DAFTAR RUJUKAN

Dropkin, V.H. 1992. Introduction to Plant Nematology. Edisi Bahasa Indonesia, Penerjemah: Supratoyo. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Halupi dan Mulyadi. 2007. Sebaran populasi nematoda Radopholus similis dan Pratylenchus coffeae pada lahan per-kebunan kopi. Pelita Perkebunan, 23, 176–183.

Harni, Munif, Supramana, dan Mustika. 2007. Potensi Pengendali Nematoda Peluka akar. Journal of Bioscience, 14 (1): 7-12.

Mustika, Ika. 2005. Konsepsi Dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Jurnal Perspektif, 4 (1): 20-32.

Pracaya, Ir. 1997. Hama dan Penyakit Tanaman. Cetakan V. Jakarta: Penebar Swadaya.

Semangun, Haryono Prof. Dr. Ir. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wiryadiputra, S. 1991. Hasil servei nematoda parasit kopi di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional XI dan seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Ujung Pandang, 24-26 September. 1991. Hal 10-12.

PREFERENSI ARTHROPODA TERHADAP