• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potassium Variation Doses to Morphological Characters of Glycine max (L.) Merill thatResistant to Bemisia tabaci

4. Hasil Pengamatan Kualitatif Karakter Morfologi

Hasil pengamatan menunjukkan variasi dosis Kalium (K) tidak mempengaruhi perbedaan bentuk daun, warna bunga, polong masak, bulu batang, dan hipokotil pada semua galur tanaman kedelai. Hasil pengamatan kualitatif karakter morfologi disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kualitatif Karakter Morfologi Galur Bentuk Daun Warna Bunga Polong Warna

Masak Warna Bulu Batang Warna Hipokotil

UM 4-1 Oval Ungu Coklat Coklat Ungu UM 7-2 Oval Ungu Coklat Coklat Ungu UM 2-4 Oval Ungu Coklat Coklat Ungu UM 7-6 Oval Ungu Coklat Coklat Ungu UM 6-2 Oval Ungu Coklat Coklat Ungu

Gumitir Oval Ungu Coklat Coklat Ungu Wilis Oval Ungu Coklat Coklat Ungu

PEMBAHASAN

Kalium (K) merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam proses metabolisme (Hopkins, 2004; Supriyadi, 2009; Farhad dkk, 2010; McKenzie, 2013). Salah satu proses metabolisme tanaman adalah fotosintesis, yang hasilnya berupa karakter, yakni panjang, lebar, luas, nisbah, bentuk daun, panjang petiol, warna bunga, polong masak, bulu batang, dan hipokotil kedelai. Kalium (K) secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman (Yadav dkk., 1999; Egila dkk., 2001; Pervez dkk., 2004; McKenzie, 2013; Syakir & Gusmaini, 2012; Putra, 2013; Hamouda, 2015). Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan variasi dosis Kalium (K) saja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap karakter morfologi pada setiap galur-galur kedelai (tidak memberikan perbedaan bentuk daun, warna bunga, polong masak, bulu batang, dan hipokotil pada semua galur tanaman kedelai).

Adanya perbedaan galur kedelai tahan Bemisia tabaci yang digunakan berpengaruh terhadap petiol kedelai galur UM 4-1 yang memiliki petiol paling panjang, sedangkan galur UM 2-4 memiliki petiol paling pendek. Petiol merupakan salah satu bagian daun, yaitu tangkai daun. Panjang dan pendeknya petiol mempengaruhi transportasi unsur hara, air, dan mineral dari dalam tanah ke daun dan translokasi asimilat dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Semakin pendek petiol, maka transportasi dan translokasi akan cepat terjadi (Kuswantoro, 2014). Translokasi asimilat pada tumbuhan dapat menghasilkan morfologi daun yang panjang, lebar, warna bunga, polong masak, bulu batang, dan hipokotil, serta bentuk daun yang normal dan optimal, yakni warna bunga ungu, polong masak coklat, bulu batang coklat, hipokotil ungu, bentuk daun oval (Suhartina, 2005). Panjang serta lebar daun menentukan luas daun, dan semakin luas daun maka semakin luas pula area fotosintesis, sehingga mengoptimalkan asimilat yang dihasilkan oleh tanaman (Hopkins, 2004) dan proses translokasinya.

Hasil perlakuan kombinasi dengan penggunaan berbagai galur kedelai dengan pemberian perlakuan variasi dosis Kalium (K) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan lebar dan luas daun, serta panjang petiol. Hal ini juga dipengaruhi oleh optimalnya translokasi asimilat pada tanaman kedelai. Galur kedelai UM 2-4 + 0,278 gram Kalium (K)/polibag memiliki daun kedelai paling lebar, galur Wilis + 0,278 gram Kalium (K)/polibag memiliki daun kedelai paling luas, dan galur UM 2-4 + 0,55 gram Kalium (K)/polibag (tidak berbeda secara signifikan dengan UM 6-2 + 0,278 gram Kalium (K)/polibag) memiliki petiol paling pendek. Lebar dan luas daun, serta panjang petiol yang dihasilkan merupakan hasil dari translokasi asimilat. Bila hasilnya optimal, maka dapat dikatakan bahwa dosis Kalium (K) yang diaplikasikan inilah yang merupakan dosis optimal untuk masing-masing galur kedelai, pada kondisi tanah ini. Masing-masing jenis tanah memiliki kandungan unsur Kalium (K) yang berbeda. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini berupa tanah entisol. Pada ketiga hasil dari kombinasi ini, dapat diketahui bahwa dosis 0,278 gram Kalium (K)/polibag menunjukan hasil karakter morfologi terbaik.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu: (1) perbedaan galur kedelai berpengaruh terhadap panjang petiol kedelai; (2) perbedaan perlakuan variasi dosis Kalium (K) tidak berpengaruh terhadap panjang, lebar, luas, nisbah, bentuk daun, panjang petiol, warna bunga, polong masak, bulu batang, dan hipokotil kedelai; (3) kombinasi (galur+perlakuan variasi dosis) berpengaruh terhadap lebar, luas, dan panjang petiol daun kedelai; (4) variasi dosis Kalium (K) tidak mempengaruhi bentuk daun, warna bunga, polong masak, bulu batang, dan hipokotil pada semua galur tanaman kedelai; (5) dosis 0,278 gram Kalium (K)/polibag menunjukan hasil karakter morfologi terbaik di tanah entisol.

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, M. & Anwar, K. 1995. Peningkatan Produksi Kedelai melalui Pemupukan N, P dan K di Lahan Sulfat Masam Tipe C. Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering Amuntai (Indonesia) 22-23 Sep.

Baiea, M.H.M, El-Sharony, T.F., & Eman A.A.Abd El-Moneim. 2015. Effect of Different Forms of Potassium on Growth, Yield, and Fruit Quality of Mango cv. Hindi. International Journal of ChemTech Research, 8 (4): 1582-1587. Brito, M., Rodriguez, T.F., Garrido, M.J., Majias, A., Romano, M., & Marys, E. 2012.

First Report of Cowpea Mild Mottle Carlavirus on Yardlong Bean (Vigna unguiculata subsp. Sesquipedalis) in Venezuela. Viruses, 4 (1): 3804-3811. Egila, J.N., Davies Jr., F.T., & Drew, M.C., 2001. Effect of Potassium on Drought

Resistance of Hibiscus rosa-sinensis cv. Leprechaun: Plant Growth, Leaf Macro and Micronutrient Content and Root Longevity. Plant Soil, 22 (9): 213–224.

Farhad, I.S.M., Islam, M.N., Hoque, S., & Bhuiyan, M.S.I. 2010. Role of Potassium and Sulphur on the Growth, Yield and Oil Content of Soybean (Glycine max L.). Academic Journal of Plant Sciences, 3 (2): 99-103.

Hamouda, H.A., El-Dahshouri, M.F., Manal, F.M., & Thalooth, A.T. 2015. Growth, Yield and Nutrient Status of Wheat Plants as Affected by Potassium and Iron Foliar Application in Sandy Soil. International Journal of ChemTech Research, 8(4): 1473-1481.

Hopkins, W.G. 2004. Introduction to Plant Physiology, 3rd. USA: Jhon Wiley dan Sons.

Komalasari, W.B. 2008. Prediksi Penawaran dan Permintaan Kedelai dengan Analisis Deret Waktu. (Online), (http://www.litbang.pertanian.go.id/warta-ip/pdf-file/4.wieta_ipvol17-2-2008.pdf), diakses 12 Juni 2016.

McKenzie, R.H. & Pauly, D. 2013. Potassium Fertilizer Application in Crop Production. Practical Information for Alberta‘s Agriculture Industry, (Online), 542 (9), (http://www.agriculture.alberta.ca), diakses 12 Juni 2016.

Nursyamsi, D., Sopandi, O., Erfandi, D., Sholeh, & Widjaja-Adhi, I.P.G. 1995. Penggunaan Bahan Organik, Pupuk P dan K untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Podsolik. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat (Indonesia), 1(2): 47-52.

Pervez, H., Ashraf, M., & Makhdum, M.I., 2004. Influence of Potassium Nutrition on Gas Exchange Characteristics and Water Relations in Cotton (Gossypium hirsutum L.). Photosynthetica, 4 (2): 251–255.

Putra, A.A.G. 2013. Kajian Aplikasi Dosis Pupuk ZA dan Kalium pada Tanaman Bawang Putih (Allium Sativum L). GaneÇ Swara, 7 (2): 10-17.

Santos, J.I.D., Rogerio, F., Silva, T.R.B.D., Nolla, A., Migliavacca, R.A., Felix, J.C., Parisotto, J., & Muniz, A.S. 2012. Potassium Rates Fertilizer Effect on Aerial Part Crambe Nutrition. African Journal of Agricultural Research, 7 (16): 2581-2583.

Setyono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Pend. Pasca Sarjana: KPKUGM-UNIBRAW.

Subandi. 2007. Lima Strategi Pengembangan Kedelai. Koran Sinar Tani Edisi 30 Mei-5 Juni 2007.

Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang: Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Sumarno, 2011. Perkembangan Teknologi Budi Daya Kedelai di Lahan Sawah.

Iptek Tanaman Pangan, 6 (2): 140-151.

Supriyadi, S. 2009. Status Unsur-Unsur Basa (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+) di Lahan Kering Madura. Agrovigor, 2 (1): 35-41.

Syakir, M. & Gusmaini. 2012. Pengaruh Penggunaan Sumber Pupuk Kalium terhadap Produksi dan Mutu Minyak Tanaman Nilam. Jurnal Litri, 18 (2): 60-65.

Widotono, H. & Arifin, M.Z. 2008. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai (Glycine max Merr.) sebagai Upaya Meningkatkan Keuntungan Petani di Jawa Timur. J-SEP, 2 (1): 38-47.

Yadav, D.S., Goyal, A.K., & Vats, B.K., 1999. Effect of Potassium in Eleusine coracana (L.) Gaertn. Under Moisture Stress Conditions. J. Potas. Res. 1 (5): 131–134.

Zubaidah, S., Corebima, A.D., & Kuswantoro, H. 2010. Pembentukan Varietas Unggul Kedelai Tahan CpMMV (Cowpea Mild Mottle Virus) Umur < 80 hari Berdaya Hasil Tinggi (Potensi Hasil > 2,5 T/Ha) dan Kehilangan Hasil < 10%. Ringkasan Eksekutif Hasil-hasil Peneiitian tahun 2010 Kerjasama Kemitraan Pertanian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T). (Online),

Eksperimen Virtual Untuk Meningkatkan