• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mochammad Iqbal 1 , Bambang Supriyadi 2 , Gerda Aji Pratama 3 1 Dosen Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Jember

2Guru SMA Negeri 1 Tanggul, Jember

3Mahasiswa FKIP Universitas Jember, Peserta KKMT SMA Negeri 1 Tanggul iqbal.fkip@unej.ac.id

Abstrak: Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing (KKMT) merupakan program wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa FKIP Universitas Jember. KKMT digunakan sebagai ajang pengenalan awal mahasiswa calon guru untuk mengenal lingkungan kerja sebagai guru kelak serta sebagai sarana untuk berlatih mempraktikkan teori-teori pembelajaran yang mereka terima di kampus. Sebagai dosen pembimbing lapangan dan guru pamong KKMT, dalam rangka meningkatkan kualitas dan efektivitas KKMT di SMA Negeri 1 Tanggul, penulis mencanangkan penyelenggaraan Lesson Study sebagai salah satu sistem peningkatan profesionalitas mahasiswa KKMT. Lesson Study dilakukan sebagai bagian integral dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil dari pengintegrasian Lesson Study dalam pembelajaran terhadap kemampuan penyelenggaraan pembelajaran praktikum di SMA Negeri 1 Tanggul dibahas dari 2 sudut pandang, yaitu; 1) value-added yang dirasakan mahasiswa terkait penyelenggaraan Lesson Study, dan 2) aktivitas siswa dalam pembelajaran praktikum. Dua aspek tersebut, diukur melalui proses perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi selama Lesson Study, serta melalui wawancara dan angket yang diisi oleh mahasiswa KKMT. Dari kedua aspek di atas, semuanya menunjukkan hasil yang baik, sehingga penerapan Lesson Study dalam KKMT sangat direkomendasikan.

Kata kunci: Lesson Study, Praktikum, KKMT

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan sektor Pendidikan. Salah satu bentuk perhatian pemerintah dalam bidang pendidikan adalah diterbitkannya Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2015 tentang guru dan dosen, pembangunan sarana dan prasaran pendidikan, pemberian beasiswa, sertifikasi guru dan dosen. Pendidikan

di Indonesia terdiri tersusun dari berbagai elemen, yaitu elemen penyelenggara pendidikan yang di dalamnya ada sekolah, guru dan dinas pendidikan; elemen objek pendidikan yaitu siswa secara khusus dan masyarakat secara umum, serta elemen pendukung yang meliputi sarana dan prasarana pendidikan dan kurikulum. Salah satu bagian yang memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu guru. Guru merupakan ujung tombak penyelenggaraan pendidikan (Iqbal, 2015). Guru-guru yang berkualitas akan menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas pula sehingga akan dapat mendukung tercapai tujuan pendidikan.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, para guru dilahirkan dari institusi pencetak guru, mulai dari FKIP, STKIP, IKIP, dan badan-badan pelatihan/sertifikasi A4. Iqbal (2013) menyebutkan bahwa LPTK sebagai institusi pencetak para calon guru, berada di lini depan program pengembangan pendidikan di Indonesia. LPTK bertanggung jawab secara langsung terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan. Tanpa menafikan stakeholder lain dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, peran LPTK sangat sentral demi menjamin kualitas guru. Apabila kompetensi guru yang dihasilkan kurang berkualitas, akan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah. Peningkatan keprofesionalan guru akan diikuti oleh peningkatan efektivitas kegiatan belajar mengajar dan secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan (Putra, 2008).

Terdapat sebuah proses panjang yang harus dilalui oleh seorang calon guru untuk dapat menjadi seorang guru profesional. Salah satu aspek penting yang harus dilalui oleh mahasiswa calon guru di FKIP UNEJ sebagai salah satu LPTK adalah Kuliah Kerja Mengajar Terbimbing (KKMT). Secara umum KKMT merupakan Praktik Kerja Lapangan (PPL) plus. KKMT merupakan gabungan dari praktik mengajar dan pengabdian kepada masyarakat, dalam hal ini sekolah sebagai objek pengabdian (Pedoman KKMT, 2016). KKMT merupakan program yang dicanangkan oleh FKIP UNEJ untuk memberikan bekal awal dan latihan nyata bagi para mahasiswa FKIP sebelum nantinya terjun dan berperan sebagai guru.

Perubahan paradigma pendidikan di era globalisasi ini mengharuskan adanya perubahan pola pikir (mindset) dan pola tindak (actionset) bagi guru terutama dalam mengimplementasikan dan mengembangkan kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini. Perubahan pola pikir dan pola tindak bagi guru dalam mengelola kelas dan melaksanakan proses pembelajaran, guru/dosen dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan khususnya layanan proses pembelajaran sesuai dengan standar proses (Permendiknas No. 41 Tahun 2007, 2007). Selain itu di abad 21 ini tantangan semakin besar dan harus direspon oleh pembelajaran yang ada di sekolah untuk menyiapkan siswa menjadi manusia abad 21 yang handal. Greenstein (2012) menyebutkan bahwa ciri dari pembelajaran abad 21 antara lain Thinking (Critical and Higher level Problem Solving, Creativity, Metacognition), Acting (Communication and Collaboration, Information and Communication Technology, Flexibility and Initiative), Living in The World (Global Understanding, Civic, Leadership and Responsibility, College and Career Readiness).

Dalam rangka mengakomodir tuntutan tersebut, KKMT dirancang dengan sistem terpadu, yaitu adanya pembimbingan dari dosen, di saat yang sama juga dibimbing oleh guru pamong. Model pembimbingan terpadu ini diharapkan dapat memberikan backup pengetahuan dan pelatihan lapangan yang maksimal bagi

mahasiswa calon guru. Keberadaan dosen pembimbing lapangan yang ikut serta dalam proses pembimbingan mahasiswa praktikan, dapat menjadi garansi keterbaruan metode, pendekatan dan kedalaman konten ilmu yang diajarkan oleh mahasiswa praktikan. Di sisi yang lain, guru pamong memberikan arahan praktis dan latihan secara langsung dalam mengaplikasikan pengetahuan mahasiswa dalam konteks sekolah.

Dalam praktik pengalaman lapangan salah satu aspek yang dianggap tepat dalam memberikan latihan dan sudut pandang yang lebih komprehensif dalam meningkatkan kemampuan guru praktik adalah penerapan Lesson Study. Lesson Study merupakan sebuah usaha peningkatan kualitas pembelajaran yang muncul dan berkembang pertama kali di Jepang. Lesson study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu, bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses- proses kolaborasi di antara para guru (Iqbal, 2013). Lewis (2002) mendeskripsikan proses-proses yang terdapat dalam Lesson Study merupakan langkah-langkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons). Lebih lanjut, Lesson Study merupakan suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. Lesson Study pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. Ushiku (2013) menambahkan bahwa hakikat belajar peserta didik di sekolah bukan hanya mendapatkan pengetahuan dari guru saja, tetapi juga melalui interaksi positif dan belajar bersama dengan kawannya.

Efektivitas penerapan Lesson Study telah banyak dilaporkan oleh banyak peneliti yang memfokuskan diri pada subjek ini. Supriatna (2012) melaporkan pengamatannya di kalangan dosen bahwa, kegiatan Lesson Study memunculkan komunitas belajar di kalangan dosen. Adapun indikator yang menjadi fokus pengamatan adalah adanya aktivitas berbagi nilai norma mengajar, fokus kolektif terhadap belajar mahasiswa, kolaborasi mengajar serta munculnya dialog reflektif pasca pembelajaran. Pujiastuti (2103) juga melaporkan bahwa penerapan Lesson Study yang dilakukan pada mata kulian Struktur dan perkembangan Tumbuhan II di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNEJ, mendapatkan respon yang positif dari peserta didik, selain itu penerapan Lesson Study terbukti dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Lebih teknis, hasil penelitian Kurniati, et al. (2013), menyebutkan bahwa integrasi Lesson Study dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) di mata kuliah Bilangan real, memberikan hasil memuaskan, yaitu ketuntasan belajar dapat tingkatkan secara signifikan. Menyoroti aspek yang sedikit berbeda, Faisal, et al. (2013) menyebutkan bahwa Lesson Study mengutamakan penuntasan masalah siswa dan kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran secara bersama-sama sehingga monitoring dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan akan lebih mudah dilakukan jika menggunakan kegiatan Lesson Study.

Di SMA Negeri Tanggul-Jember, permasalahan yang mengemuka sejak awal program KKMT adalah penyelenggaraan praktikum. Praktikum yang semestinya merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran Biologi sangat jarang dilaksanakan. Terdapat beberapa alasan mengapa praktikum jarang

dilaksanakan, di antaranya; (1) praktikum memerlukan perencanaan pembelajaran yang tidak sederhana, (2) praktikum memerlukan tenaga ekstra dalam pelaksanaannya, (3) dalam penyenggaraan praktikum diperlukan alat-alat dan bahan yang menuntut penyiapan dan juga keterampilan menggunakan alat-alat tersebut. Untuk mengatasi berbagai kendala dalam penyelenggaraan praktikum, Lesson Study dianggap sebagai solusi yang sangat tepat, sebab langkah-langkah dalam Lesson Study yang meliputi perencanaan, penerapan dan refleksi akan dapat memberikan solusi terhadap tiga permasalahan di atas.

METODE

Kajian ini merupakan kajian kualitatif terhadap proses pembelajaran praktikum dengan menggunakan Lesson Study yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tanggul, Jember. Lesson Study dilakukan sebagai bagian integral dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Lesson Study yang dilaksanakan melibatkan dosen pembimbing lapangan, guru pamong dan seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Peserta KKMT di SMA Negeri 1 Tanggul. Open class Lesson Study dilakukan pada siswa kelas XI MIPA 4 dan diselenggarakan di Laboratorium Biologi SMA Negeri 1 Tanggul. Kegiatan ini dilaksanakan pada Agustus-Oktober 2016 di SMA Negeri 1 Tanggul, Jember. Data-data dalam kajian ini didapatkan melalui kegiatan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, analisis efektivitas pembelajaran, analisis setiap aspek pembelajaran melalui Lesson Study, dan respon guru serta mahasiswa praktikan KKMT selama menerapkan kegiatan Lesson Study. Dalam pelaksanaan Lesson Study ini, semua tahapan diterapkan, mulai dari Plan (perencanaan), Do (penerapan) dan See (refleksi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Value-added yang Dirasakan Mahasiswa terkait penyelenggaraan Lesson Study dalam Pembelajaran Praktikum di KKMT Biologi SMA Negeri 1 Tanggul-Jember

Dalam penerapan Lesson Study di SMA Negeri 1 Tanggul, semua tahapannya dilaksanakan, mulai Plan, Do, dan See. Pada tahap Plan, seluruh mahasiswa KKMT Pendidikan Biologi, didampingi oleh dosen pembimbing lapangan berkumpul untuk menyusun rencana pembelajaran. Sebelum menyusun tahap-tahap pembelajaran praktikum yang akan diterapkan, terlebih dahulu mentabulasi masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran terutama pembelajaran berpraktikum. Selain itu, juga menganalisis karakteristik siswa di kelas yang akan dilaksanakan praktikum. Hasil dari tabulasi masalah dan analisis karakteristik siswa ini, kemudian didiskusikan untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dianggap paling efektif dan efisien serta memungkinkan dilakukan di SMA Negeri 1 Tanggul, mengingat keterbatasan alat-alat praktikum yang tersedia.

Rekaman hasil diskusi pada tahap Plan di atas, digunakan oleh mahasiswa praktikan KKMT untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen-instrumen evaluasi pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif dan tentu saja aspek psikomotor. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan-pun tidak serta merta dapat diaplikasikan secara langsung. Perangkat pembelajaran ini kemudian dikonsultasikan lebih lanjut