• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audience Service sebagai Riset Informal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1 Audience Service sebagai Riset Informal

Menurut Ruslan (2007: 46-47) ada empat peran PR, salah

satunya adalah good image maker. Dalam hal ini ketika seorang

PR menciptakan citra atau publikasi yang positif merupakan

prestasi, reputasi, dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi

aktivitas PR dalam melaksanakan manajemen PR untuk

membangun citra atau nama baik lembaga atau perusahaan dan

produk yang diwakilinya.

Di tengah-tengah perlombaan stasiun TV lain menyajikan

berbagai program hiburan bagi para pemirsanya, Metro TV muncul

pada tahun 2000 dan menjunjung sebagai stasiun televisi berita

pertama di Indonesia. Kehadirannya yang sempat diragukan,

ternyata membuat orang salah karena hingga saat ini Metro TV

masih bertahan di tahun ke 17.

Tetap bertahannya Metro TV sebagai pionir stasiun TV

berita di Indonesia tentunya didukung dari beberapa faktor seperti

idealisme dan profesionalitas Metro TV sebagai stasiun TV,

program tayangan yang berkualitas, menerima rating tinggi,

pemasang iklan yang selalu ada, citra perusahaan, dan masih

banyak faktor lain. Citra perusahaan inilah yang merupakan hasil

berdiri di tahun ke-4 Metro TV, PR & Publicity Department

langsung menjalankan tugasnya yaitu menjembatani komunikasi,

baik dengan publik internal, eksternal, maupun kepada

stakeholder.

Dalam melakukan tugasnya menjadi jembatan komunikasi

antara perusahaan dengan publiknya, PR melakukan yang

namanya monitoring sosial atau biasa juga disebut riset. Tanpa

riset, PR tidak dapat leluasa dalam mengatakan bahwa mereka

tahu situasi dan bisa merekomendasikan situasi. PR & Publicity

Department Metro TV sendiri melakukan apa yang dimaksud dengan ―mendengar sebagai riset sistematis‖. Dengan komunikasi dua arah memungkinkan untuk mendapatkan umpan balik yang

dapat dipercaya. Mendengar langsung apa yang dilaporkan oleh

audiens ataupun pemirsa merupakan alat bagi PR & Publicity

Department Metro TV mengetahui apakah ada suatu

permasalahan yang terjadi ataupun peluang.

Kegiatan mendengar langsung apa yang dilaporkan oleh

audiens ini di Metro TV berupa saluran telepon bebas yang

dinamakan Audience Service. Audience Service ini pada dasarnya

adalah kegiatan yang melayani dan menyediakan kebutuhan

pemirsa akan informasi tentang segala hal yang berkaitan tentang

Metro TV. Namun mengikuti perkembangan zaman, Audience

hanya bisa diakses melalui telepon, melainkan bisa juga melalui

sms, WhatsApp bahkan email. Semua informasi tentang Audience

Service ini dapat didapat langsung dengan mengakses laman

http://www.metrotvnews.com/contactus.

Gambar 4.2

Contact Person Audience Service Metro TV

Cara menghubungi Audience Service ini sangatlah mudah,

pemirsa tinggal memilih dari nomor-nomor diatas sesuai

keperluannya dalam menghubungi Metro TV. Pada laman itu bisa

dilihat bahwa untuk bagian pengaduan, pelaporan dan all in

general bisa langsung kepada PR Manager. Sedangkan untuk Kunjungan Industri bisa menghubungin PR officer eksternal, dan

untuk urusan Media bisa ke PR officer admin. Untuk yang bertugas

jam operasional kantor biasanya adalah anak magang karena

Audience Service ini juga merupakan salah satu kegiatan pokok

yang dilakukan oleh anak magang di PR & Publicity Department

Metro TV. Jadi semua public relations officer yang tergabung

dalam PR & Publicity Department turut ambil bagian dalam

Audience Service ini walaupun berbeda porsinya.

Untuk SOP penerimaan telepon biasanya akan diangkat

dan diterima oleh anak magang yang sebelumnya sudah dibekali

oleh basic training Audience Service, yaitu tentang bagaimana

menerima telepon yang baik, mencatat hal-hal yang disampaikan

pemirsa, dan memberikan informasi yang diketahui serta

menyalurkan telepon ke bagian-bagian terkait. Contohnya jika

menerima telepon orang yang akan mengadakan kunjungan ke

Metro TV bisa menyalurkan ke PR officer eksternal. Untuk para PR

officer lain yang menerima Audience Service langsung ke

extension-nya ataupun emailnya, bisa langsung menindak

lanjutinya sendiri namun semuanya itu tetap dengan

sepengetahuan dari PR Manager. Lalu dibuatlah laporan

mingguan dari Audience Service yang akan masuk ke PR officer

internal dan akan diperiksa langsung oleh PR & Publicity Manager. ―Di website, nomor handphone saya ada bisa WA, bisa email, langsung saya jawab. Jadi agar biar tidak simpang-siur, Cintha. Kalau tidak ada nomor telepon yang bisa dihubungin, pasti nanti pemirsa teleponnya kemana-mana.‖1

1

Senada dengan pernyataan Ibu Henny diatas, dengan

adanya Audience Service ini pemirsa mempunyai wadah untuk

mendapatkan informasi tentang segala hal di Metro TV sehingga

meminimalisir informasi yang simpang siur dan tumpang tindih.

Pada awalnya ada Audience Service officer sendiri yaitu petugas

yang menerima telepon masuk dari audiens, yang kerjanya 24 jam

dan dibagi menjadi 2 shift. Tapi pada akhirnya ditiadakan karena

tidak efektif, tengah malam tidak ada yang telepon. Seperti tadi

dikatakan, bahwa semakin berkembangnya zaman pemirsa juga

lebih memilih memberikan pengaduan atau masukan ataupun

bertanya melalui sms, WhatsApp, email dan ini lebih banyak dipilih

pemirsa yang menghubungi Audience Service pada malam hari

atau diluar jam operasional.

Tentunya yang paling besar perannya dalam Audience

Service adalah Ibu Henny Puspitasari selaku PR & Publicity

Manager, beliau turun langsung dalam kegiatan ini karena beliau

yang paling berkompeten sesuai jam terbangnya dalam

menghandle audiens. Dengan dicantumkannya nomor pribadi sang

PR Manager, berarti selama 24 jam audiens bisa leluasa

menghubungi PR & Publicity Department Metro TV. Laporan

kejadian-kejadian aktual seperti kecelakaan yang terjadi bisa

langsung dilaporkan, hal ini dapat menjadikan peluang

menyampaikan laporan itu ke bagian terkait (redaksi). Berikut

pernyataan beliau tentang hal ini:

―Tengah malam boleh telepon saya, (nomor) handphone saya ada di website. Mau laporan ada kecelakaan di tengah Jagorawi, telepon aja handphone saya, saya pasti bangun. Gitu, jadi itu pentingnya PR harus bisa dihubungin 24 jam ya.‖2

Dengan adanya Audience Service ini menegaskan bahwa

PR & Publicity Department Metro TV lah yang memegang kunci

sebagai Pusat Informasi Publik dari Metro TV. Audience Service

juga berjalan secara tidak langsung sebagai riset untuk

mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pemirsa

sebagai salah satu stakeholder Metro TV. Dari sekian banyak

pertanyaan, saran hingga kritikan bahkan pengaduan, semuanya

itu menjadi alat bagi Metro TV untuk melihat dan mengetahui

seperti apakah citra perusahaan yang beredar di masyarakat.

Contoh pengaduan yang pernah didapat:

―Jadi waktu kejadian itu adalah Hari Raya Nyepi. Kebetulan saya lagi iseng, oh, ada email masuk. Email itu dari seorang bapak, ditulis dengan huruf besar semua. Itu menunjukkan dia marah kan ―Ibu Henny yang baik,‖ tapi huruf besar semua. ―Saya baru pulang dari pura,‖ kan dia Hindu, ―dengan istri dan anak-anak saya balita, naik motor. Malam. Balik ke rumah habis bertapa, tiba-tiba saya hampir diserempet mobil van Metro TV di daerah sekian sekian di Jogja.‖ Dia nggak tau platnya. Wah, saya minta maaf segala macam. Dia hampir jatuh ke selokan. Malam itu saya minta maaf sama bapak itu, terus saya forward itu ke semua BOD. ―Bapak-Ibu yang terhormat, ini anak-anak

2

Bapak-Ibu silahkan di follow up. Besok langsung proses.‖ Gitu. Karena mereka membahayakan nyawa orang.‖3

Dari pengaduan pertama tersebut dapat dilihat bahwa

image Metro TV terancam tercoreng dikarenakan pegawai yang tidak bertanggung jawab, sehingga perlu diambil langkah pasti

sebagai penanggulangannya. Contoh pengaduan lainnya:

―Nah, tiba-tiba suatu hari ada telepon masuk, diterima anak magang. ―Mba Henny, ada Ibu…‖ Lupa saya, Ibu Susi apa Ibu siapa gitu, ―mau bicara dengan Ibu Henny, PR.‖ ―Boleh, kamu transfer ke saya ya.‖ Terus, ―Iya Bu, dengan Henny.‖ ―Ibu Henny ya? Ibu PR manager?‖ ―Iya, bisa dibantu apa, Ibu?‖ ―Iya saya mau curhat nih Bu.‖ ―Curhat apa Ibu? Kenapa? Ada yang bisa saya bantu?‖ ―Bu, tadi saya antri di ATM BCA.‖ ―Oh iya, kenapa? Dimana?‖ ―Di Jalan Panjang, Bu, dekat Kedoya.‖ ―Saya lagi antri, dua orang di depan saya ada orang Metro TV.‖ ―Oh, kenapa Ibu? Soal apa Bu ya?‖ ―Iya Bu, dua orang depan saya pakai seragam Metro dikeluarin.‖ Waktu itu seragam kita yang dimasukin kan, hem. ―Laki-laki Bu.‖ Seragamnya dikeluarin, pakai sandal jepit, terus celananya digulung sampai lutut padahal terang bederang, ngga banjir gitu ya. Terus rambutnya acak-acakan, ngerokok. Terus cuih. ―Eh, ngeludah sembarangan, Bu Henny. Kok Metro TV karyawannya kayak gitu ya kelakuannya?‖ Saya langsung, ―Ya Allah. Ya Tuhan. Ya ampun, terima kasih ya Bu, saya mohon maaf atas nama Metro TV.‖4

Dari pengaduan kedua diatas, menjadi tamparan bagi

Metro TV karena lagi-lagi citra Metro TV yang beredar di mata

masyarakat terancam tercoreng karena perilaku pegawai yang

tidak bertanggung jawab. Dari dua pengaduan yang diterima itulah,

PR & Publicity Department dapat menganalisis situasi yang terjadi

bahwa dari pihak internal Metro TV sendiri juga bisa

3 Henny Puspitasari, PR & Publicity Manager Metro TV, 22 Juni 2017

4

mengakibatkan hambatan dalam mempertahankan corporate

image dan mengambil pemecahan melalui strategi aksi dan komunikasi yang tepat.

Dan aktifnya para pemirsa ini merupakan hal yang patut

disyukuri bukan dikeluhkan karena berarti menandakan bahwa

Metro TV ditonton dan digemari sehingga pemirsa aktif dalam

menyampaikan saran, kritik hingga bertanya hal yang berkaitan

soal program yang tayang.

Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa PR &

Publicity Department melakukan analisa situasi melalui riset

informal berupa Audience Service. Riset informal ini jugalah yang

secara tidak langsung memberikan informasi kepada PR &

Publicity Department Metro TV tentang corporate image apa yang

beredar di mata masyarakat.

Dokumen terkait