• Tidak ada hasil yang ditemukan

Awal Perkembangan Sosiologi Hukum Di Indonesia

Tesis tentang perubahan masyarakat sebagai penggerak Sosiologi Hukum juga memperoleh kebenarannya di Indonesia, oleh karena perkembangan Sosiologi Hukum di negeri ini juga tidak dapat dilepaskan

32 dari perubahan-perubahan yang terjadi secara susul menyusul sejak revolusi kemerdekaan. Pencapaian kemerdekaan negera Indonesia tidak berlangsung secara Yuridis Tradisional, melainkan secara Politik Sosiologis.

Perubahan yang secara yuridis “Tidak normal” itu menimbulkan situasi-situasi konflik sehingga mendorong orang untuk melihat kembali kepada hakikat fungsi hukum, batas-batas kemampuan hukum dan lain-lain atau yang tidak lazim dibicarakan dalam wacan hukum tradisional yang didominasi oleh pemikiran analistis-positivisme (Raharjo, 2010;13).

Meskipun pada hakekatnya Sosiologi Hukum secara relatif masih muda usianya dan masih baru bagi Indonesia sehingga belumlah tercipta lapangan kerja yang jelas dan tertentu. Apa yang yang telah dicapai sekarang ini pada umumnya merupakan pencerminan daripada hasil-hasil karya dan pemikiran yang para ahli yang memusatkan perhatiannya pada Sosiologi Hukum.

Mereka memusatkan perhatiannya pada Sosiologi Hukum, oleh karena kepentingan-kepentingan yang bersifat teoritis atau karena mereka mendapatkan pendidikan baik dalam bidang sosiologi maupun ilmu hukum, atau oleh karena mereka memang mengkhususkan diri dalam penelitian Sosiologis terhadap Hukum. Namun pada

33 perkembangannya Sosiolog kurang memeperhatikan dibidang Hukum. Ada beberapa faktor sebagai penyebab kurangnya perhatian para Sosiolog terhadap Hukum;

Pertama: Para Sosiolog mengalami kesulitan untuk menyoroti sistem hukum semata-mata sebagai himpunan kaedah-kaedah yang bersifat normatif sebagimana halnya dengan para Yuris. Para Sosiolog sulit menempatkan diri dialam normatif karena Sosiologi merupkan suatu disiplin yang kategoris.

Kedua: Pada umumnya para Sosiolog dengan begitu saja menerima pendapat bahwa hukum merupakan himpunan peratuaran-peraturan yang statis. Hal ini tercermin pada pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan para ahli. Ketiga : Sosiolog sering mengalami kesulitan untuk

menguasai keseluruhan data tentang hukum yang demikian banyaknya yang pernah dihasilkan oleh Beberapa generasi ahli-ahli hukum.

Keempat: Lambatnya perkembangan Sosiologi Hukum

adalah kesulitan-kesulitan terjadinya hubungan antara para sosiolog dengan para ahli hukum karena kedua belah pihak tidak

34 mempergunakan bahasa dan kerangka pemikiran yang sama ( Mastur, 2013).

Seperti juga halnya di negara-negara lain, munculnya Sosiologi Hukum di Indonesia masih tergolong cukup baru. Namun demikian sebagaimana juga telah dibicarakan sebelumnya bahwa sebagi suatu pendekatan (approach) ia sudah hampir sama tuanya dengan Ilmu Hukum itu sendiri. kalau dikatakan bahwa Sosiologi Hukum itu merupakan disiplin yang relatif baru di Indonesia, maka hal itu tidak mengurangi kenyataan, bahwa Van Vollenhoven sudah sejak di awal abad ini menggunakan pendekatan Sosial dan Sosiologis terhadap hukum. Untuk kesimpulan awal, wacana hukum yang melibatkan pendekatan Sosiologis sudah dimulai sejak sebelum didirikan lembaga pendidikan tinggi (Raharjo, 2010;32).

Keadaan dan perubahan yang demikian itu pada gilirannya menimbulkan dampak terhadap pemikiran mengenai hukum. perilaku dan dengan demikian juga perilaku hukum yang berubah sangat mempengaruhi hukum di Indonesia. Sebagai mata kuliah, Sosiologi Hukum memasuki kurikulum Fakultas Hukum di Indonesia dengan nama “Hukum dan Masyarakat”. Pada tahun 1980 terbit buku dengan nama yang sama, yang merupakan karya pertama yang agak lengkap mengenai filsafat, pendekatan dan analisis Sosiologis terhadap Hukum. Di tahun 90-an, mata kuliah tersebut sudah makin biasa diberikan di Fakultas

35 hukum serta menggunakan nama “Sosiologi Hukum” (Raharjo, 2010; 38).

Keterasingan para mahasiswa dan para sarjana hukum dari paradigma, teori dan metode sosiologi (hukum) itu lebih diperkuat lagi tatkala pendidikan hukum di Indonesia hingga kini masih saja dimaksudkan secara kurang realistis sebagai studi profesi yang monolitik semata, yang meyakini bahwa kehidupan bermasyarakat yang kompleks ini dapat begitu saja diatur secara apriori menurut model-modelnya yang normatif-positif, yang ditegakkan berdasarkan prosedur-prosedur bersanksi.

Bermaksud begitu, pendidikan hukum di Indonesia menganut tradisi Civil Law dari Eropa Kontinental lalu cenderung memperlakukan hukum sebagai kaidah-kaidah positif (yang terumus secara eksplisit dan terinterpretasi secara konsisten) yang terorganisasi di dalam suatu sistem normatif yang tertutup, dengan metodenya yang monismus yang ternyata dimaksudkan untuk hanya bisa mengenali prosedur-prosedur penalaran yang formal-deduktif saja. Karena metode deduksi ini hanya bermanfaat untuk menemukan dasar pembenaran atau dasar legitimasi (itu pun hanya yang formal saja), dan tidak sekali-kali mampu menemukan hubungan antarvariabel di alam amatan sebagaimana halnya metode induksi, maka tak pelak lagi “ilmu hukum” ini sulit digolongkan ke dalam bilangan ilmu; yaitu ilmu dalam artinya yang khusus sebagai (empirical) science (Wignjosoebroto. 2002).

36

C. Penutup

Seperti halnya di negara-negara lain munculnya Sosiologi Hukum di Indonesia masih tergolong , cukup baru, ilmu hukum di Indonesia datang dan di usahakan melalui kolonialisasi belanda atas negeri ini, pendidikan tinggi hukum yang boleh di pakai sebagai lambang dari kegiatan kajian hukum baru di mulai pada tahun 1942, yaitu dengan di bukanya rechtchogeschool di Jakarta yang didirikan pada tahu 1909, dengan masa belajar dengan enam tahun.lembaga ini belum dapat di maksudkan ke dalam kategori lembaga keilmuan, karena separuh dari masa itu masih juga di pakai untuk melakukan pendidikan menengah atau SLTP atas untuk di ketahui pendidkan menengan atas baru ada di Indonesia pada tahu 1919.

Kendati perubahan sudah mulai terjadi sejak kolonialisasi oleh belanda atas Indonesia, namun karena sempat ‘’ mengadap’’ selama ratusan tahun,maka hilanglah kualitas perubahan tersebut bahkan masa di bawah penjajahan belanda sudah di sebut sebagai “zaman norma” perubahan dan keguncangan sosial yang kemudian berlangsung secara akumulatif,benar-benar di mulai sejak kapitulasi Belanda di hadapan jepang. Itulah saatnya bangsa Indonesia benar-benar merasakan terjadinya suatu “perubahan guncangan dalam hidupnya” keadaan tak seperti biasa, zaman normal dan sudah lewat (Rahardjo,2010:32-34).

37 Keadaan dan perubahan yang demikian itu pada gilirannya menimbulkan dampak terhadap pemikiran mengenai hukum. Prilaku dan dengan demikian juga prilaku hokum yang berubah sangat mempengaruhi praktik hokum di Indonesia, apabila pada masakolonial hukum relative mampu menjadi sarana berlangsungsungnya proses-proses dalam masyarakat secara teratur, tidak demikian keadaanya sesudah terjadi gelombang perubahan tersebut di atas, dapat dikatakan, hukum telah kehilangan cengkramannya terhadap masyarakat.

Dalam suasana demikian itu adalah sangat logis apabila pemikiran dan studi hukum positivistis,yaitu yang mendasar pada telaah perundang undangan mengalami gugatan. Pada waktu orang berpaling ke ilmu hokum dan mencari tahu bagaimana dapat terjadi perubahan seperti itu,teori-teori hukum yang positivistis tidak mampu memberi jawaban atau penjelasan. Sebuah artikel sederhana pada tahun 1971 telah mengemukakan kekurangan tersebut, yaitu tentang keterbatasan dari studi hokum normative dan diperlakukanya suatu pendekatan lain Decade 70-an dapat di sebut sebagai momentum mulai berkembangnya Sosiologi Hukum di Indonesia, di tandai dengan munculnya tulisan-tulisan yang tergolong ke dalam studi sosial mengenai hukum dalam konteks sosial yang lebih besar (Rahardjo,2010:36).

38

Latihan

1. Jelaskan sejarah perkembangan Sosiologi Hukum yang anda pahami?

2. Jelaskan sinkronisasi antara perkembangan Sosiologi dan Hukum sehingga berada pada satu titik pandang yang sama tentang masyarakat?

3. Jelaskan awal perkembangan Sosiologi Hukum di Indonesia?

4. Jelaskan bagaimana Monstequieu membebaskan Sosiologi Hukum dari segala kecendrungan-kecendrungan metafisika yang dogmatis?

5. Jelasakan secara umum bagaimana pengaruh pemikiran Eropa dan Amerika terhadap perkembangan Sosiologi Hukum di Indonesia?

39

BAHAN PEMBELAJARAN III

Pendekatan Dan Aliran Yang Ada Dalam