perbuatannya itulah maka Tuhan memberikannya imbalan pahala atau siksa sesuai dan ancamannya.
b. Menurut Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah menyatakan bahwa Allah mempunyai kekuasaan mutlak dan tidak tunduk kepada siapapun. Kekuasaan mutlak Allah tidak dapat dibatasi oleh kebebasan manusia. Kaum Asy’ariyah berpendapat bahwa manusia tidak bebas berbuat dan berkehendak. Sebab sekiranya sesuatu terjadi di luar kehendak Allah, atau sekiranya dalam kekuasaan-Nya terjadi apa yang tidak dikehendaki-Nya, maka hal ini akan berarti bahwa Allah itu lemah atau lupa, sedangkan sifat lemah atau lupa adalah mustahil bagi Allah. Allah yang menghendaki segala sesuatu yang terjadi di alam ini, termasuk perbuatan baik atau perbuatan buruk.
1. Kemunculan Khawārij yang mengembangkan pemikiran teologi, membawa dampak kepada munculnya aliran-aliran teologi yang baru, yaitu: Syi’ah, Murji’ah, Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah dan Maturidiyah (Ahlussunnah Wal Jama’ah).
2. Cakupan perdebatan dalam ilmu kalam yang pada awalnya hanya persoalan politik kemudian meluas, misalnya tentang kedudukan wahyu dan akal, iman dan kufur, kalamullah, kehendak mutlak Tuhan dan perbuatan manusia, dan keadilan Tuhan.
3. Perkembangan dan penyebaran paham teologi sering bersinggungan dengan kekuasaan, misalnya aliran Khawārij yang sejak awal lahirnya dilatarbelakangi persoalan politik, Jabariyah pada masa pemerintahan Bani Umayyah, dan Mu’tazilah pada pada masa pemerintahan al-Makmun, Mu’tashim, dan al-Watsiq dari Dinasti Bani Abasiyah.
4. Munculnya paham Asy’ariyah dan Maturidiyah menjadi solusi atas paham-paham yang ekstrim. Paham ini menjadi mudah dipahami oleh umat Islam karena rumusan ajarannya yang sederhana dan lebih menekankan penggunaan dalil naqli dan membatasi penggunaan logika filsafat yang rumit.
1. Guru menyampaikan kepada siswa tentang jenis dan metode pembelajaran diskusi yang akan dipakai (misalnya: diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, simposium, atau diskusi panel) dengan menjelaskan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam diskusi tersebut.
2. Guru menyampaikan tema diskusi.
3. Tema diskusi adalah:
a. Perspektif ilmu kalam terhadap orang mukmin yang melakukan dosa besar.
AYO PRESENTASI
b. Perspektif ilmu kalam terhadap perbuatan Allah dan perbuatan manusia.
c. Perspektif ilmu kalam terhadap ayat-ayat mutasyabihat.
4. Siswa menyampaikan presentasi di depan kelas
Setelah mempelajari aliran-aliran ilmu kalam, maka seharusnya kita bisa bersikap sebagai berikut:
1. Menghargai perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
2. Bersikap tasamuh/toleran atas perbedaan yang ada.
3. Mempelajari agama dengan penuh kesungguhan untuk mendapatkan ilmu yang luas sehingga mempunyai wawasan komprehensif, dan tidak terjerumus ke dalam pemahaman keagamaan yang sempit.
A. Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas!
1. Diantara dampak dari perbedaan pendapat yang diselesaikan dengan peperangan adalah terjadinya bunuh-membunuh diantara umat Islam. Sebagaimana diketahui bahwa membunuh adalah termasuk dosa besar. Dalam hal ini, muncullah permasalahan yang berkaitan dengan hukum orang mukmin yang melakukan dosa besar tersebut. Isu tersebut diangkat oleh mutakallimin generasi awal untuk dijadikan bahan perdebatan. Sebagian berpendapat bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar dihukumi telah keluar dari Islam, sehingga dihukumi kafir. Adapun yang lain berpendapat bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar bukanlah kafir, tetapi juga bukan mukmin tetapi fasik. Mengapa mereka berbeda pendapat dalam menghukumi permasalahan yang sama? Lakukan analisis terhadap pendapat tersebut dengan analisis yang tajam!
2. Ada aliran kalam yang berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan suatu perbuatan. Begitu juga, manusia tidak mempunyai kesempatan untuk memilih jalan hidupnya. Manusia hanya menjalankan ketentuan yang sudah dibuat Tuhan. Mengapa mereka berpendapat demikian?
3. Manusia tidak mempunyai hak untuk menghukumi perbuatan manusia. Yang berhak menghukumi manusia adalah Allah, yaitu pada yaumul mizan di akhirat nanti.
Bagaimana dampak dari doktrin ajaran ini?
4. Dalam hal melihat Tuhan dengan mata kepala di akhirat, para mutakallimin berselisih pendapat. Sebagian berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat dilihat manusia dengan mata kepala. Sebagian yang lain berpendapat bahwa Tuhan dapat dilihat dengan mata
AYO BERLATIH
PENDALAMAN KARAKTER
UJI PUBLIK
kepala di akhirat. Analisislah kedua pendapat tersebut! Dan pendapat siapakan yang lebih kuat!
5. Bagi sebagian mutakallimin, Tuhan dikatakan adil apabila memasukkan orang baik ke surga dan memasukkan neraka bagi yang jahat/ingkar. Bagi sebagian yang lain, Tuhan tidak boleh dikatakan tidak adil apabila memasukkan ke neraka bagi orang yang berbuat jahat/ingkar ke surga, begitu juga Tuhan tidak boleh dikatakan tidak adil apabila memasukkan orang baik ke neraka. Analisislah kedua pendapat tersebut!
B. Tugas terstruktur Isilah tabel berikut!
No Aliran Tokoh Doktrin Ajaran
1 Khawārij
2 Syi'ah
3 Murji'ah
4 Jabariyah
5 Qadariyah
6 Asy'ariyah
7 Maturidiyah
C. Tugas mandiri tidak terstruktur
1. Lakukanlah studi kepustakaan dengan mengambil salah satu objek penelitian berikut!
a. Kontradiksi paham Khawārij dan Ahlussunnah wal-Jama’ah.
b. Kontradiksi paham Syi’ah dan Ahlussunnah wal-Jama’ah.
c. Kontradiksi paham Murji’ah dan Ahlussunnah wal-Jama’ah.
d. Kontradiksi paham Jabariyah dan Ahlussunnah wal-Jama’ah.
e. Kontradiksi paham Qadariyah dan Ahlussunnah wal-Jama’ah.
f. Kontradiksi paham Mu’tazilah dan Ahlussunnah wal-Jama’ah.
2. Tulislah hasil studi kepustakaan tersebut dalam bentuk makalah!
3. Cantumkan sumber bacaan !
UJI PUBLIK
Mutiara Hikmah
Ucapan Ali bin Abi Ṭālib bin Abi Ṭālib Ketika Mendengar Teriakan Kaum Khawārij,
“La Hukma Illa Lillāh”
Sungguh, itu adalah kalimat haq (benar), namun dimaksudkan untuk sesuatu yang baṭil! Memang benar, “tiada hukum kecuali bagi Allah”. Namun orang-orang itu bermaksud mengatakan: “tiada kepemimpinan kecuali bagi Allah.”
Padahal masyarakat harus punya seorang pemimpin, apakah ia seorang pemimpin yang baik ataupun yang jahat. Di bawah kepemimpinannya, seorang mukmin melaksanakan tugasnya, seorang kafir menikmati hidupnya, sementara Allah Swt., mencukupkan ajal segala sesuatu. Penghasilan uang negara dikumpulkan, musuh-musuh diperangi, jalan-jalan diamankan dan hak si lemah diambil kembali dari si kuat, sehingga orang yang baik akan hidup tenteram dan yang jahat dapat dicegah kejahatannya.
Sumber: al-Baqir, Muhammad, Terj. Mutiara Nahjul Balaghoh, (Bandung: Mizan, 1991).