• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekte-Sekte Syiah Dan Pahamnya

Dalam dokumen Aqidah Akhlak MA XI 2019 (Halaman 38-41)

AYO MENDALAMI

2. Sekte-Sekte Syiah Dan Pahamnya

Propaganda yang pertama kali dilancarkan oleh Abdullāh Ibnu Saba’ adalah dengan cara menyebarkan fitnah tehadap Khalifah Utsman bin Affan dan menyanjung-nyanjung Ali bin Abi Ṭālib secara berlebih-lebihan. Propaganda ini mendapatkan sambutan dari sebagian masyarakat Madinah, Mesir, Bashrah, dll. Dia sangat berani membuat hadiś palsu yang bertujuan mengagung-agungkan Ali bin Abi Ṭālib dan merendahkan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaṭab, dan Utsman bin Affan. Diantara propaganda Abdullāh Ibnu Saba’ adalah:

a. al-Wishoyah

Arti al-wishoyah adalah wasiat. Nabi Muhammad Saw. berwasiat supaya khalifah (imam) sesudah beliau adalah Ali bin Abi Ṭālib, sehingga beliau diberi gelar al-washiy (orang yang diberi wasiat).

b. Ar-Raj’ah

Arti ar-raj’ah ialah kembali. Ibnu Saba’ menyampaikan bahwa Nabi Muhammad Saw. tidak boleh kalah dengan Nabi Isa As. Kalau Nabi Isa As. akan kembali pada akhir zaman untuk menegakkan keadilan, maka Nabi Muhammad Saw. lebih patut untuk kembali. Ali bin Abi Ṭālib juga akan kembali di akhir zaman untuk menegakkan keadilan. Ia tidak percaya bahwa Ali bin Abi Ṭālib telah mati terbunuh tetapi masih hidup.

c. Ketuhanan Ali bin Abi Ṭālib

Ibnu Saba’ juga mempropagandakan paham bahwa dalam tubuh Ali bin Abi Ṭālib bersemayam unsur ketuhanan. Oleh karena itu Ali bin Abi Ṭālib mengetahui segala yang gaib , dan selalu menang dalam peperangan melawan orang kafir, suara petir adalah suara Ali bin Abi Ṭālib , dan kilat adalah senyumannya.

Yaitu Syi’ah yang percaya kepada Imam-imam yang ditunjuk langsung oleh nabi Muhammad Saw. yaitu Ali bin Abi Ṭālib sampai 12 orang Imam keturunannya, yaitu:

1) Ali bin Abi Ṭālib (600-661 M), juga dikenal dengan Amirul Mukminin 2) Hasan bin Ali (625-669 M), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba 3) Husain bin Ali (626-680 M), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid 4) Ali bin Husain (658-713 M), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5) Muhammad bin Ali (676-743 M), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir 6) Jafar bin Muhammad (703-765 M), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq 7) Musa bin Ja'far (745-799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim

8) Ali bin Musa (765-818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha

9) Muhammad bin Ali (810-835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi

10) Ali bin Muhammad (827-868 M), juga dikenal dengan Ali al-Hadi 11) Hasan bin Ali (846-874 M), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari

12) Muhammad bin Hasan (868- M), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi d. Syi’ah Isma’iliyah

Yaitu Syi’ah yang mempercayai hanya 7 orang Imam, yaitu mulai Ali bin Abi Ṭālib dan diakhiri Ismail bin Ja’far as-Shaddiq yang lenyap dan akan keluar pada akhir zaman . Sekte Syi’ah Ismailiyah ini berkembang di Pakistan yang merupakan murid Aga Khan. Urutan imam-imam yang dipercaya oleh Syi’ah Isma’iliyah adalah:

1) Ali bin Abi Ṭālib (600-661 M), juga dikenal dengan Amirul Mukminin 2) Hasan bin Ali (625-669 M), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba 3) Husain bin Ali (626-680 M), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid 4) Ali bin Husain (658-713 M), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin

5) Muhammad bin Ali (676-743 M), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir 6) Ja'far bin Muhammad bin Ali (703-765 M), juga dikenal dengan Ja'far

ash-Shadiq

7) Ismail bin Ja'far (721-755 M), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.

e. Syi’ah Zaidiyah

Yaitu Syi’ah pengikut Imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Ṭālib, Syi’ah ini berkembang di Yaman. Sekte ini termasuk yang tidak ghullat. Mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaṭab, Utsman bin Affan, walaupun berkeyakinan bahwa Ali bin Abi Ṭālib lebih mulia dari ketiganya.

Mengenai pelaku dosa besar, mereka berkeyakinan apabila mati sebelum taubat maka akan masuk neraka selama-lamanya.

f. Syi’ah Qaramithah

Yaitu kaum Syi’ah yang suka menafsirkan al-Qur’an sesuka hatinya.

Mereka mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah muballigh mereka dan setan-setan adalah musuh mereka, sembahyang adalah mengikuti mereka, haji

UJI PUBLIK

adalah ziarah kepada imam-imam mereka. Orang yang sudah mengetahui sedalam-dalamnya Allah, tidak perlu sembahyang, puasa, dll.

C. Aliran Murji’ah 1. Sejarah Murji’ah

Kata murji’ah berasal dari bahasa Arab arja’a yang artinya menunda. Aliran ini disebut Murji’ah karena mereka menunda menghukumi persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Ṭālib, Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān, dan Khawārij sampai pada hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang salah diantara ketiga golongan tersebut.

Murji’ah adalah salah satu aliran kalam yang muncul pada abad pertama hijriah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi Syahratsani menyebutkan dalam bukunya al-Milal wa an-Nihal, bahwa orang yang pertama membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi.

Diantara tokoh Murji’ah yang muncul pada abad pertama hijriyah adalah: Abu Hasan ash-Sholihi, Yunus bin an-Namiri, Ubaid al-Muktaib, Bisyar al-Marisi, Muhammad bin Karam. Aliran ini muncul sebagai reaksi dari beberapa paham yang ada pada saat itu, misalnya:

a. Pendapat Syi’ah yang menyalahkan bahkan mengkafirkan orang-orang yang dianggap merebut jabatan khalifah Ali bin Abi Ṭālib .

b. Pendapat Khawārij yang menghukum kafir Mu’awiyah bin Abi Ṣufyān dan pendukungnya, karena merebut kekuasaan yang sah yaitu Ali bin Abi Ṭālib , begitu juga mengkafirkan Ali bin Abi Ṭālib dan pendukungnya karena menerima Tahkīm dalam perang siffin.

c. Pendapat pengikut Mu’awiyah yang menganggap bahwa Ali bin Abi Ṭālib terlibat dalam konspirasi pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan.

d. Pendapat sebagian pengikut Ali bin Abi Ṭālib yang beranggapan bahwa Siti

‘Aisyah, Thalhah, Zubair dan siapapun yang terlibat dalam perang jamal adalah salah.

Pada awalnya kaum Murji’ah hanya terlibat dalam perdebatan di bidang siasah, politik dan khilafah saja, tetapi dalam perkembangannya juga terlibat dalam bidang teologi Islam.

Tokoh-tokoh lain yang lahir pada masa itu adalah: Hasan bin Bilal al-Muzni, Abu Salat as-Samman (w. 152 H), Tsaubah, Dhirar, bin Umar. Sedangkan penyair Murji’ah yang terkenal pada masa Daulah Umayyah adalah Tsabit bin Quthanah.

2. Sekte-Sekte Murji’ah Dan Pahamnya a. Murji’ah Moderat

UJI PUBLIK

Asy-Syahrasyani menyebutkan beberapa tokoh yang termasuk dalam golongan Murji’ah moderat yaitu: al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Ṭālib, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadiś.

Golongan ini berpendapat, bahwa orang mukmin yang melakukan dosa besar bukanlah kafir, dan tidak kekal di dalam neraka, tetapi akan dihukum di neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya, dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali. Bisa jadi orang yang melakukan dosa besar itu bertobat, dan tobatnya diterima Allah. Sehingga hukum orang mukmin yang melakukan dosa besar, ditunggu pada putusan akhir Allah di akhirat kelak.

b. Murji’ah Ekstrim

Yang termasuk Murji’ah ekstrim adalah: al-Jahmiah (pengikut Jaham bin Shafwan), Salihiyah (pengikut Abu Hasan Salihi), Yunusiyah, al-Khassaniyah.

Al-Jahmiyah berpendapat, bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan, dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya hanya di hati, dan apabila mati tetap menyandang predikat mukmin yang sempurna.

Al-Salihiyah berpendapat, iman adalah mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu pada Tuhan. Dalam pengertian mereka, sembahyang tidaklah merupakan ibadah kepada Allah, karena yang disebut ibadah adalah iman kepadanya, dalam arti mengetahui Tuhan.

Al-Yunusiah berpendapat, melakukan maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat, tidaklah merusak iman seseorang. Demikian juga Golongan al-Ubaidiyah.

Muqatil bin Sulaiman mengatakan, bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang, dan sebaliknya pula perbuatan baik tidak akan merubah kedudukan orang musyrik atau polytheist.

Al-Khasaniyah berpendapat, jika seseorang mengatakan, “saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”, orang yang demikian tetap mukmin dan bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah ka’bah di India atau di tempat lain”, orang yang demikian itu juga tetap mukmin.

Ajaran yang demikian itu oleh Harun Nasution dianggap berbahaya, karena akan membawa kepada moral atitude, yaitu sikap memperlemah ikatan-ikatan moral, atau masyarakat yang bersifat permissive, yaitu masyarakat yang dapat mentolerir penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma akhlak yang berlaku. Inilah kelihatannya yang menjadi sebab nama Murji’ah itu pada akhirnya mengandung arti buruk sehingga tidak diikuti oleh masyarakat.

Dalam dokumen Aqidah Akhlak MA XI 2019 (Halaman 38-41)