• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

V. B. Diskusi

Mengambil keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba adalah suatu hal yang hampir mustahil dilakukan bagi ketiga partisipan dalam penelitian ini.

Hal ini sesuai dengan pendapat McCaul et.al., dalam Taylor (1999) yang menyebutkan bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh seseorang yang ingin memiliki pola hidup yang sehat dan mengubah kebiasaan buruk pada masa lalu adalah relaps. Seseorang yang pernah berhenti menggunakan narkoba dalam jangka waktu tertentu akan cenderung untuk kembali menggunakannya, meskipun telah melakukan berbagai cara atau mengikuti program penyembuhan. Bahkan ketika komitmen dan keputusan untuk tidak akan menggunakan narkoba lagi telah diambil . Ketiga partisipan dalam penelitian ini juga mengalami hal yang sama, yaitu relaps. Seperti yang dikemukakan oleh Ockene (dalam Sarafino, 2006), relaps berarti kembali melakukan pola perilaku yang sama dengan yang sebelumnya. Relaps ini akan sangat kuat pada beberapa minggu dan bulan pertama setelah berhenti. Yang dimaksud dengan relaps di sini adalah masalah yang khusus pada gangguan kecanduan alkohol, merokok, ketergantungan obat-obatan, dan obesitas (Brownell, Marlatt, et al., dalam Taylor, 1999). Brandon, Copeland dan Saper (Taylor, 1999) menambahkan bahwa relaps cenderung terjadi pada individu yang mengalami depresi, cemas, atau under stress.

Ketika seseorang terlibat dalam narkoba, maka dapat dikatakan bahwa saat itu juga dia telah masuk dalam lingkaran hitam kehidupan yang sangat sulit untuk diputuskan. Hal ini dapat digambarkan seperti memakan buah simalakama, jika tetap menggunakan maka dia akan mati secara pelan-pelan; namun jika berhenti maka dia juga akan merasakan sakit (pain) yang sangat berat dan menyiksa. Rasa sakit seakan-akan telah menjadikan para pengguna narkoba merasa tidak berdaya lagi hidup sendiri dan berpisah dari narkoba. Bagi pengguna narkoba, rasa sakit

tidak hanya muncul secara fisik, tetapi juga psikis. Keluhan-keluhan yang muncul akibat gangguan pada tubuh (sensori) sangat mempengaruhi emosi dan pikiran seseorang yang menggunakan narkoba, yang akhirnya akan menjadi sesuatu yang terinternalisasi ke dalam aspek psikisnya, seperti cemas, perasaan-perasan negatif, mood yang buruk, serta pengendalian diri yang sulit. Hal ini kembali menimbulkan keluhan-keluhan secara fisik, seperti mual, pusing, tubuh menggigil dan sakit yang luar biasa. Rasa sakit secara fisik ini kemudian kembali mengganggu emosi dan pikirannya. Demikianlah hal ini akan terus berlangsung seperti sebuah proses atau sirkulasi. Sirkulasi ini seperti lingkaran setan dan hanya bisa diputus dengan mengatur kognitif atau pikirannya, atau disebut dengan mapping restrukturisasi (Sarafino, 2006). Dalam penelitian ini, ketiga partisipan juga mengalami hal yang sama dalam proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba. Yang dimaksud dengan pain adalah pengalaman yang tidak nyaman pada sensoris dan emosional, yang biasanya diassosiasikan dengan kerusakan atau iritasi pada jaringan (AMA, dalam Sarafino, 2006).

Hal yang paling menghambat pengguna narkoba untuk dapat mengatasi relaps dan berhenti menggunakan narkoba adalah pikiran atau persepsinya sendiri, yang menganggap narkoba telah menjadi satu bagian dari dirinya dan tidak dapat dilepaskan. Hal ini disebut dengan sugesti. Menurut Chaplin, dalam Kamus lengkap psikologi, 2000, sugesti merupakan proses yang menyebabkan seseorang bertingkah laku sesuai dengan keinginannya sendiri. Ketiga partisipan dalam penelitian ini terperosok dalam tahap perenungan untuk merubah kebiasaan mereka, tetapi perenungan tersebut tetap tidak berkembang karena merasa tidak

mampu untuk lepas dari obat-obatan tersebut, dan bahkan tidak berusaha untuk berhenti. Mereka tidak mempunyai keyakinan dari dalam dirinya bahwa dia mampu untuk melepaskan diri dari ketergantungan obat-obatan. Istilah keyakinan ini disebut dengan self efficacy. Menurut Zimbardo dan Gerrig (1999), self efficacy adalah keyakinan bahsa seseorang mampu menghdapi situasi tertentu, yang menimbulkan rasa tertekan dan stress bagi individu yang bersangkutan.

Faktor yang paling mempengaruhi berhasil atau tidaknya seorang pengguna narkoba melawan sugesti sehingga dapat melakukan keputusannya untuk tidak menggunakan narkoba lagi, adalah dukungan sosial (social support) dari orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama dari orang tua dan keluarga. Valentiner, Holahan, dan Moos dalam Taylor, 1999, telah membuktikan sebelumnya, yang mengatakan bahwa dukungan orang tua memampukan anaknya untuk menghadapi kejadian atau kondisi yang tidak terkontrol, dengan emosi yang baik. Namun ternyata hal ini tidak selamanya benar. Salah satu partisipan dalam penelitian ini tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang tua maupun keluarganya tetapi akhirnya dapat juga memutuskan berhenti dari narkoba. Partisipan tersebut justru mendapatkan dukungan dari orang lain, yang belum begitu dikenalnya.

Dukungan sosial ini sangat efektif menurunkan distress psikologis seperti depresi atau cemas, dan perasaan-perasaan negatif, selama proses memutuskan berhenti dari narkoba, yang merupakan kondisi tertekan dan sangat stress bagi pengguna narkoba yang ingin berhenti dari narkoba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fleming, Baum, Gisriel, dan Gatchel serta Haines,

Hurlbert, dan Beggs dalam Taylor, 1999. Dukungan sosial tersebut membuat mereka merasa diperhatikan, dicintai, dan berharga serta bagian dari sebuah komunitas, meskipun telah berbuat hal yang buruk. Hal inilah yang dikemukakan oleh J.M. Siegel dalam Taylor, 1999, bahwa social support merupakan informasi dari seseorang yang mencintai dan perduli, menghormati dan menghargai, bagian dari komunikasi dan saling perhatian dari orang tua, pasangan atau kekasih, relasi lain, teman-teman, hubungan sosial dan perkumpulan seperti gereja atau club, dan bahkan dari hewan peliharaan yang setia. Dukungan tersebut sangat berperan untuk menegur, menguatkan, mengingatkan, dan membantu individu untuk mengubah pemikiran dan penilaian tentang narkoba sehingga tidak lagi menggunakannya. Yang dimaksud dengan dukungan sosial adalah suatu bentuk keperdulian, kenyamanan, perasaan dicintai dan berharga, dan membantu seseorang merasa diterima oleh orang lain atau dalam satu komunitas (Gentry & Kobas; Willls & Fegan, dalam Sarafino, 2006).

Menurut S.Cohen; Reis; Schwarzer dan Leppin; Wills (Taylor, 1999), dukungan sosial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti appraisal support, tangible assistance, informational support, dan emotional support. Dalam proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba, keempat bentuk dukungan sosial tersebut juga sangat dibutuhkan, namun dari penelitian ini, dukungan yang paling mempengaruhi keberhasilan untuk memutuskan tidak lagi menggunakan narkoba adalah emotional dan appraisal support. Keluarga partisipan pertama dan ke-3 serta pacar partisipan ke-2 memberikan pemahaman dan pandangan yang positif tentang hidup sehingga partisipan dapat mengatasi

sugesti yang mereka rasakan dengan baik, tanpa harus kembali menggunakan narkoba. Selain itu, keluarga dan teman-teman mereka selalu mendukung dan memperdulikan mereka, baik di saat-saat yang sehat maupun ketika merasa kesakitan, sendiri dan tidak berdaya selama proses mengambil keputusan terakhir. Hal inilah yang disebut dengan appraisal support, yaitu dukungan yang membantu seseorang untuk memahami kondisi atau kejadian yang sangat stress dengan lebih baik serta menemukan strategi untuk mengatasinya. Sementara emotional support adalah dukungan dari keluarga dan teman dengan menenangkan seseorang yang dinilai berharga dan diperdulikan.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pelayanan secara rohani dan dukungan doa juga sangat menentukan kekuatan dan kemampuan seorang pengguna narkoba dapat memutuskan berhenti menggunakan narkoba untuk selamanya serta melakukan keputusannya tersebut. Pengenalan dan perenungan siapa diri di hadapan Tuhan membuatnya sadar bahwa dia tidak mempunyai kuasa apa-apa atas dirinya, apalagi untuk melawan sugesti terhadap narkoba yang dirasakan. Namun dengan doa dan pengenalan akan Tuhan membuatnya sadar bahwa Tuhan juga pasti memampukan setiap orang yang mengandalkan Dia untuk tidak berbuat dosa, termasuk untuk tidak menggunakan narkoba. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh BNN (2005), yang membuktikan bahwa keberhasilan seorang pecandu narkoba berhenti menggunakan narkoba adalah karena pengetahuan tentang agama dan ketaatannya beribadah kepada Tuhan.

Disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan atau komunitas pergaulan seseorang yang sedang berusaha berhenti menggunakan narkoba sangat menentukan keberhasilannya untuk meninggalkan narkoba dan memutuskan untuk berhenti untuk selamanya. Seorang pengguna narkoba yang ingin berhenti harus meninggalkan pergaulan lamanya dan bergabung dengan sebuah komunitas yang baru. Komunitas tersebut tentunya adalah komunitas yang melakukan hal-hal positif. Di dalam komunitas yang baru tersebut juga dia akan memiliki kegiatan-kegiatan baru, sehingga pengguna narkoba yang sedang berusaha berhenti, lambat laun akan melupakan obat yang memikat pikiran tersebut dan mulai memusatkan perhatiannya kepada komunitas dan kegiatan yang baru tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berkman dan Syne (Taylor, 1999), yang menemukan bahwa seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang sedikit dan persekutuan yang buruk akan lebih cenderung untuk menderita dan bahkan meninggal dunia lebih cepat selama melalui proses yang sangat tertekan dan stress.

Pengetahuan dan jenis narkoba yang digunakan juga mempengaruhi seorang pengguna narkoba untuk mengambil keputusan berhenti atau tidak dari narkoba. Menurut Kurt Lewin (Lieberman, 1999), butuh waktu untuk menjalani suatu proses pembiasaan dari lingkungan yang berpengaruh terhadap pembentukan pola perilaku seseorang. Pengambilan keputusan untuk berhenti dari narkoba juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan kegiatan dan kerja mereka sebagai aktivis LSM yang bertujuan untuk membantu para pecandu untuk berhenti dari narkoba dan juga pelayan di dalam sebuah persekutuan rohani yang

membantu mereka untuk melawan sugesti dan dampak-dampak negatif dari mencandu serta menemukan tujuan hidup yang baru sesuai dengan kehendak Tuhan.

V. C. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

a. Saran Penelitian Lanjutan

1. Salah satu partisipan dalam penelitian ini tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang tua atupun keluarga, tetapi akhirnya dapat mengambil keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba. Karena itu disarankan untuk penelitian selanjutnya supaya meneliti proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba pada pengguna narkoba yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua dan keluarga.

2. Semua partisipan dalam penelitian ini adalah pecandu narkoba yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang narkoba. Dua diantaranya adalah aktivis LSM perduli pengguna narkoba, sedangkan yang satu lagi adalah mahasiswa, yang hampir menyelesaikan perkuliahan dari universitas negeri di Sumatera Utara, yang telah mengetahui segala sesuatu tentang narkoba sejak kecil, dan mengikuti organisasi kerohanian. Di sisi lain, mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba dapat dianggap sebagai

satu ’tindakan’ yang semestinya dilakukan demi kelangsungan hidup yang lebih baik, maka disarankan kepada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian terhadap pengguna narkoba yang tidak terlibat dalam LSM dan organisasi kerohanian.

3. Partisipan dalam penelitian ini semuanya adalah beragama Kristen dan mendapatkan pelayanan rohani terlebih dahulu sebelum berhasil mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba setelah mendapatkan pelayanan rohani secara pribadi. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan pengguna narkoba yang beragama yang lain dan tidak mendapatkan pelayanan rohani.

4. Ketiga partisipan dalam penelitian ini semuanya mulai mencoba narkoba dengan jenis ganja. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada pengguna narkoba yang tidak menggunakan ganja

b. Saran Praktis

1. Bagi pecandu atau pengguna narkoba, perlu mengetahui betapa pentingnya mengambil keputusan untuk berhenti dari narkoba meskipun baginya, narkoba sudah menjadi bagian dari hidupnya. Jika keputusan itu sudah ada, yakinlah, masa depan yang lebih baik pun telah menanti. Hidup akan berguna dan berarti.

2. Disarankan, supaya para pengguna narkoba harus memiliki keyakinan bahwa dia pasti bisa, komitmen yang kuat, dan usaha

yang keras dari dalam diri sendiri, dalam proses pengambilan keputusan berhenti dari narkoba untuk selamanya. Meskipun rasa sakit masih terus mengganggu dan sugesti terus menghantui, tetapi keyakinan, komitmen, dan usaha yang keras akan sangat menolongnya untuk benar-benar berhenti dari narkoba.

3. Para pengguna narkoba yang ingin berhenti hendaknya memiliki lingkungan pergaulan yang positif dan meninggalkan pergaulan lamanya, serta selalu beraktivitas. Disarankan supaya para pengguna narkoba mau terbuka terhadap lingkungan dan komunitas barunya, baik tentang rasa sakit, ketidakberdayaan, serta ketakutan yang dimiliki ketika ingin meninggalkan narkoba selamanya.

4. Bagi keluarga pengguna narkoba, disarankan agar terus memberikan dukungan yang intensif dan tepat, baik secara emosional, material, terlebih utama lagi kognitif kepada pengguna narkoba yang ingin berhenti agar mereka mampu melalui proses pengambilan keputusan dengan baik dan benar. Dengan demikian, pengguna narkoba yang ingin berhenti tidak lagi merasa stress, bimbang, dan merasa tidak mampu, untuk meninggalkan narkoba, karena bagi mereka, narkoba sudah menjadi bagian hidupnya. 5. Disarankan supaya keluarga dan lingkungan memberikan respon

yang positif terhadap setiap aktivitas baru yang dilakukan pengguna narkoba yang ingin berhenti. Hal ini akan menumbuhkan

kepercayaan diri dan self eficacy nya sehingga pengguna narkoba tersebut akan merasa berharga dan berguna, dan itu membuatnya semakin terdorong untuk berhenti dari narkoba, yang merupakan benda yang dibenci dan dicela oleh masyarakat.

6. Bagi LSM perduli Pecandu dan Pengguna Narkoba untuk memberikan dukungan yang adikuat kepada para pengguna narkoba, terutama informasi, dorongan dan motivasi untuk mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba. Hal ini akan menunjukkan kepada pengguna narkoba bahwa mereka pasti mampu untuk meninggalkan obat yang mematikan tersebut, meskipun telah menggunakannya untuk waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, A., (2004). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi : Satu Uraian Singkat dan Contoh Berbagai Tipe Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Alatas, Husein. H, (2001). Penanggulangan Korban Narkoba : Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

American Psychiatric Association, (2004). Diagnostic and Statistical manual of mental Disorders : Text Revision. 4th edition. The American Psychiatric. Association Arlington, VA.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN), (2003). Pecandu Narkoba, Jangan Kriminalkan Mereka, (15 Maret, 2006).

http://www.KCM.com/narkoba.htm.

__________, (2004). Perkembangan Kasus Narkoba di Indonesia. Jakarta : PT Multi Kuarta Kencana.

__________, (2004). Jenis-jenis Narkoba dan Aspek Kesehatan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta : PT Multi Kuarta Kencan

__________, (2004). Peran Orang Tua dalam Mengatasi Masalah Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta : PT Multi Kuarta Kencana.

__________, (2005). Studi Tentang Kemauan Penyalahguna Narkoba Untuk Mengikuti Program Perawatan dan Pemulihan pada Instalasi Perawatan dan Pemulihan. Jakarta.

Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M., (2004). Abnormal Psychology. 9th edition. USA : John Wiley.

Hawari, H.D., (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkobtika, Alkohol, dan Zat Aditif). Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI).

Hurlock, E.E., (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke-5. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hogg, A. Michael., & Vaughan M. Graham., ( 2002). Social Psychology. 3rd edition. London : Pearson Education Limited.

Janis, I.L., & Mann, L., (1977). Decision Making : A Psychological Analysis of Conflict, Choice, and Commitment. New York : The Free Press.

Kapolri, (2005). ASEAN Sepakat 2015 Bebas Narkoba, (23 Mei 2006).

http://www.bnn.go.id./konten.php?nama=Berita&op=detail_berita&id=5 37&mn=6&smn=a.

Lieberman, D.A., (1999). Learning Behavior and Cognition. Wadsworth, USA.

Majalah Tempo, Jakarta . edisi Jumat, 30 juli 2005

Masli, R.Dr.SpKJ., (2003). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke-3. Jakarta

Minauli, I., (2002). Metode Observasi : Suatu Upaya untuk Mempelajari Perilaku Manusia. Medan : USU Press.

Moleong, L.J., (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nevid, S.J., Rathus, A.S., & Greene, B., (1994). Abnormal Psychology : In A Changing World. 2nd edition. Prentice Hall

Panitia Pengembangan Ilmu Kedokteran Berkelanjutan (PPIKB/CME), (2002). Konsensus FK UI tentang Opiat, Masalah Medis, dan

Penatalaksanaannya. Edisi ke-2. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta.

Poerwandari, (2001). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Robert Harris, (1998). Introduction to Decision Making. http://www.virtualsalt.com/crebook5.htm.

Rutter, M., Giller, H. & Hagell, A. (1998). Antisocial Behavior By Young. Cambridge University Press.

Salusu, J., (2004). Pengambilan Keputusan Statejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology : Biopsychological Interactions. 3rd edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychological Interactions. 3rd edition. New York : John Wiley Sons, Inc.

Tambunan, Raymond, PSi. (2001). Remaja dan NAPZA. (24 Maret 2006). http://www.nusaindah.com/narkoba.htm

Taylor, S.E., ( 1999). Health Psychology (4th) edition. USA : Mc.Graw Hill

World Health Organization, (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. 3rd edition, cetakan pertama. Departemen Kesehatan R.I.

Yatim, D.I., Irwanto, (1986). Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika : Tinjauan Sosial-Psikologis. Jakarta : Penerbit Arcan.

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Data Diri Partisipan

- Nama partisipan (bkan sebenarnya) - Jenis kelamin partisipan

- Usia partisipan - Status partisipan

- Latar belakang pendidikan partisipan - Riwayat pekerjaan partisipan

- Riwayat keluarga partisipan

- Riwayat penggunaan narkoba partisipan

I. Narkoba

1. Waktu responden pertama kali menggunakan narkoba. 2. Faktor penyebab responden menggunakan narkoba.

3. Bagaimana pengalaman responden dalam menggunakan narkoba. 4. Jenis-jenis narkoba yang digunakan oleh responden dan dalam

jangka waktu berapa lama.

5. Kondisi dan perasaan responden sebelum menjadi pecandu, ketika menjadi pecandu, dan setelah menjadi pecandu narkoba.

II. Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Menggunakan Narkoba 1. Apa yang diketahui partisipan tentang narkoba

2. Bagaimana pandangan partisipan terhadap narkoba 3. Bagaimana reaksi partisipan terhadap narkoba

4. Apa yang dipikirkan dan dirasakan partisipan ketika menggunakan narkoba dan menjadi kecanduan

5. Perubahan apa yang dialami partisipan setelah menggunakan dan mencandu narkoba.

6. Peristiwa, kondisi atau siapa yang membuat partisipan terfikir untuk berhenti menggunakan narkoba

7. Kapan mulai terfikir untuk mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba.

8. Kepada siapa responden mengutarakan niatnya untuk berhenti menggunakan narkoba.

9. Siapa dan apa yang mendukung responden untuk mengambil keputusan tersebut.

10.Apa yang dilakukan responden untuk mengambil keputusan berhenti dari narkoba.

11.Apa yang dialami responden selama proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba.

12.Apa yang menjadi dasar dan kunci utama keberhasilan partisipan mengambil keputusan berhenti mengggunakan narkoba untuk selamanya.

13.Apa yang mendukung responden untuk mengambil keputusan. 14.Berapa kali partisipan mengalami relaps dan jatuh bangun selama

proses mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba 15.Gangguan atau dampak buruk yang dialami partisipan selama

proses mengambil keputusan tersebut.

16.Apa tujuan partisipan (keinginan, motivasi yang dimiliki oleh partisipan) dalam mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba.

17.Menurut partisipan, pengandaian keuntungan seperti apa yang akan didapatkan oleh partisipan setelah mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba dan benar-benar berhenti dari narkoba. 18.Bagaimana reaksi orang-orang di sekitar partisipan ketika

mengetahui bahwa partisipan akan berhenti menggunakan narkoba. 19.Ada dua dampak yang akan muncul sebagai hasil dari pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba, positif dan negatif. Bagaimana partisipan mempertimbangkan kedua dampak ini saat akan memutuskan berhenti menggunakan narkoba atau tidak. 20.Bagaimana persiapan yang dimiliki oleh partisipan terhadap

dampak negatif tadi?

21.Tindakan seperti apa yang telah dipersiapkan oleh partisipan jika reaksi yang muncul saat proses mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba.

22.Berapa lama partisipan memikirkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, sampai akhir mengambil keputusan berhenti dari narkoba untuk selamanya.

23.Dalam kondisi seperti apa partisipan merasa matang dan siap meninggalkan narkoba untuk selamanya.

24.Bagaimana perasaan dan kondisi partisipan disaat tidak lagi menggunakan narkoba

25.Apa yang dilakukan partisipan untuk mengatasi perasaan-perasaan dan kondisi tersebut.

26.Hal-hal apa saja yang harus diubah dan diperbaiki dari partisipan sehingga dapat memutuskan untuk berhenti dari narkoba selamanya.

27.Bagaimana kehidupan partisipan dan apa yang dilakukan setelah memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba selamanya.

Lampiran 2 Lembar Observasi Partisipan Penelitian : Tanggal/hari wawancara : Wawancara ke : Waktu wawancara :

Hal-hal yang diobservasi : 1. Penampilan fisik partisipan 2. Setting wawancara

3. Sikap partisipan terhadap pewawancara 4. Sikap partisipan selama wawancara 5. Hal-hal yang mengganggu wawancara

6. Hal-hal yang unik, menarik, dan tidak biasa dalam wawancara 7. Hal-hal yang sering dilakukan oleh partisipan dalam wawancara

Dokumen terkait