• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Proses Pengambilan Keputusan Berhenti menggunakan Narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Proses Pengambilan Keputusan Berhenti menggunakan Narkoba"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA

Skripsi

Guna Memenuhi Persyaratan

Sarjana Psikologi

JUNI LISTANTI PURBA

021301042

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Gambaran Proses Pengambilan

Keputusan Berhenti Menggunakan Narkoba” adalah hasil karya saya sendiri dan

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi manapun serta bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip

dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kekurangan dalam karya ini,

saya bersedia menerima sanksi apapun dari Program Studi Psikologi, Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, September 2007

Juni Listanti Purba

(3)

ABSTRAK

Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara September 2007

Juni Listanti Purba : 021301042

Gambaran Proses Pengambilan Keputusan Berhenti menggunakan Narkoba x + 131 Halaman + Lampiran

Bibliografi (1977 – 2006)

Setiap tahun jumlah kriminalitas dalam hal narkoba semakin meningkat, terkhusus dalam hal penggunaan, mulai anak-anak SD sampai orang dewasa. Bahkan individu yang berasal dari keluarga yang baik dan juga individu yang merupakan public figur, juga telah menjadi bagian dari pengguna narkoba. Meskipun telah mengetahui bahwa benda tersebut sangat berbahaya dan merugikan diri sendiri dan lingkungan, tetapi para pengguna narkoba tetap menggunakannya, dan bahkan sampai kecanduan (tidak berdaya lagi untuk meninggalkannya). Jika sudah demikian, maka pengguna narkoba telah masuk ke dalam satu lingkaran setan, yang sangat sulit untuk dihancurkan. Ketika mereka tetap menggunakan narkoba, maka dia akan mati secara pelan-pelan; sebaliknya, jika berhenti, maka rasa sakit dan gangguan-gangguan secara fisik dan psikis pun senantiasa menghantui dan menyiksanya. Kondisi ini membuatnya sulit untuk memilih dan akhirnya memutuskan, jalan hidup mana yang harus dia ikuti. Sering kali pengguna narkoba telah memutuskan untuk berhenti, tetapi kembali lagi menggunakannya karena sugesti serta rasa sakit yang dirasakannya. Ini merupakan kondisi yang sangat stressful bagi pengguna narkoba yang ingin mengambil keputusan berhenti dari narkoba. Janis & Mann (1977) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba merupakan satu cara pemecahan konflik dan terhindar dari faktor situasional. Hal ini akan sangat menentukan kehidupan pengambil keputusan di masa selanjutnya.

Mengingat proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba bagi para pengguna narkoba bukanlah satu proses dan tindakan yang mudah dan bersifat sangat subjektif, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Diharapkan dengan pendekatan ini maka proses dan keberhasilan memutuskan dapat dipahami sebagaimana pemahaman partisipan dalam menjalani proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba. Pengambilan data terhadap tiga orang partisipan, dalam hal ini adalah pengguna narkoba yang sedang atau telah berhenti dari narkoba, dilakukan dengan metode wawancara dan didukung dengan data tambahan melalui observasi pada saat wawancara.

(4)

narkoba selamanya adalah dukungan sosial, terutama dari orang tua dan keluarga. Dukungan ini akan membantu pengguna narkoba untuk memiliki pemahaman yang benar tentang narkoba dan membuat mereka merasa berharga, dicintai, dan menjadi bagian dari sebuah komunitas. Selain itu juga, pengguna narkoba yang benar-benar ingin berhenti dari narkoba harus meninggalkan pergaulan lamannya serta memfokuskan untuk kegiatan-kegiatan yang baru. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan para pengguna narkoba untuk melakukan keputusan yang telah diambil yaitu meninggalkan narkoba selamanya. Pertimbangan-pertimbangan terhadap setiap resiko yang dihadapi selama proses pengambilan keputusan menjadi salah satu alasan sulitnya pengguna narkoba untuk meninggalkannya selamanya sehingga tidak jarang mereka mengalami relaps dan jatuh bangun selama proses pengambilan keputusan akhir dan membutuhkan waktu yang relatif lama.

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba selamanya dapat dilakukan meskipun sangat sulit dan menyakitkan serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjalani prosesnya. Dengan demikian, disarankan kepada setiap keluarga dan teman dekat pengguna narkoba serta setiap lembaga peduli pengguna narkoba, untuk lebih peka dan memberi dukungan bagi pengguna narkoba dengan intensif, sampai akhirnya dapat mengambil keputusan untuk berhenti dari narkoba. Perhatian, pemahaman yang tepat tentang narkoba dan hidup, nasihat, teguran, feedback positif, dukungan doa dan pendidikan agama sangat menentukan keinginan dan keberhasilan pengguna narkoba untuk berhenti selamanya. Hal ini akan membuat mereka merasa mampu untuk meninggalkan narkoba serta dapat menjalani hidup sebagaimana mestinya.

(5)

KATA PENGANTAR

Kasih karunia dan penyertaanMu, ya Allah Bapa, yang memenuhiku

sehingga aku sanggup dan mampu menyelesaikan skripsi ini. Di dalam banyaknya

kekurangan, keterbatasan, serta pergumulan yang terjadi, Engkau senantiasa

memberiku kekuatan, jalan, dan semangat yang luar biasa. Sungguh, kuasa dan

kasihMu nyata ya Bapa, didalam menyelesaikan skripsi ini. Biarlah skripsi ini

berkenan memuliakan namaMu serta menjadi bukti nyata karyaMu dalam

hidupku. Terima kasih Bapa.

Terima kasih yang tak terhingga juga kupersembahkan kepada

orang-orang yang ku kasihi dan mengasihiku, kepada kedua orang-orang tua, St.J.Purba

Tambak dan St.M. Br. Sinaga. Terima kasih buat dukungan doa, motivasi, kasih

sayang, serta kesabaran yang telah kalian berikan kepadaku. Sungguh, kasih dan

penyertaan Tuhan telah nyata melalui kedua orang tua yang sangat kukasihi. You

are the greatest parents that I’ve known in this world. I love you Mom and Dad.

Sama halnya juga buat my lovely sister, K’Lenni, dan my lovely brother, B’Jefri,

yang telah memberikan contoh bagiku dalam menyelesaikan perkuliahan dan

selalu memberi doa dan semangat. Terima kasih buat perhatian kalian. I love you..

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terkhusus buat Ibu Jossetha MRT,

M.Si selaku pembimbing saya yang telah menyediakan begitu banyak perhatian

dan doa, waktu, tenaga, kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi ini.

(6)

tua yang telah mengajari saya banyak hal, selalu memotivasi dalam setiap

kesulitan yang saya temui dalam proses penyelesaian skripsi ini. Sungguh, kasih

dan kuasa Tuhan juga telah dinyatakan melalui Ibu. Terima kasih yang sangat

besar ya Bu.

Terima kasih kepada Pak Eka, selaku dosen PA selama di Psikologi.

Meskipun tidak banyak berkomunikasi, tetapi saya dapat belajar banyak atas

bimbingan dan masukan yang Bapak berikan selama ini. Juga buat seluruh staff

pengajar dan pegawai di Psikologi USU, terima kasih untuk taburan ilmu yang

Bapak/Ibu berikan selama ini. Semoga saya dapat mempergunakannya untuk

kebaikan dan membangun orang lain dengan lebih baik.

Tidak lupa buat teman KTB GNB (B’Septa dan Deni, serta K’Yenni) dan

adik-adik KK (JNB & Elisieva), Koordinasi UP FK & Psikologi, dan saudara/i ku

koordinasi UKM KMK USU, dan juga sahabat doa ku, Inri. Saya yakin, skripsi

ini dapat selesai, adalah karena dukungan doa dan motivasi yang senantiasa kalian

berikan kepadaku. Di saat aku mulai putus asa, kalian selalu menegur dan

menguatkanku, dan di saat aku sakit, kalian selalu memberiku obat yang

menyembuhkan, yaitu kasih. Terima kasih saudara/i ku. Biarlah kita

bersama-sama menyatakan kasihNya bagi dunia melalui hidup kita, apapun yang kita

lakukan. Tidak lupa juga buat teman seperjuanganku, Risniar A. Meskipun telah

terlebih dahulu lulus menjadi sarjara, tapi engkau tetap mendukung dan

memotivasi ku. Mari kita terus berjuang sampai titik darah penghabisan dan

bersama-sama berdoa semoga hidup kita dipakaiNya di tengah-tengah dunia ini.

(7)

Dedy), dan kost baru (Ester, Tio, Ernita, Yanta, dan Juni), terima kasih buat doa

dan pengertian kalian. Terima kasih buat omelannya ya (he...he...he...).

Terima kasih yang sangat besar juga buat teman-teman di LSM peduli

HIV/AIDS dan Pengguna Narkoba (Medan Plus dan Galatea), buat K’Wilda,

B’Albert, B’Ridwan, K’Sashi, dan teman-teman lainnya, yang telah banyak

membantuku menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada salah seorang saudara ku

sepelayanan di UKM KMK USU, yang juga telah bersedia berbagi hidup dan

pengalamannya di masa lalu. Tanpa bantuan dan kerjasama dari kalian semua,

skripsi ini tidak akan pernah ada. Mudah-mudahan penelitian bermanfaat ya Kak,

Bang. Tetap semangat dan berjuang!!! Semoga semakin banyak lagi pengguna

narkoba yang sadar dan mau mengambil keputusan berhenti untuk selamanya,

seperti kalian. God bless you all.

Juga buat semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung terlibat

dalam proses penyelesaian skripsi ini, baik secara moril maupun materil, yang

tidak tersebutkan satu per satu. Terimakasih untuk semuanya.

Akhir kata, penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan dan

kekurangan dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih

belum sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Medan, Oktober 2007

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... v

BAB I Pendahuluan ... 1

I. A. Latar Belakang Masalah ... 1

I. B. Perumusan Masalah ... 9

I. C. Tujuan Penelitian ... 10

I. D. Manfaat Penelitian ... 10

I. E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II Landasan Teori... 13

II. A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN ... 13

II. A. 1. Definisi Pengambilan Keputusan ... 13

II.A. 2. Tahapan Pengambilan Keputusan dan Faktor yang Mempengaruhi... 14

II. A. 3. Proses Pengambilan Keputusan ... 18

II. B. NARKOBA ... 25

II. B. 1. Definisi Narkoba ... 25

II. B. 2. Jenis-jenis Narkoba ... 26

(9)

II. B. 3. 1. Definisi Kecanduan ... 30

II. B. 3. 2. Faktor Penyebab Kecanduan ... 32

II. B. 3. 3. Akibat Kecanduan Narkoba ... 35

II. C. Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Menggunakan Narkoba ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

III. A. Pendekatan Kualitatif ... 42

III. B. Metode Pengumpulan Data ... 43

III. B. 1. Wawancara Mendalam ... 43

III. B. 2. Observasi ... 44

III. C. Alat Bantu Pengumpul Data ... 45

III. C. 1. Tape Recorder ... 45

III. C. 2. Pedoman Wawancara ... 45

III. C. 3. Lembar Observasi ... 46

III. D. Responden ... 46

III. D. 1. Prosedur Pengambilan Responden ... 46

III. D. 2. Jumlah Responden ... 47

III. D. 3. Karakteristik Responden ... 47

III. E. Prosedur Penelitian ... 48

III. E. 1. Tahap Persiapan ... 48

III. E. 2. Tahap Pelaksanaan ... 48

(10)

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN... 51

IV.A. Analisis Patisipan 1 (Budi) ... 52

IV.A.1. Deskripsi Data ... 52

IV.A.2. Data Observasi... 54

IV.A.3. Data Wawancara ... 56

IV.B. Analisa Partisipant 2 (Wati) ... 66

IV.B.1. Deskripsi Data ... 66

IV.B.2. Data Observasi... 69

IV.B.3. Data Wawancara ... 70

IV.C. Analisa Partisipant 3 (Joni) ... 94

IV.C.1. Deskripsi Data ... 94

IV.C.2. Data Observasi... 97

IV.C.3. Data Wawancara ... 98

IV. D. Rangkuman Analisa Antar Partisipan ... 111

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 113

V. A. Kesimpulan... 113

V. B. Diskusi ... 117

V. C. Saran ... 124

a. Saran Penelitian Lanjutan... 124

b. Saran Praktis ... 125

Daftar Pustaka ... 128

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Lembar Observasi

(12)

ABSTRAK

Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara September 2007

Juni Listanti Purba : 021301042

Gambaran Proses Pengambilan Keputusan Berhenti menggunakan Narkoba x + 131 Halaman + Lampiran

Bibliografi (1977 – 2006)

Setiap tahun jumlah kriminalitas dalam hal narkoba semakin meningkat, terkhusus dalam hal penggunaan, mulai anak-anak SD sampai orang dewasa. Bahkan individu yang berasal dari keluarga yang baik dan juga individu yang merupakan public figur, juga telah menjadi bagian dari pengguna narkoba. Meskipun telah mengetahui bahwa benda tersebut sangat berbahaya dan merugikan diri sendiri dan lingkungan, tetapi para pengguna narkoba tetap menggunakannya, dan bahkan sampai kecanduan (tidak berdaya lagi untuk meninggalkannya). Jika sudah demikian, maka pengguna narkoba telah masuk ke dalam satu lingkaran setan, yang sangat sulit untuk dihancurkan. Ketika mereka tetap menggunakan narkoba, maka dia akan mati secara pelan-pelan; sebaliknya, jika berhenti, maka rasa sakit dan gangguan-gangguan secara fisik dan psikis pun senantiasa menghantui dan menyiksanya. Kondisi ini membuatnya sulit untuk memilih dan akhirnya memutuskan, jalan hidup mana yang harus dia ikuti. Sering kali pengguna narkoba telah memutuskan untuk berhenti, tetapi kembali lagi menggunakannya karena sugesti serta rasa sakit yang dirasakannya. Ini merupakan kondisi yang sangat stressful bagi pengguna narkoba yang ingin mengambil keputusan berhenti dari narkoba. Janis & Mann (1977) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba merupakan satu cara pemecahan konflik dan terhindar dari faktor situasional. Hal ini akan sangat menentukan kehidupan pengambil keputusan di masa selanjutnya.

Mengingat proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba bagi para pengguna narkoba bukanlah satu proses dan tindakan yang mudah dan bersifat sangat subjektif, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Diharapkan dengan pendekatan ini maka proses dan keberhasilan memutuskan dapat dipahami sebagaimana pemahaman partisipan dalam menjalani proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba. Pengambilan data terhadap tiga orang partisipan, dalam hal ini adalah pengguna narkoba yang sedang atau telah berhenti dari narkoba, dilakukan dengan metode wawancara dan didukung dengan data tambahan melalui observasi pada saat wawancara.

(13)

narkoba selamanya adalah dukungan sosial, terutama dari orang tua dan keluarga. Dukungan ini akan membantu pengguna narkoba untuk memiliki pemahaman yang benar tentang narkoba dan membuat mereka merasa berharga, dicintai, dan menjadi bagian dari sebuah komunitas. Selain itu juga, pengguna narkoba yang benar-benar ingin berhenti dari narkoba harus meninggalkan pergaulan lamannya serta memfokuskan untuk kegiatan-kegiatan yang baru. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan para pengguna narkoba untuk melakukan keputusan yang telah diambil yaitu meninggalkan narkoba selamanya. Pertimbangan-pertimbangan terhadap setiap resiko yang dihadapi selama proses pengambilan keputusan menjadi salah satu alasan sulitnya pengguna narkoba untuk meninggalkannya selamanya sehingga tidak jarang mereka mengalami relaps dan jatuh bangun selama proses pengambilan keputusan akhir dan membutuhkan waktu yang relatif lama.

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa mengambil keputusan berhenti menggunakan narkoba selamanya dapat dilakukan meskipun sangat sulit dan menyakitkan serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjalani prosesnya. Dengan demikian, disarankan kepada setiap keluarga dan teman dekat pengguna narkoba serta setiap lembaga peduli pengguna narkoba, untuk lebih peka dan memberi dukungan bagi pengguna narkoba dengan intensif, sampai akhirnya dapat mengambil keputusan untuk berhenti dari narkoba. Perhatian, pemahaman yang tepat tentang narkoba dan hidup, nasihat, teguran, feedback positif, dukungan doa dan pendidikan agama sangat menentukan keinginan dan keberhasilan pengguna narkoba untuk berhenti selamanya. Hal ini akan membuat mereka merasa mampu untuk meninggalkan narkoba serta dapat menjalani hidup sebagaimana mestinya.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I. A. Latar Belakang Masalah

Mengkonsumsikan narkotika dan obat-obatan (narkoba) tanpa ijin atau

resep dokter merupakan suatu bentuk penyalahgunaan. Tindakan ini pada

akhirnya dapat mengancam tidak hanya individu yang bersangkutan tetapi juga

menjadi ancaman serius bagi kehidupan bangsa dan negara (BNN, 2004).

Setiap tahun jumlah pengguna narkoba terus meningkat, mulai dari

anak-anak SD sampai kepada orang dewasa. Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat

1.365.000 pengguna narkoba dan dalam survei terakhir yang dilakukan oleh

UNHDC, sebuah lembaga dunia yang berkompeten atas persoalan bahaya

Narkoba, sudah 1,5 persen atau 3,6 juta penduduk adalah pemakai Narkoba. Tidak

ada satu kabupaten di Indonesia pun yang bebas dari Narkoba

(http://www.bnn.go.id, 2006).

Majalah Tempo, Jakarta pada hari Jumat, 30 Juli 2005 menjabarkan bahwa

70 persen dari 4 juta pecandu narkoba di Indonesia tercatat sebagai anak usia

sekolah, yakni berusia 14-20 tahun, bahkan menyusup ke usia SD. Hal ini

dikemukakan oleh Muchlis Catyo, Kepala Subdit Kesiswaan Direktorat

Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional. Penggunaan

narkoba akan menimbulkan dampak buruk, tidak hanya secara fisik (merusak

produktivitas, tubuh terasa sakit dan ngilu, hidung berair, kulit disentuh terasa

(15)

sakit jika tidak mengkonsumsi lagi, sulit berkonsentrasi, bahkan harus mengubah

pola-pola hidup).

Awalnya para remaja hanya merokok dan minum minuman keras.

Kemudian lama-kelamaan ketagihan dan berkembang menjadi pecandu

obat-obatan terlarang dan narkoba. (AMA, Ciraulo&Shader, Davison&Neale, dalam

Sarafino, 1998). Hal ini juga sesuai dengan yang dialami oleh Ben:

“Aku udah merokok mulai kelas 3 SD. Dan sejak itu juga aku suka minum minuman keras, seperti tuak, bersama teman-teman ku. Dan waktu itu juga aku suka dimarahi dan dipukuli sama bapak karena aku suka berkelahi dengan orang lain. Waktu itu juga aku uda mulai make ganja sampe SMA. Tapi waktu baru-baru masuk kuliah juga aku masih tetap make ganja. Kemudian setelah 1 tahun di Medan, aku mulai make yang lebih tinggi dosisnya.”

Sesungguhnya, narkoba merupakan suatu zat yang digunakan dalam

kesehatan, yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia apabila masuk ke

dalam tubuh manusia dan menurut petunjuk dokter. Namun, penggunaan

obat-obatan atau zat untuk diri sendiri tanpa indikasi dan tidak bertujuan medis disebut

sebagai penyalahgunaan zat atau obat-obatan (drug abuse). Penyalahgunaan yang

terus menerus hingga menimbulkan suatu kondisi yang menyebabkan penggunaan

yang berulang-ulang dan individu mengalami ketergantungan baik secara fisik

maupun psikologis. Kondisi inilah yang disebut sebagai addiction. Pada kondisi

ini, seorang pecandu akan semakin sulit untuk bisa berhenti, karena adanya

ketergantungan terhadap narkoba (Sarafino, 1998).

Kebutuhan untuk terus mengkonsumsi obat dalam rangka menghindari

gejala putus obat (gejala fisik maupun psikis yang timbul karena penghentian

(16)

ketergantungan. Ketergantungan ini terjadi sebagai akibat dari perubahan yang

bersifat penyesuaian, yang berkembang di dalam tubuh karena penggunaan

obat-obatan yang terus menerus (PPIKB/CME, 2002).

Weiss dan Mirin (dalam Nevid, Rathus, dan Greene,1994)

mengemukakan ada tiga jalan yang umum dilalui seseorang secara bertahap

menjadi pecandu narkoba. Awalnya hanya merupakan tahap coba-coba atau

penggunaan sekali-kali. Pada tahap ini penggunanya merasa nyaman, senang, dan

bangga. Pengguna merasa yakin masih memiliki kontrol dan bisa berhenti kapan

saja. Tahap selanjutnya, yaitu routine use, pengguna telah membangun

kehidupannya di sekitar pencarian dan penggunaan narkoba. Para pengguna

narkoba mencoba untuk menutupi konsekuensi negatif dari tindakan mereka

terhadap diri sendiri dan juga orang lain, dan mulai terjadi perubahan nilai-nilai.

Keluarga, pendidikan atau pekerjaan yang dulunya merupakan prioritas utama,

kini menjadi sesuatu yang kurang berharga dibandingkan dengan narkoba.

Masalah-masalah akan terus meningkat ketika tahap ini terus berlanjut.

Penggunaan narkoba akan berubah menjadi suatu kecanduan atau ketergantungan

ketika para penggunanya merasa tidak punya kekuatan untuk melawan pengaruh

narkoba tersebut. Hal ini terjadi karena narkoba mengandung psychoactive effects,

yang mampu mengubah mood, kognitif, dan perilaku individu yang menggunakan

(Sarafino, 1998).

Kecanduan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang kompulsif

(penggunaan obat karena dorongan yang sangat kuat) meskipun tahu akan

(17)

dilepaskan dan dihentikan, meskipun ada keinginan yang kuat dalam diri

pengguna untuk tidak lagi mengkonsumsikannya (PPIKB/CME, 2002). Kondisi

ini diungkapkan oleh seorang wanita berusia 23 tahun, sebut saja Ririn, yang telah

menggunakan narkoba selama 11 tahun :

“Aku pingin banget berhenti, tapi susah bener ya??? Aku uda berkali-kali nyoba berhenti, tapi tetap ga tahan. Akhirnya aku make lagi, dan make lagi dan make lagi …”

Kecanduan merupakan perbuatan yang merugikan diri sendiri (karena

dapat menimbulkan ketergantungan zat, keracunan akut atau kematian). Selain itu

juga akan merugikan orang lain (karena pecandu mampu mengganggu ketertiban

dan mempengaruhi orang lain agar mau seperti dirinya sendiri) – seperti yang

disampaikan seorang mahasiswa pengguna Narkoba, Ben, berusia 24 tahun. Dia

telah menggunakan narkoba sejak kelas 5 SD dan sedang berjuang untuk

melepaskan diri dari kecanduan narkoba:

“Pokoknya, narkoba itu sangat membuat kita kesakitan ketika kita tidak menggunakannya. Badan lemas, tidak bisa konsentrasi, selalu mengkhayal, dan yang paling sakit adalah di hati dan jantungku. Terasa sangat perih dan daya tahan tubuh pun hampir tidak ada. Ga ada semangat untuk beraktivitas. Dan kalo bisa, berhati-hati lah berteman dengan pengguna. Karena pengguna itu sangat licik… Mereka akan berusaha sebisa mungkin supaya kita juga sama dengan dia, menjadi seorang pengguna. Dengan segala cara akan dilakukannya. Meskipun dia sudah sangat dekat dan kenal dengan kita. Pokoknya pengguna itu sangat licik lah….”

Kecanduan narkoba juga mempengaruhi kejahatan dengan mengurangi

hambatan, menciptakan kebutuhan akan uang untuk membeli narkoba,

menyebabkan kesulitan dalam hubungan keluarga, dan ketidakpedulian terhadap

(18)

dan dapat menikmatinya dengan puas, sehingga sering sekali pengguna narkoba

ini dikenal sebagai individu yang kriminalis, seperti mencuri, merampas dari

orang lain bahkan dari sahabatnya sendiri. Hal ini membuat banyak orang tidak

bertahan berteman dengan para pengguna narkoba. (Rutter,1998).

Menurut Barret, dalam Sarafino (1998), realita-realita tersebut di atas

membuat hidup pecandu sangat sulit dan menghadapi banyak masalah, sehingga

jika berhenti menggunakan narkoba, hanya kepahitan hidup yang terasa. Tetapi

jika sedang menggunakan, maka semua masalah ini seakan tidak pernah ada.

Itulah sebabnya sangat sulit untuk berhenti dari kecanduan narkoba. Setelah si

pengguna dalam kondisi yang sadar dan tidak sedang menggunakan narkoba,

mereka baru menyadari bahwa apa yang dilakukan itu berakibat buruk bagi

dirinya sendiri: ditinggalkan oleh teman-teman dekat, tidak punya uang dan tidak

bisa berbuat apa-apa, serta bermasalah dalam perkuliahan, dan juga rasa sakit di

tubuh. Ada rasa takut, cemas, marah akan diri sendiri (karena telah

menyia-nyiakan waktu dan uang yang telah diberikan orang tua), serta penyesalan yang

mendalam muncul dalam hati. Namun kondisi tersebut justru sering sekali diatasi

oleh si pengguna dengan kembali menggunakan narkoba dan untuk sesaat dapat

melupakan masalah-masalah tersebut. Hal ini terjadi berulang-ulang, seperti siklus

yang tidak dapat diputuskan lagi, sampai akhirnya maut menjemput si pengguna

narkoba.

(19)

sangat sulit bagi ku untuk meninggalkannya. Apalagi klo aku ga tahan lagi waktu ga make lagi. Jadi aku seringnya make lagi meskipun kemudian menyesal lagi. Nah, setelah 4 tahun aku memakai narkoba secara rutin, aku sudah tidak tahan lagi dan satu ketika aku langsung teringat dengan mamakku dan aku sangat menyesal. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk tidak mau memakai lagi. Meskipun sangat berat kurasa, namun aku akan terus berusaha. Meskipun sampai saat ini, aku sering merasa kesakitan dan tidak berdaya, namun aku mau berusaha lah…Tapi kalo aku ga tahan lagi, aku masih mau make lagi, tapi kadang dosisnya kukurangi atau kuganti jenisnya dengan yang lebih ringan”

Kondisi di atas sangat sulit bagi pecandu sendiri, karena dihadapkan

dengan dua pilihan yang sangat menentukan kelanjutan hidupnya kelak: tetap

menggunakan narkoba dan menikmatinya, atau berhenti tetapi dengan segala

konsekuensi, seperti sakaw, dibenci teman-teman yang pecandu lainnya, tidak

punya teman dan dikucilkan, dibenci oleh keluarga, malu dan merasa tidak punya

harga diri, merasa hina dan miskin, dan juga harus menahan rasa sakit yang luar

biasa, cemas dan depresi, bahkan sampai muncul keinginan untuk bunuh diri

(Weiss & Mirin, dalam Nevid, dkk., 1994).

Mengingat akibat-akibat yang dapat muncul dari kecanduan narkoba

tersebut, para pecandu sebenarnya mempunyai keinginan untuk berubah dan

berhenti dari dunia yang gelap tersebut. Keinginan untuk kembali hidup seperti

manusia lain yang hidup normal dan sehat, meraih kesuksesan dan keluarga yang

harmonis, teman-teman yang perhatian dan tempat berbagi, bahkan dihormati

orang lain. Dapat beraktivitas dengan normal dan hidup bahagia tanpa harus

menahan rasa sakit. Hidup lebih produktif, kreatif dan menarik. Dalam keinginan

tersebut, seorang pecandu haruslah mempertimbangkan segala konsekuensi yang

(20)

tersebut terus berlanjut sampai kepada mengambil suatu keputusan dari berbagai

alternatif-alternatif pilihan yang ada. Memilih satu diantara dua atau lebih

alternatif bukanlah hal yang mudah (Nevid, Rathus, & Greene, 1994).

Kerinduan untuk melepaskan dan berhenti menggunakan narkoba juga

mengarahkan yang bersangkutan maupun keluarganya untuk mengikuti program

rehabilitasi ataupun melakukan detoksifikasi. Sekalipun demikian, tetap saja

sangat sulit meninggalkan penggunaan narkoba. Narkoba telah menjadi bagian

dari hidup pecandu. Prem (25 tahun) yang telah empat kali menjalani terapi

pemulihan yang berbeda-beda, mulai dari substitusi heroin atau putau dengan

kodein, detoksifikasi cara cepat, penyembuhan dengan pendekatan agama di suatu

tempat di Pulau Jawa, sampai akhirnya menjalani terapi metadon di sebuah rumah

sakit ketergantungan obat di Jakarta, menuturkan:

“Sebenarnya saya sudah capek, ingin hidup normal seperti orang lain. Tapi, susah sekali menahan godaan.”

Wijaya (2004), mengatakan bahwa banyak orang yang ingin mengambil

keputusan, tetapi hanya sedikit orang yang mampu mengambil keputusan dengan

cepat dan tepat, terutama jika keputusan itu akan menyangkut kehidupan di masa

yang akan datang. Cox dan Klinger (dalam Nevid, dkk, 1994) mengatakan, suatu

keputusan yang dibuat merupakan dasar pertimbangan untuk mengantisipasi

konsekuensi jangka panjang dan jangka pendek yang disebabkan karena

menggunakan narkoba. Ketika para pecandu menindaklanjuti keinginan untuk

(21)

melihat perjalanan hidup mereka selama ini berdasarkan pengalaman-pengalaman

hidup yang pernah mereka lalui.

Kehidupan mereka yang dulu sebelum menjadi pecandu narkoba, bahagia

bersama teman-teman dan keluarga yang disayangi, meraih kesuksesan di sekolah

dan juga organisasi-organisasi lain, juga menjalani hari-hari dengan penuh

semangat dan impian dan cita-cita akan masa depan yang cerah. Kemudian

mengingat kehidupan ketika saat candu narkoba. Awalnya merasakan kenikmatan

yang luar biasa, terlihat gaul dan hebat, tidak pernah merasakan masalah-masalah

kehidupan serta kesulitan yang ada, serasa hidup di surga dengan pikiran yang

melayang-layang dan semuanya seperti dapat diatasi dengan mudah dan cepat.

Sampai akhirnya melihat dan menyadari keadaan yang sebenarnya saat ini. Hidup

penuh dengan kehancuran dan masa depan yang suram. Kondisi tubuh yang sudah

hancur, jantung dan hati rusak, keseimbangan tubuh hilang dan semangat hidup

tidak ada, tidak punya teman dan dikucilkan, perkuliahan hancur, tidak

mempunyai apapun dan hidup miskin, bahkan lebih buruk lagi, hubungan dengan

keluarga rusak, merasa tidak berharga, malu terhadap orang lain. Pokoknya hidup

seperti tidak punya harapan dan tujuan lagi. (BNN, dalam

www.KCM.com/narkoba.htm).

Sampai pada satu waktu tertentu, pecandu mulai melihat dan menyadari

kondisi dan perubahan yang buruk tersebut, maka keinginan untuk berubah dan

berhenti pun muncul, yang diikuti dengan mulai mencari informasi tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan kemungkinan untuk berhenti dari kecanduan

(22)

membaca kesaksian para mantan pecandu narkoba, baik dari buku ataupun dari

media televisi atau bahkan dapat dari sahabat mereka sendiri yang telah berhasil

berhenti dari jerat kehidupan yang gelap tersebut. Terkait dengan yang mereka

lakukan dan yang mereka alami, baik itu kegagalan atau pun keberhasilan, rasa

sakit atau kebahagiaan atau mungkin penderitaan yang harus mereka lalui maupun

gambaran kehidupan yang penuh harapan (Janis & Mann,1977).

Dengan melihat kondisi-kondisi di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti kesempatan seorang pecandu narkoba berhasil membuat keputusan untuk

berhenti menggunakan narkoba dan bagaimana proses pengambilan keputusan

tersebut dilakukan tanpa ada perawatan khusus dan intensif. Dengan demikian,

dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul “Gambaran Proses Pengambilan

Keputusan untuk berhenti menggunakan Narkoba pada Pecandu Narkoba.”

I. B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses seorang pecandu narkoba dalam mengambil keputusan

untuk berhenti menggunakan narkoba.

2. Dalam pilihan-pilihan yang sangat sulit, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya seorang pecandu narkoba membuat

(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

menetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melihat proses pengambilan keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba

pada pecandu narkoba.

2. Mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil

atau tidaknya seorang pecandu narkoba membuat keputusan untuk berhenti

menggunakan narkoba.

I. D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, maka dapat dilihat

manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama

Psikologi Klinis mengenai proses pengambilan keputusan berhenti

menggunakan narkoba pada pecandu narkoba, meskipun dalam kondisi yang

menderita dan sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan sumbangan informasi dalam pemberian dukungan

psikologis maupun pengembangan program bagi untuk mengambil keputusan

meninggalkan kehidupan yang gelap dan menderita dari ketergantungannya

(24)

b. Memberikan informasi mengenai hal–hal yang menentukan berhasil atau

tidak, seorang pecandu mengambil keputusan berhenti menggunakan

narkoba.

c. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak keluarga, saudara,

sahabat, dan lingkungan sekitar pecandu narkoba, agar dapat memberikan

dukungan kepada para pecandu dan juga mantan pecandu yang masih

dalam proses berhenti menggunakan narkoba.

I. E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisikan inti sari dari :

Bab I : Pendahuluan

Berisi uraian singkat tentang latar belakang permasalahan, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teoritis

Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan

permasalahan penelitian, terdiri dari teori-teori mengenai pecndu narkoba

dan proses pengambilan keputusan.

Bab III : Metode Penelitian

Berisi mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, responden

penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, dan

(25)

Bab IV : Hasil dan Analisis Hasil Penelitian

Berisi uraian mengenai gambaran hasil penelitian, termasuk di dalamnya

gambaran umum partisipan penelitian, deskripsi data, data observasi, dan

data wawancara, serta rangkuman analisis hasil penelitian antar

partisipan.

Bab V : Kesimulan, Diskusi, dan Saran

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh, diskusi tentang

hal yang terkait dengan hasil penelitian, dan saran yang berhubungan

dengan hasil penelitian, baik saran praktis, maupun saran untuk

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

II. A. 1. Definisi Pengambilan Keputusan

Menurut Salusu (2004) pengambilan keputusan adalah suatu proses

memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi.

Ketika keputusan sudah dibuat, sesuatu yang baru mulai terjadi. Dengan kata lain,

keputusan mempercepat diambil tindakan, serta mendorong lahirnya gerakan dan

perubahan (Hill et al., dalam Salusu 2004). Harus ada tindakan yang dibuat saat

tiba waktunya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus

diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya itu bukanlah keputusan, tetapi lebih

tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik (Drucker&Hoy, dalam Salusu, 2004).

Harris (1998) menjabarkan pengambilan keputusan sebagai:

Decision making is the study of identifying and choosing alternatives based on the values and preferences of the decision maker. Decision making is the process of sufficiently reducing uncertainty and doubt about alternatives to allow a reasonable choice to be made from among them”

Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan

merupakan suatu proses mengidentifikasi dan memilih alternatif berdasarkan

nilai-nilai dan preferensi yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa dalam pengambilan

keputusan terdapat alternatif pilihan yang tidak hanya harus diidentifikasi tetapi

juga dipilih, dan pemilihannya sesuai dengan nilai, tujuan, gaya hidup dan lain

(27)

pada pengambilan keputusan bertujuan untuk menekan ketidakpastian dan

keraguan atas alternatif pilihan (Harris, 1998).

Janis & Mann (1977) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan

merupakan pemecahan konflik dan terhindar dari faktor situasional:

Decision making as a matter of conflict resolution and avoidance behaviors due to situational factors”

(Janis & Mann, 1977)

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan adalah proses mengidentifikasikan alternatif yang ada

sehingga dapat dipilih yang paling sesuai dengan nilai dan tujuan individu untuk

mendapatkan solusi dari masalah tertentu.

II. A. 2. Tahapan Pengambilan Keputusan dan Faktor yang Mempengaruhi

Gambaran unik proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang

dapat dilihat dari tahap-tahap yang dilaluinya sebelum sampai pada keputusan

akhir. Hal ini berbeda-beda pada setiap individu dan tergantung pada pola

seseorang dalam menghadapi masalahnya.

Janis & Mann (1977) memperkenalkan lima tahapan dalam proses

pengambilan keputusan, yang terdiri atas:

a. Menilai Masalah

Tahap ini meliputi pengenalan terhadap masalah, mencari informasi atau

kejadian yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi tindakan

yang akan dilakukan, menemukan tujuan yang ingin dicapai bagi penyelesaian

(28)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penilaian masalah pada tahap

ini, yaitu sumber masalah untuk dapat dipercaya, kejelasan masalah, dan

kepribadian serta mood seseorang waktu menilai permasalahan yang ada.

Pada tahap ini, pertanyaan kunci atau inti yang dapat diajukan untuk melihat

suatu keputusan yang akan diambil adalah: “Adakah risiko serius yang akan

timbul jika saya tidak melakukan perubahan?”

b. Menilai alternatif-alternatif yang ada

Setelah seseorang merasa yakin terhadap informasi yang berkaitan dengan

masalahnya, dia mulai memusatkan perhatian pada berbagai alternatif pilihan

yang ada. Seseorang juga berusaha mencari masukan dan informasi dari orang

lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya.

Selain itu, ia juga akan semakin memberikan perhatian pada informasi yang

relevan di media massa. Hal yang paling penting pada tahap ini adalah sikap

terbuka dan fleksibilitas. Hal itu berguna dalam mengumpulkan seluruh

kemungkinan alternatif, baik yang nyata maupun tidak nyata. Faktor yang

mempengaruhi jalannya tahap kedua ini adalah mengumpulkan seluruh

kemungkinan alternatif, dan efisiensi pencarian keterangan mengenai

alternatif yang ada. Pertanyaan kunci pada tahap ini adalah “Apakah saya

telah melihat dan mempertimbangkan seluruh alternatif yang ada?”

c. Menimbang Alternatif

Pada tahap ini, seorang pengambil keputusan mulai mengevaluasi seluruh

pilihan yang ada berdasarkan konsekuensi dan kemungkinan untuk dilakukan.

(29)

dan pengorbanan yang harus diterima. Ketika seseorang menyadari bahwa

terdapat kemungkinan terjadinya penyesalan di masa mendatang, ia pun

menjadi semakin berhati-hati dalam menimbang alternatif-alternatif yang ada.

Karakteristik seseorang yang berada pada tahap ini adalah munculnya

ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin telah dilakukan dan ketidakinginan

untuk komit atas alternatif-alternatif. Meskipun seseorang mulai merasa yakin

atas pilihan yang terbaik, biasanya menjadi responsif atas informasi baru yang

penting. Tahap ini dipengaruhi oleh adanya keahlian/keterampilan yang

dimiliki seseorang sebelumnya yang dapat mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk meperhitungkan seluruh kemungkinan secara akurat.

Pertanyaan kunci pada tahap ini adalah “Apa alternatif yang terbaik bagi

saya?”

d. Membuat Komitmen

Tahap ini ditandai dengan penumpukan tegangan dalam mempertimbangkan

banyaknya alternatif. Hal ini hanya dapat diatasi dengan membuat komitmen

terhadap pilihan. Setelah membuat komitmen, pengambil keputusan pun mulai

mempertimbangkan untuk mengimplementasikan komitmennya dan

memberitahu orang lain mengenai keputusan yang diambilnya. Pengambil

keputusan menyadari bahwa cepat atau lambat, orang lain dalam jaringan

sosialnya akan mengetahui mengenai keputusan yang diambilnya, dan ia juga

menyadari bahwa ketika ia mengimplementasikan dan mengungkapkan

keputusannya, maka ia akan terkait dengan keputusannya. Dengan demikian

(30)

suatu komitmen, ia mengantisipasi kemungkinan kehilangan harga diri jika ia

gagal menjalankan keputusan yang sudah dibuatnya, ia menjadi lebih

termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya dengan

cara-cara yang dapat membantunya untuk mengimplementasikan

keputusannya dengan kekuatiran yang minim. Dengan demikian, tahap ini

sangat dipengaruhi oleh orang-orang atau kelompok yang dianggap penting

oleh pengambil keputusan. Pertanyaan yang menjadi kunci pada tahap ini

adalah “Kapan saya dapat mengimplementasikan alternatif terbaik dan

membiarkan orang lain tahu keputusan saya?”

e. Tetap Melakukan Komitmen Meskipun Ada Umpan Balik yang Negatif

Setiap keputusan yang diambil seseorang mengandung risiko (nilai negatif),

yang penting adalah tidak bereaksi berlebihan terhadap kritik atau kekecewaan

yang mungkin timbul. Pertanyaan kunci: “Apakah risiko itu menjadi serius

jika saya melakukan perubahan? Apakah risiko itu menjadi suatu hal yang

serius jika saya melakukan perubahan?”

Dari tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa seseorang akan sangat

berhati-hati dan sangat mempertimbangkan segala sesuatu untung atau ruginya

sebelum mengambil suatu keputusan yang akan menjadi sebuah komitmen dalam

hidupnya. Komitmen tersebut haruslah dilakukan dengan serius dan

sungguh-sungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. Jika komitmen tidak

dilakukan, maka itu bukanlah suatu keputusan, tapi hanya sebatas hasrat atau

(31)

II. A. 3. Proses Pengambilan Keputusan

Janis & Mann (1977) mengemukakan, pada umumnya individu akan

menghadapi konflik dalam mengambil suatu keputusan yang sangat penting.

Munculnya konflik membuat pengambil keputusan akan sangat berhati-hati dalam

mengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan muncul.

Konflik-konflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak

tindakan yang harus dilakukan sesuai keputusan yang dibuat. Simptom yang

dominan muncul adalah keragu-raguan, kebimbangan, ketidakpastian, dan

tanda-tanda stres ketika keputusan ditetapkan.

Sesuai dengan hal tersebut, metode yang efektif dalam pengambilan

keputusan adalah metode yang menggunakan conflict-theory model, dapat

melihat segala konsekuensi yang mungkin terjadi ketika mengambil satu

keputusan tertentu. Hal ini tergantung dari jawaban individu yang mengambil

keputusan tersebut terhadap empat pertanyaan dasar dalam metode ini.

Metode ini mencakup tiga hal besar yang harus diperhatikan, yaitu

antecendent conditions (kondisi-kondisi yang mendahului), mediating processes

(proses-proses yang terjadi), dan consequences (akibat-akibatnya). Banyak hal

yang mempengaruhi ketiga hal tersebut, baik internal maupun eksternal.

Antecendent conditions sangat dipengaruhi oleh variabel komunikasi seseorang,

yang kemudian sangat mempengaruhi mediating processes. Oleh sebab itu,

variabel komunikasi ini sangat diperhatikan dalam satu proses pengambilan

(32)

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi antecendent conditions dapat

berupa faktor situasional dan juga variabel kepribadian dan

karakteristik-karakteristik lain dari seorang pengambil keputusan (Elms dalam Janis & Mann,

1974). Semua faktor ini sangat mempengaruhi kesediaan pengambil keputusan

untuk memberikan jawaban-jawaban yang positif atau negatif terhadap keempat

pertanyaan dasar tersebut. Keunikan dari model ini adalah spesifikasi

kondisi-kondisi yang ada, berhubungan dengan konflik, harapan, dan waktu tertekan yang

mengantarai pola pengambilan keputusan yang khusus.

Kelima tahapan pengambilan keputusan menurut Janis & Mann, yang

telah dijelaskan di atas akan menunjukkan suatu proses yang unik dari tahap

pertama ke tahap berikutnya, demikian seterusnya sampai tahap kelima. Proses

yang terjadi dari satu tahapan ke tahapan berikutnya akan menggambarkan sisi

negatif dan sisi positif yang mungkin terjadi dari jawaban setiap pertanyaan yang

diajukan.

Proses pengambilan keputusan tersebut akan menunjukkan kondisi-kondisi

yang terjadi sebelumnya, kemudian proses apa saja yang akan muncul, serta apa

yang menjadi akibatnya. Hal ini menolong pengambil keputusan untuk meneliti

dan menganalisa setiap jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan

dari setiap proses yang terjadi. Jawaban itu akhirnya akan mengarahkan

pengambil keputusan kepada satu keputusan akhir, yang akan dianut dalam

(33)

Proses pengambilan keputusan menurut Janis & mann tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Antecendent Conditions Mediating Processes Consequences

(34)

Proses pengambilan keputusan yang digambarkan dalam bagan tersebut

akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Diawali dari kondisi atau tanda-tanda yang mengancam, mengindikasikan

penderitaan yang serius (atau kegagalan untuk mendapatkan keuntungan yang

diharapkan) akan muncul jika ketaatan seseorang terhadap tindakan yang

diambil atau ketidakgiatannya. Individu mencari informasi-informasi jika ia

tidak berubah dari keadaan yang sekarang. Kerugian atau penderitaan apa

yang akan ia alami jika tetap dalam kondisi sekarang. Pertanyaannya adalah:

“Apakah ada risiko yang serius jika saya tidak berubah?”

Jika individu berespon negatif (menjawab “tidak”), maka ia akan tetap

melakukan ketaatan yang bertentangan. Hal ini akan menyebabkan individu

tersebut tidak mencapai nilai yang sempurna atas keputusan yang diambil

serta rencana-rencana yang mungkin.

Jika individu menjawab “mungkin atau iya”, maka kemungkinan dia akan

menyadari bahwa kerja keras yang dilakukan akan sangat melelahkan dan

merusak kehidupan keluarganya. Dia mulai berfikir tentang alternatif lain. Jika

alternatif-alternatif tersebut tidak menimbulkan respon yang negatif terhadap

pertanyaan berikutnya tentang risiko perubahan, dia akan tetap pada keputusan

yang sangat sulit, ingin berubah untuk menghindari risiko yang serius, tapi

dalam waktu yang bersamaan juga tidak ingin berubah untuk menghindari

harga dan risiko yang harus dibayar atas tindakan yang harus dilakukan.

b. Individu kemudian mencari lagi informasi tentang penderitaan-penderitaan

(35)

dibuat oleh individu yang mengambil keputusan, maka lebih besar

kemungkinan untuk mengalami stres ketika sebuah komunikasi yang

menantang atau peristiwa-peristiwa yang memotivasinya untuk mencapai

tindakan yang lebih baik. Pertanyaannya adalah: “Apakah ada risiko yang

serius jika saya berubah?”

Jika individu menjawab “tidak”, maka dia akan mengalami perubahan yang

bertentangan. Dia tidak menemukan suatu risiko jika ia berubah. Maka

individu akan tetap melakukan tindakannya yang sebelumnya. Hal ini juga

akhirnya akan menyebabkan individu tidak mencapai penilaian yang

sempurna serta kemungkinan rencana-rencananya juga tidak sempurna.

Tapi jika individu menjawab “Mungkin atau ya”, maka komitmen yang

diambil tersebut akan terus ia kerjakan. Semakin ia berkomitmen, maka

semakin besar ancaman baginya dari celaan sosial dan hukuman lain untuk

berubah.

c. Jika individu tersebut mengetahui bahwa keberadaannya sekarang sangat

buruk, dia akan merasakan putus asa untuk dapat menemukan solusi yang

memuaskan. Tapi individu tersebut akan semakin mencari informasi dan

segala sumber daya yang belum digunakan untuk lebih lagi mencari

kemungkinan solusi yang lebih baik dan memuaskan dirinya. Pertanyaannya

adalah: “Apakah mungkin berharap untuk menemukan solusi yang baik dan

(36)

Jika individu berespon negatif, maka dia akan kehilangan harapan untuk

mendapatkan solusi yang lebih baik. Oleh sebab itu, dia akan menunjukkan

pola perilaku yang menghindar dari kenyataan yang ada.

Jika individu menjawab “mungkin atau ya”, maka dia akan merenungkan

setiap hal yang telah pernah dia lalui dan melihat ke depan, kemungkinan yang

bisa dilakukan lebih baik untuk kelanjutan hidupnya.

d. Perenungan yang dilakukan pada langkah ke-3 di atas akan membuat

perhitungan-perhitungan selanjutnya. Tindakan-tindakan yang mungkin

dilakukan dengan waktu yang mungkin untuk mencapainya dengan tidak

terburu-buru menjadi hal yang kemudian dipikirkan.

Pertanyaannya adalah: “Apakah ada waktu yang cukup untuk mencapainya

dan dengan tenang atau tidak tergesa-gesa?”

Jika individu berespon negatif terhadap pertanyaan ini, maka dia akan sangat

memperhatikan, apakah ada waktu yang cukup untuk mencapai solusi yang

lebih baik. Pada tahap ini, pengambil keputusan berada pada tahap stress

psikologis yang sangat tinggi. Dia akan menjadi sangat ketakutan terhadap

ancaman penderitaan yang diyakini akan muncul terus menerus sampai

mendekati waktu untuk mendapatkan solusi yang lebih baik, mengetahui

bahwa satu atau lebih konsekuensi yang lain yang tidak diharapkan akan

terwujud. Kondisi ini akan menjadikan individu tersebut menjadi sangat

hypervigilance (kewaspadaan yang berlebihan). Individu tersebut memberikan

respon terhadap tekanan batasan waktu, ketika semua alternatif yang mungkin

(37)

Keadaan ini akan berakhir juga dengan penilaian pencapaian yang tidak

sempurna serta perencanaan yang mungkin dilakukan juga tidak sempurna.

Jika individu berespon positif (menjawab “mungkin atau ya”) akan

menghasilkan stres yang rendah, karena individu tersebut telah yakin dan pasti

dengan solusi yang diambilnya. Individu tersebut akan melakukannya dengan

berhati-hati dan dengan pertimbangan yang matang atas segala sesuatu yang

telah ia lalui dari tahap pertama sampai kepada yang keempat ini. Hal ini

akhirnya akan memberikan penilaian pencapaian yang sempurna serta

perencanaan yang mungkin diambil akan mudah dilakukan dengan satu

keyakinan bahwa rencana itu akan memberikan kondisi yang lebih baik bagi

individu tersebut.

Dari keempat proses tersebut dapat dilihat bahwa hanya ada dua

kemungkinan yang dapat terjadi pada seseorang yang mengambil suatu keputusan:

yang pertama, jika respon yang diberikan dari setiap pertanyaan yang muncul

dalam proses tersebut selalu negatif (menjawab ’tidak’), maka akan memberikan

hasil yang tidak baik, yaitu kemampuan dan kemungkinan melaksanakan setiap

rencana yang dibuat tidak akan sempurna. Kondisi ini akan menghasilkan

keputusan yang tidak memuaskan. Sebaliknya, yang kedua, jika respon yang

diberikan dari setiap pertanyaan selalu positif, maka keputusan yang diambil akan

memuaskan, yaitu kemampuan dan kemungkinan melaksanakan setiap rencana

(38)

II. B. Narkoba

Narkoba adalah suatu istilah yang berasal dari terjemahan asing, seperti drug

abuse dan drug dependence, di kalangan awam dikenal dengan istilah Narkoba,

yang merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain,

yaitu Napza, yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat

Aditif. Berbagai istilah yang sering digunakan, tidak jarang menimbulkan salah

pengertian, tidak saja di kalangan medis, tapi juga masyarakat awam (Hawari,

2003). Dalam penelitian ini digunakan istilah Narkoba.

II. B. 1. Definisi Narkoba

Narkoba itu sendiri sulit untuk diartikan, karena tergantung pada perspektif

masing-masing individu. Berikut ini akan dikemukakan pengertian istilah narkoba

menurut Dinas Kesehatan. Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan

aparat penegak hukum, untuk bahan/obat yang masuk kategori berbahaya atau

dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan, dan

sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono, 2000).

Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal

dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi individu yang menggunakannya.

Menurut Hawari (2003), semua zat yang tergolong sebagai narkoba akan

menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya akan berakibat pada

ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba memiliki sifat-sifat sebagai

(39)

a. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang

dimaksud, dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya.

b. Kecenderungan untuk menambah takaran sesuai dengan toleransi tubuh.

c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan

menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi,

dan sejenisnya.

d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan

menimbulkan gejal fisik yang dinamakan gejala putus zat (withdrawal

symptoms).

II. B. 2. Jenis-jenis Narkoba

Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini

dikarenakan zat-zat yang terkandung di dalamnya memiliki efek samping yang

berbeda-beda. Tidak ada jenis narkoba yang aman bagi tubuh. Penggunaan

narkoba adalah berbahaya dan merusak kesehatan, baik secara jasmani maupun

mental-emosional dan sosial.

Pengaruh yang ditimbulkan narkoba berupa pembiusan, hilangnya rasa

sakit, halusinasi, rangsangan semangat dan timbulnya khayalan yang

menyebabkan efek ketergantungan bagi penggunanya. Menurut Badan Narkoba

Nasional (2004), jenis narkoba yang tergolong narkotika, diantaranya:

a. Heroin

Ini merupakan narkoba yang sangat cepat menimbulkan ketergantungan.

(40)

efeknya sangat kuat. Heroin mempunyai kekuatan dua kali lebih kuat dari

morfin. Cara penggunaannya berupa suntikan, dihirup dan dimakan. Biasanya

jenis ini ditemukan dalam bentuk pil, bubuk putih dengan rasa pahit dan

cairan. Jenis narkoba ini dapat menimbulkan rasa ngantuk, lesu, jalan

ngambang dan penampilan “dungu”.

b. Ganja

Dikenal dengan nama marijuana, gelek, cimeng, budha stick, dan marijane.

Narkoba jenis ini menimbulkan ketergantungan psikis, terutama bagi mereka

yang telah rutin menggunakannya. Biasanya bentuknya berupa daun kering,

cairan yang lengket dan minyak. Pemakaian ganja dapat menurunkan

kemampuan motorik, bingung, kehilangan konsentrasi dan penurunan

motivasi. Efek yang ditimbulkan dapat menyebabkan komplikasi kesehatan

pada daerah pernafasan, sistem peredaran darah dan kanker. Cara

pemakaiannya dengan dihisap seperti rokok.

c. Hashisu

Jenis ini mempunyai bentuk yang bermacam-macam, bahkan ada yang juga

bubuk. Hashisu memiliki efek sepuluh kali lebih besar dari marijuana. Zat

yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan efek psikologis. Hashisu

diperoleh dari daun-daun dan pucuk bunga tanaman Cannabis Sativa dan

Cannabis Indica.

Psikotropika merupakan zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas

otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku

(41)

dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi bagi para

pemakainya. Menurut Badan Narkoba Nasional (2004), narkoba yang tergolong

psikotropika, diantaranya adalah :

a. Ecstacy

Ini merupakan salah satu obat bius yang dibuat secara illegal di sebuah

laboratorium dalam bentuk tablet atau kapsul yang berwarna-warni. Jenis ini

dikenal dengan nama Inex, XTC, Black heart, Huge drug, yuppie drug, dan

essence. Cara menggunakannya ditelan secara langsung. Efeknya, peningkatan

detak jantung, tekanan darah meningkat, hilangnya kontrol dan peningkatan

rasa percaya diri.

b. Shabu–shabu

Nama aslinya adalah methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau

bumbu penyedap masakan. Jenisnya antara lain gold river, coconut, dan

kristal. Tidak berwarna ataupun berbau. Obat ini mempunyai pengaruh yang

sangat kuat terhadap syaraf. Pemakai obat ini akan selalu bergantung pada

obat bius ini dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit

jantung atau bahkan kematian. Efek yang dihasilkan adalah kehilangan berat

badan, sering halusinasi, mengalami kerusakan pada organ tubuh, seperti pada

liver dan lambung.

c. Obat Penenang

Obat ini meliputi Pil koplo, Nipam, Valium, obat tidur. Bentuknya berupa

(42)

fisik, mental, dan emosi. Bila penggunaan dicampurkan dengan alkohol akan

menghasilkan kematian.

Zat aditif lainnya yang tergolong narkoba adalah:

a. Alkohol

Jenis ini dapat memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat refleks

motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan

penilaian.

b. Zat yang mudah menguap

Zat ini akan menimbulkan perasaan senang yang berlebihan, puyeng,

penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan. Selain itu akan mengacaukan

kesadaran dan emosi pengguna. Gangguan kesehatan yang sering ditimbulkan

adalah ginjal, lever, paru-paru, dan merusak otak.

c. Zat yang menimbulkan halusinasi

Zat ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan

emosi pengguna. Individu yang mengkonsumsi zat ini akan merasakan senang

dan sejahtera karena perubahan pada proses berfikir dan menghilangkan

kontrol.

Meskipun jenis-jenis narkoba sangat banyak, tapi satu hal yang pasti

bahwa setiap jenis tersebut akan menimbulkan adiksi atau ketergantungan. Hal ini

disebabkan karena setiap jenis narkoba mengandung suatu zat yang menimbulkan

(43)

II. B. 3. Kecanduan Narkoba

Permasalahan kecanduan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan

kompleks, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun psikososial,

kriminalitas, kerusuhan massa, dan lain sebagainya (Hawari,2003).

Menurut Hawari (2003), secara umum pecandu narkoba dapat dibagi

menjadi 3 golongan besar, yaitu:

a. Kecanduan Primer

Ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang umumnya terdapat pada

orang yang berkepribadian yang tidak stabil.

b. Kecanduan Reaktif

Kecanduan ini terdapat pada remaja, yang terjadi karena dorongan,

keingintahuan, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan, serta

pengaruh teman kelompok sebaya.

c. kecanduan Simtomatis

Kecanduan ini pada umumnya terjadi pada orang dengan kepribadian

antisosial dan pemakaian narkoba hanya sebagai kesenangan semata.

II. B. 3. 1. Definisi Kecanduan

Penyalahgunaan narkoba menyebabkan kecanduan pemakaian terhadap

narkoba itu sendiri. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu

yang dapat memberikan rasa nikmat, nyaman, kesenangan, dan ketenangan,

walaupun hal tersebut sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Memang banyak

(44)

kompleks yang menahun dan sering kambuh walaupun ada periode obstinensia

yang berjangka lama (Thaib dalam Alatas, 2001).

Penyalahgunaan terjadi apabila pemakaian obat tanpa petunjuk medis,

biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapa kasus,

biasanya dapat menjadi fatal. Lebih lanjut, Sudirman (dalam Alatas, 2001)

menjelaskan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan

yang bersifat patologik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan

menimbulkan gangguan fungsi social dan okupasional.

Menurut Hawari (2003), kecanduan narkoba (zat) adalah kondisi yang

kebanyakan disebabkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya

toleransi zat dan gejala putus zat. Selanjutnya, dalam buku pedoman Puskesmas

dan Rumah Sakit Umum (2001), kecanduan narkoba didefinisikan sebagai

keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik, sehingga tubuh memerlukan

jumlah narkoba yang makin bertambah (disebut toleransi), sehingga jika

pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul gejala putus zat. Oleh karena itu,

ia selalu berusaha memperoleh narkoba yang dibutuhkannya, agar dapat

melakukan kegiatan sehari-hari secara normal; jika tidak, ia akan mengalami

gejala putus zat.

Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecanduan

narkoba adalah suatu kondisi yang disebabkan karena penyalahgunaan obat atau

zat, yang akan mengakibatkan pengguna tersebut mengalami ketergantungan fisik

dan psikis. Akibat dari kecanduan tersebut akan merusak tubuh dan berdampak

(45)

II. B. 3. 2. Faktor Penyebab Kecanduan Narkoba

Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas, mengapa seseorang menjadi

seorang pecandu narkoba dan mengakibatkan ketergantungan. Harboenangin

(dalam Yatim, 1986) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua bagian besar

penyebab seseorang menjadi pecandu narkoba, yaitu faktor eksternal dan faktor

internal.

1. Faktor Internal

a. Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih

cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya

memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan

emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan

mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan

cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk

memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia

mudah mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Faktor kepribadian

juga memungkinkan bahwa drug abuse lebih cenderung terjadi pada mereka

yang lebih rebellious, impulsive, menerima perilaku illegal, berorientasi pada

pencarian sensasi (Brook, dkk dalam Sarafino, 1998).

b. Inteligensi

Pecandu yang melakukan konseling sering ditemukan bahwa mereka

mempunyai kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata kebawah dari

(46)

c. Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja, karena kondisi social psikologis

yang membutuhkan pengakuan, identitas dan kelabilan emosi; sementara

pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.

d. Dorongan kenikmatan dan perasaan ingin tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya

merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin

merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama

kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.

e. Pemecah masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk

menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat

menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan

yang ada.

2. Faktor Eksternal

1. Keluarga

Dalam perbincangan sehari-hari, keluarga merupakan faktor yang paling

sering menjadi penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba. Berdasarkan

hasil penelitian tim UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian

Jakarta pada tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko

tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu:

a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami

(47)

b. Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan

aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah

bilang ya, ibu bilang tidak)

c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya

penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik

dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun

antar saudara.

d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua

sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata

orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan

dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog

dan menyatakan ketidaksetujuannya.

e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya

mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam

banyak hal.

f. Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan

alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan

dalam menanggapi sesuatu.

2. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara

teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar

berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam

Gambar

Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berbicara masalah pendapatan, Bapak I Made Rustawan tidak memiliki pendapatan yang tetap untuk menutupi kebutuhan sehari-hari beliau hanya mengandalkan hasil dari penjualan daun

Tujuan penelitian ialah untuk Melakukan Analisa untuk mendapatkan informasi ataupun pemahaman tentang kebutuhan sistem yang sedang berjalan dan memberikan usulan

Untuk sistem transmisi dengan saluran ganda atau lebih seperti gambar 3.4, dasar trip seketika tidak hanya berdasarkan perubahan arus pada terminal L tetapi juga dengan melihat

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel harga, merek dan kualitas produk berpengaruh signifikan positif

Untuk memajukan kualitas produk khas Kalimantan Timur, maka perlu wadah atau arena promosi untuk mendukung kegiatan jual-beli dan sebagai informasi.. Kota Bontang merupakan

Scane ini akan tampil pertama ketika program dijalankan, pada tampilan ini terdapat judul perangkat ajar interaktif mata pelajaran IPA untuk kelas VI sekolah dasar, terdapat

Adapun selain kedua nilai-nilai tersebut yang ditanamkan oleh perusahaan organisasi adalah keyakinan profesional SDM ke semua karyawan, dengan adanya professional kerja