• Tidak ada hasil yang ditemukan

b Kebijakan Perdagangan Proteksionis

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi Chumidatus (Halaman 172-180)

Kebijakan perdagangan proteksionis adalah kebijakan perdagangan yang melindungi industri dalam negeri dengan cara membuat berbagai rintangan (hambatan) yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri.

Alasan suatu negara menganut kebijakan perdagangan proteksionis adalah sebagai berikut:

1) Perdagangan bebas hanya menguntungkan negara maju, karena mereka

memiliki modal yang kuat dan teknologi yang maju. Selain itu, harga produk industri negara maju dinilai terlalu mahal (tinggi) dibanding harga bahan-bahan mentah yang dihasilkan negara berkembang.

2) Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh. Industri

seperti ini tidak akan mampu bersaing dengan industri negara lain yang sudah maju dan berpengalaman.

3) Untuk membuka lapangan kerja. Dengan melakukan proteksi, industri-

industri di dalam negeri dapat tetap hidup dan dengan demikian mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat.

4) Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Agar terhindar dari defisit

dalam neraca pembayaran, negara dapat menggunakan kebijakan perdagangan proteksionis, caranya dengan meningkatkan ekspor.

5) Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan mengenakan tarif

tertentu terhadap produk impor dan ekspor, negara dapat meningkatkan penerimaan.

K e i r e t s uK e i r e t s uK e i r e t s uK e i r e t s uK e i r e t s u, Proteksi Gaya Jepang!”

Kelompok Sumitomo mulai sebagai perusahaan penambang tembaga sekitar 300 tahun yang lalu. Sekarang, kelompok ini terdiri dari 20 perusahaan inti dan puluhan bisnis kecil yang berlokasi di berbagai tempat di dunia dalam berbagai industri, termasuk komputer, logam, baja, gelas, batu bara, real estate, bir, barang elektronik, dan asuransi jiwa. Kelompok ini dipersatukan pertama dan paling penting oleh ritual dan tingkah laku. Misalnya, setiap tahun presiden dari kedua puluh perusahaan datang berkumpul dengan keluarga Sumitomo di tempat semacam kuil untuk memperingati pendiri kelompok tersebut.

Sebagai tambahan, presiden bertemu secara terpisah setiap bulan dengan apa yang disebut “Hakusuikal” atau “kelompok air putih” untuk mendiskusikan masalah bisnis dari membuat rencana usaha baru sampai memberikan dukungan untuk anggota kelompok yang sedang mengalami kesulitan.

Kelompok Sumitomo adalah salah satu contoh dari suatu keiretsu- konglomerat bisnis raksasa. Sering kali diberi label “perusahaan sama dengan darah persaudaraan”, “famili bisnis” ini mendasar banyak pengaturan bisnis Jepang.

Sistem keiretsu telah menempatkan perusahaan asing di posisi yang tidak menguntungkan di Jepang. Kebanyakan konglomerat memfokuskan kegiatannya di sekitar bank yang besar milik kelompok mereka, sesuatu yang dilarang oleh undang-undang di Amerika Serikat.

Hal ini membuat kelompok perusahaan ini bisa menanggung kerugian tanpa khawatir mengenai menurunnya pemberian kredit karena mereka akan selalu meminta kepada bank milik kelompok. Perusahaan elektronik Jepang seperti NEC, Hitachi, dan Fujitsu bersaing lewat harga tanpa harus khawatir mengenai kerugian dalam keuangan. Keadaan ini membuat pesaing asing tidak mampu berhadapan langsung dengan Jepang, bisnis asing dirugikan, demikian pula konsumen global.

Keiretsu Sumitomo membantu anggota pada berbagai kejadian. “Bank Sumitomo amat ahli dalam mengatur kulit kacang untuk menghilangkan masalah,” kata Alicia Ogawa, seorang ahli analisis di S.G Warburg Securities. Salah satu contoh terjadi ketika Bank Sumitomo membantu keuangan Mazda pada awal tahun 1970-an dan berhasil mengembalikan perusahaan dari keadaan yang nyaris bangkrut.

Anggota keiretsu Sumitomo menolong Mazda dengan menawarkan

dukungan keuangan dan menerima karyawan Mazda yang sudah dirumahkan. Semua anggota keiretsu Sumitomo hanya membeli mobil Mazda selama periode pemulihan perusahaan tadi.

Kebijakan perdagangan proteksionis dapat dilakukan suatu negara dengan membuat berbagai hambatan atau rintangan. Hambatan-hambatan tersebut di antaranya adalah:

1) Kuota impor

Kuota impor adalah kebijakan yang menetapkan batas jumlah barang yang boleh diimpor, dengan tujuan melindungi produksi dalam negeri.

Dengan demikian, setelah mencapai jumlah tertentu dalam suatu periode, pengimpor dilarang menambah jumlah barang yang diimpor.

2) Kuota ekspor

Kuota ekspor adalah kebijakan menetapkan batas jumlah barang yang dapat diekspor dengan tujuan menjamin persediaan barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

3) Subsidi

Subsidi adalah kebijakan dengan cara memberikan subsidi (tunjangan) kepada perusahaan yang memproduksi barang ekspor, sehingga harga barang dari perusahaan tersebut bisa bersaing dengan barang luar negeri. Dengan kata lain, pemberian subsidi akan membuat harga jual barang menjadi lebih murah dan mampu bersaing dengan harga jual barang luar negeri.

4) Tarif impor

Tarif impor adalah kebijakan mengenakan tarif atau bea terhadap barang yang diimpor agar harga barang impor menjadi lebih mahal. Dengan demikian, perusahaan dalam negeri yang menghasilkan barang sejenis bisa bersaing dengan barang impor. Pada umumnya, tarif impor dikenakan dalam bentuk persentase dari nilai barang yang diimpor, misalnya 10% atau 20%. Untuk bahan-bahan baku industri, suatu negara biasanya akan mengenakan tarif impor yang rendah atau bahkan 0%. Tarif impor dikenal dengan istilah pajak impor atau bea masuk.

5) Tarif ekspor

Tarif ekspor adalah kebijakan mengenakan tarif atau bea terhadap barang yang diekspor dengan tujuan untuk merangsang ekspor. Dengan demikian, umumnya tarif dapat dikenakan sangat rendah atau bahkan 0%. Istilah lain dari tarif ekspor adalah pajak ekspor atau bea keluar. Kebijakan tarif ekspor dan tarif impor, selain digunakan sebagai alat proteksi, juga bermanfaat menambah penerimaan negara, karena dengan adanya tarif, negara akan menerima sejumlah uang. Coba Kalian cari, berapa jumlah tarif ekspor dan impor di APBN tahun 1998 dan APBN tahun 2001 pada buku Ekonomi kelas XI.

6) Premi

Premi adalah kebijakan berupa pemberian hadiah atau penghargaan kepada perusahaan yang mampu memproduksi barang dengan kualitas tinggi dan kuantitas (jumlah) tertentu. Pemberian premi diharapkan bisa memacu produsen dalam negeri untuk bersaing dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya.

7) Diskriminasi harga

Diskriminasi harga adalah kebijakan melalui penetapan harga produk secara berlainan untuk satu negara dengan negara lainnya. Kebijakan

ini dilakukan salah satunya dalam rangka perang tarif. Sebagai contoh, bila negara X menganggap barang hasil produksinya yang diekspor ke negara Y dikenakan tarif masuk yang tinggi, maka sebagai balasannya bila negara Y mengimpor barang dari negara X, negara X akan memberikan harga jual yang lebih tinggi. Dengan adanya tindakan ini, diharapkan negara Y akan menurunkan tarif masuknya terhadap negara X.

8) Larangan ekspor

Larangan ekspor adalah kebijakan melarang ekspor untuk barang- barang tertentu dengan pertimbangan ekonomi, politik dan sosial budaya. Dengan pertimbangan ekonomi, suatu negara melarang mengekspor bahan-bahan baku industri yang dibutuhkan di dalam negeri. Larangan ekspor dengan pertimbangan politik misalnya adanya embargo ekonomi dari PBB, di mana Irak dilarang mengekspor minyak bumi ke luar negeri. Sedangkan pertimbangan sosial budaya, misalnya suatu negara melarang ekspor benda-benda bersejarah serta flora dan fauna yang sudah langka.

9) Larangan impor

Larangan impor adalah kebijakan melarang impor untuk barang-barang tertentu dengan beberapa alasan. Alasan-alasan tersebut di antaranya adalah untuk melindungi industri dalam negeri, untuk membalas kebijakan perdagangan negara lain dan untuk menghemat devisa.

10) Dumping

Dumping adalah kebijakan menjual suatu barang di luar negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga di dalam negeri. Tujuan kebijakan ini adalah memperluas dan menguasai pasar. Dumping bisa dilakukan bila terdapat aturan(hambatan) yang jelas dan tegas sehingga konsumen di dalam negeri tidak bisa membeli barang (yang di- d u m p i n g) dari luar negeri.

Sekilas D u m p i n gD u m p i n gD u m p i n gD u m p i n gD u m p i n g

Dumping adalah praktik penjualan suatu komoditi ke luar negeri dengan harga jauh lebih rendah dari tingkat harganya di pasaran domestik, bahkan mungkin di bawah harga pokoknya. Tujuan dump- ing adalah untuk memperoleh keunggulan bersaing dengan pemasok dari negara lain

Dumping hanya akan berhasil jika pasar luar negeri dan domestik terpisah jauh secara geografis, dan tidak terbuka kesempatan untuk menjual kembali ke negara asal. Dalam perdagangan internasional

K E G I A T A N

5. 2

dikenal tiga jenis dumping. (1) persistent dumping (dumping terus- menerus) merupakan diskriminasi harga yang dilakukan secara kontinu, tanpa mempedulikan protes dari negara lain. Praktik ini pernah dijalankan Jepang sebelum Perang Dunia II untuk menerobos dan memantapkan diri di pasaran luar negeri. (2) sproradic dumping dipraktikkan untuk melepas persediaan yang besar ke pasaran luar negeri, dan biasanya didorong oleh kelesuan pasar domestik; (3) preda- tory dumping (dumping untuk menghancurkan pesaing) dipraktikkan untuk menghalau pesaing asing dari pasaran luar negeri yang menjadi sasaran. Setelah pesaing mengundurkan diri dari pasaran yang dituju, harga dinaikkan untuk menutup kerugian yang diderita sebelumnya. Jenis dumping kedua dan ketiga, tidak dianggap membahayakan oleh kebanyakan ahli ekonomi, karena tidak terlalu menggoyahkan sendi-sendi perdagangan internasional. Sedang dumping jenis pertama sangat mencemaskan, apalagi jika kebijakan ini didukung pemerintah negara pengekspor. Dalam praktik, tuduhan adanya persistent dump- ing sulit dibuktikan, karena pemerintah negara bersangkutan hanya secara terselubung memberikan subsidi atau kemudahan ekspor melalui pengaturan valuta asing yang diskriminatoris.

Secara internasional. Persetujuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (General A g reement on Tarifs and Trade - GATT) melarang praktik dumping dengan mengizinkan bea masuk yang tinggi atas barang dumping.

Sumber: Ensiklopedia Ekonomi Bisnis dan Manajemen

Berikut ini contoh data perdagangan internasional yang berupa nilai ekspor Indonesia ke berbagai negara pada tahun 2005 dalam satuan juta dolar. Di antaranya, ke Hongkong 1.492,3; Jepang 18.049,1; negara Asia lainnya 23.396,3; Afrika 1.669; Amerika Serikat 9.868,5; Kanada 464,3; negara Amerika lainnya 1.330,4; Australia 2.227,6; negara Oceania lainnya 360,9; Uni Eropa 10.238,4.

Coba Kalian pikirkan, apa yang terjadi bila barang yang dijual dengan harga lebih murah ke luar negeri, membuat para pengimpor di luar negeri tertarik untuk menjual kembali barang tersebut ke negara asal, dengan alasan di negara asal barang tersebut dijual dengan harga lebih mahal.

E. Devisa

Pada materi pertama di bab ini, telah dijelaskan bahwa salah satu manfaat perdagangan internasional adalah sebagai sumber devisa. Devisa yang diperoleh suatu negara dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Berikut ini kita akan membahas lebih lengkap mengenai devisa.

1. Pengertian Devisa

Devisa adalah semua benda yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Devisa bisa berbentuk mata uang asing, emas, wesel, cek dan surat-surat berharga lainnya. Setiap negara pasti ingin memiliki persediaan atau cadangan devisa yang cukup. Karena, dengan adanya devisa negara bisa membeli barang-barang dari negara lain, bisa membiayai perjalanan dinas ke luar negeri, bisa membayar cicilan utang luar negeri dan lain-lain.

2. Macam Devisa

Devisa dapat digolongkan berdasarkan sumber dan wujudnya.

a. Macam devisa berdasarkan sumbernya

1) Devisa kredit, yaitu devisa yang berasal dari kredit (pinjaman) luar negeri.

2) Devisa umum, yaitu devisa yang berasal dari sumber lain (selain kredit) seperti dari ekspor, penyelenggaraan jasa dan penerimaan bunga modal.

b. Macam devisa berdasarkan wujudnya

1) Devisa kartal, yaitu devisa yang berwujud uang logam dan uang kertas.

2) Devisa giral, yaitu devisa yang berwujud surat-surat berharga seperti wesel, cek, cek perjalanan (travellers chegue), IMO (Inter- national Money Ord e r) dan lain-lain. Apabila diinginkan, devisa giral bisa diubah(dicairkan) menjadi devisa kartal.

3. Sumber Devisa

Dengan melakukan perdagangan internasional (ekspor), negara akan memperoleh devisa. Akan tetapi, perdagangan internasional (ekspor) bukanlah satu-satunya sumber untuk memperoleh devisa. Masih banyak sumber lain untuk memperoleh devisa.

Secara lengkap, devisa dapat diperoleh melalui sumber-sumber berikut:

a. Ekspor barang.

b. Ekspor jasa, termasuk jasa pelayaran, jasa pariwisata.

c. Penanaman modal asing ke dalam negeri. Penanaman modal asing

disebut juga dengan istilah penanaman modal langsung. d. Pinjaman (utang) dari luar negeri.

e. Pendapatan atas modal dan investasi di luar negeri seperti bunga dan

dividen.

f. Hibah dan hadiah dari luar negeri.

g. Hasil penjualan surat-surat berharga kepada penduduk luar negeri.

4. Fungsi Devisa

Devisa memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Sebagai alat pembayaran barang-barang dan jasa impor.

b. Sebagai alat pembayaran cicilan utang luar negeri termasuk bunganya.

c. Sebagai alat pembiayaan hubungan luar negeri seperti biaya misi

kesenian, biaya perjalanan dinas, biaya korp diplomatik dan pemberian bantuan luar negeri.

d. Sebagai sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pembangunan.

5. Tujuan Penggunaan Devisa

Sesuai dengan fungsinya, devisa digunakan dengan tujuan:

a. Untuk membayar barang-barang konsumsi yang masih diimpor, seperti

handphone dan kain.

b. Untuk membayar barang-barang modal yang masih diimpor, seperti

mesin.

c. Untuk membayar jasa-jasa ke luar negeri seperti jasa pelayaran.

d. Untuk membiayai pengiriman tim kesenian dan olahraga.

e. Untuk membiayai perjalanan dinas para pejabat ke luar negeri.

f. Untuk membiayai korps diplomatik di luar negeri.

g. Untuk membiayai para pemuda dan mahasiswa yang belajar di luar

negeri.

h. Untuk memberikan sumbangan ke negara-negara lain yang mengalami

musibah.

i. Untuk membangun berbagai fasilitas umum di dalam negeri.

Contohnya, sebagian devisa yang diperoleh dari pinjaman luar negeri, selain digunakan untuk mengangsur cicilan utang dan bunga, juga digunakan untuk membiayai berbagai proyek pembangunan di dalam negeri.

F. Kurs (Rate of Exchange)

Setelah mempelajari cara-cara dan alat-alat pembayaran internasional, ada satu hal penting yang perlu kita pelajari yang berkaitan dengan cara dan alat pembayaran internasional. Hal penting itu adalah kurs.

Apa itu kurs? Mengapa harus ada kurs? Ada berapa macam kurs?

1. Arti dan Macam Kurs

Setiap negara di dunia memiliki mata uang sendiri-sendiri sehingga kita mengenal rupiah (Indonesia), ringgit (Malaysia), peso (Philiphina), dolar Amerika (Amerika), dolar Singapura (Singapura), dolar Australia (Austra- lia), yuan (China) dan masih banyak lagi. Karena perbedaan pemakaian mata uang di tiap negara maka muncullah kurs. Dengan adanya kurs, kita bisa menghitung berapa nilai (harga) suatu barang bila dinyatakan dalam berbagai mata uang negara lain.

Pada umumnya, kurs selalu menunjukkan perbandingan nilai berbagai mata uang asing terhadap mata uang dalam negeri (rupiah). Dengan demikian, kurs bisa diartikan sebagai nilai tukar mata uang asing yang dinyatakan dalam mata uang negeri sendiri. Di Indonesia, kurs dinyatakan dalam rupiah, misalnya kurs beli US $ 1 = Rp9.000,-, ini berarti pedagang valuta asing akan membeli 1 dolar Amerika dengan uang Rp9.000,-. Oleh karena itu, bila pedagang valuta asing, membeli 1000 dolar Amerika maka dia harus menyediakan uang rupiah sebanyak Rp9.000.000,- (1.000 x 9.000). Agar memperoleh pemahaman yang lengkap dan sesuai dengan kenyataan di lapangan, perhatikan daftar kurs berikut.

Tabel 5.3 Kurs Uang Kertas Asing

Beli (Rp) Jual (Rp)

BI CIC AYU BI CIC AYU

US$ 9.470,0000 9.975,0000 9.970,0000 10.470,0000 9.995,0000 10.000,0000 Pound 16.985,3900 17.815,0000 17.820,0000 18.784,2300 17.895,0000 17.920,0000 Aust $ 7.131,8600 7.485,0000 7.510,0000 7.890,1900 7.530,0000 7.545,0000 Sin % 5.679,5000 5.965,0000 5.980,0000 6.283,3800 5.995,0000 6.005,0000 MYR 0,0000 2.640,0000 2.610,0000 0,0000 2.650,0000 2.660,0000 HK $ 1.218,7000 1.280,0000 1.280,0000 1.347,4400 1.285,0000 1.290,0000 Yen 85,7634 90,0500 89,5000 94,8627 90,3000 90,5000 Euro 11.532,5700 12.100,0000 12.110,0000 12.755,6000 12.130,000 12.160,0000 Logam 139.800 142.100 Mulia

Tabel 5.4 Kurs Transaksi Bank Indonesia

Mata Uang Beli (Rp) Jual (Rp)

US $ 9.920,0000 10.020,0000 Pound 17.792,5100 17.976,8800 Aus $ 7.470,7500 7.551,0700 Sin $ 5.949,3800 6.013,3200 MYR 2.632,3500 2.659,5900 HK $ 1.276,6100 1.289,5300 Yen 89,8388 90,7855 Euro 12.080,5800 12.207,3700

Sumber Kompas 22 Agustus 2005

Dari daftar kurs yang diambil dari koran Kompas di atas, tampak bahwa ada dua macam kurs, yakni Kurs Uang Kertas Asing dan Kurs Transaksi Bank Indonesia. Mengapa ada dua macam kurs dan apa perbedaannya?

Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki tanggung jawab untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Oleh karena itu, Bank Indonesia menetapkan kurs konversi (kurs pertukaran) sebagai patokan dalam kegiatan ekonomi. Kurs konversi yang ditetapkan Bank Indonesia terdiri atas dua macam, yaitu:

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi Chumidatus (Halaman 172-180)