• Tidak ada hasil yang ditemukan

d Kebijakan Anggaran Dinamis

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi Chumidatus (Halaman 95-99)

Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis). Anggaran yang dinamis diperlukan karena semakin hari semakin banyak kegiatan rutin dan kegiatan pembangunan yang harus dibiayai negara, yang membutuhkan dana lebih besar.

Benarkah Kebijakan Pemerintah Mengurangi atau Menghapus Subsidi BBM Tergolong sebagai Kebijakan Fiskal?

Jawabannya benar sekali. Kebijakan pemerintah mengurangi atau menghapus subsidi BBM adalah tergolong kebijakan fiskal. Karena, dengan mengurangi atau menghapus subsidi BBM berarti pemerintah telah melakukan tindakan mengubah pengeluaran Negara. Adapun

tindakan atau kebijakan mengubah pengeluaran negara, merupakan bagian dari kebijakan fiskal atau kebijakan anggaran.

Berikut ini kalian akan menyimak berita yang menjelaskan tentang kebocoran subsidi BBM yang mendorong pemerintah untuk mengurangi dan menghapus subsidi BBM serta mengalihkannya ke dalam bentuk pengeluaran lain.

Subsidi Minyak Tanah Tahun 2003 Mengalami Kebocoran Rp5,6 Triliun.

Angka efisiensi distribusi minyak tanah bersubsidi sesuai hasil survei kebutuhan minyak tanah tahun 2003 yang dilakukan Sucofindo dan Surveyor Indonesia menunjukkan kebocoran Rp5,6 triliun. Subsidi yang sampai kepada kelompok yang berhak hanya sebesar 62,8 persen dari nilai subsidi sebesar Rp15,2 triliun yang dikeluarkan pemerintah pada waktu itu.

Demikian kesimpulan Survei yang diperoleh pada Minggu (27/2) yang sebenarnya tidak pernah diungkapkan kepada publik meskipun hasil survei sangat penting digunakan untuk membuat keputusan sejak survei diselesaikan pada tahun 2004.

Sesuai perhitungan Kompas, jika angka efisiensi pada tahun 2003 tidak mengalami perubahan seperti hasil survei Sucofindo, maka jumlah kebocoran dana subsidi akan semakin tinggi. Mengingat angka subsidi untuk tahun 2005 lebih besar karena harga minyak mentah yang jauh lebih tinggi daripada tahun 2003.

Angka kebocoran relatif besar dibandingkan dengan penghematan subsidi dari rencana kenaikan harga BBM per 1 Maret 2005 yang hanya sebesar Rp20,3 triliun. Itu pun yang direlokasikan untuk program kompensasi kenaikan harga BBM hanya Rp10,78 triliun. Sebenarnya, pemerintah bisa mendapat dana untuk mengurangi orang miskin lebih banyak jika bisa mengurangi kebocoran BBM .

Sumber Kompas

E. Pajak

Pajak merupakan bagian dari kebijakan fiskal (kebijakan anggaran), karena tindakan menaikkan atau menurunkan pajak dilakukan dalam rangka mengelola anggaran negara. Misalnya, jika pemerintah ingin menaikkan pendapatan negara maka cara yang ditempuh di antaranya menaikkan tarif

pajak, menambah jenis pajak baru, mengoptimalkan cara pemungutan pajak, dan membasmi korupsi dalam perpajakan.

Pajak sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Pada zaman dulu kerajaan-kerajaan besar akan mewajibkan kerajaan-kerajaan yang dikuasainya agar menyerahkan upeti atau persembahan berupa emas, batu berharga, uang atau benda-benda berharga lain sebagai bukti kesetiaan. Kadangkala upeti juga bisa berwujud manusia seperti para budak, perempuan atau seseorang yang diinginkan oleh kerajaan penguasa. Pada zaman sekarang, upeti sudah tidak berlaku lagi dan kedudukannya digantikan oleh pajak sebagai salah satu kewajiban masyarakat terhadap negara.

1. Arti Pajak

Pajak adalah iuran yang wajib dibayar oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat balas jasa (kontraprestasi) secara langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran kolektif negara. Contoh pajak yang wajib dibayar rakyat adalah pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, serta bea meterai.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan wajib pajak berdasarkan norma-norma hukum untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran kolektif, guna meningkatkan kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak diterima secara langsung. Yang dimaksud pengeluaran kolektif adalah pengeluaran untuk kepentingan bersama.

Dari pengertian pajak di atas, pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. merupakan iuran wajib (dapat dipaksakan oleh pemerintah);

b. dipungut berdasarkan norma-norma hukum (undang-undang);

c. tidak mendapat balas jasa secara langsung; dan

d. digunakan untuk membiayai pengeluaran kolektif pemerintah.

2. Arti Pungutan Resmi Lain

Untuk meningkatkan pendapatan negara, selain mewajibkan masyarakat membayar pajak, pemerintah juga melakukan pungutan resmi lainnya. Bentuk pungutan resmi lain tersebut adalah:

a. Retribusi, yaitu pungutan yang dilakukan dengan pemberian jasa atau

fasilitas langsung dari negara kepada pihak yang dipungut. Contoh retribusi adalah karcis masuk terminal, karcis masuk tempat wisata, iuran sampah, iuran parkir dan iuran keamanan.

b. Sumbangan, yaitu sejumlah dana yang disumbangkan masyarakat kepada

pemerintah. Contoh: SWPJ (Sumbangan Wajib Perbaikan Jalan) dan SWDKLLJR (Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu lintas Jalan Raya).

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat perbedaan antara pajak dengan pungutan resmi lainnya yang disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.6 Perbedaan Pajak dengan Pungutan Resmi Lainnya

Ditinjau dari Pajak Pungutan resmi lain

1. Balas jasa Tidak diterima secara Diterima secara

langsung langsung

2. Objek pemu- Semua orang yang me- Khusus orang yang

ngutan menuhi syarat tertentu menggunakan jasa atau

fasilitas tertentu

3. Instansi pemu- Dipungut oleh Peme- Hanya dipungut oleh

ngut rintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Daerah

4. Sifat pemungutan Bersifat memaksa Sesuai kebijakan

pemerintah

5. Sanksi (hukum) Tertulis jelas dalam Sesuai kebijakan

undang-undang (sanksi pemerintah

berupa surat teguran, denda maksimal Rp 10.000.000 dan hukuman penjara mak- simal 6 tahun)

3. Dasar Hukum dan Fungsi Pajak

Dalam melakukan pemungutan pajak kepada masyarakat, pemerintah memiliki dasar hukum yaitu:

a. UUD 1945 pasal 23 A (sesudah diamandemen) yang berbunyi: Pajak

dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.

b. Undang-Undang Perpajakan yang sudah disempurnakan (terbaru)

terdiri atas:

1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh).

3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan atas

5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

6) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai. 7) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Undang-undang ini mengatur berbagai ketentuan mengenai pajak daerah dan retribusi daerah.

Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, pajak memiliki beberapa fungsi, sebagai berikut.

Dalam dokumen sma11eko Ekonomi Chumidatus (Halaman 95-99)