• Tidak ada hasil yang ditemukan

b. Pengaturan pekerjaan

Dalam dokumen petunjuk pelaksanaan pembangunan jalan desa (Halaman 81-86)

Volume dari berbagai bentuk lapisan tergantung pada lebar masing-masing lapis (W), yang juga tergantung pada kedalaman lapisan dibawah lapisan atas timbunan, dan juga pada besarnya kemiringan sisi luar. Perhitungan ini penting untuk menetapkan jumlah pekerja dan untuk membagi-bagi pekerjaan timbunan.

Saat supervisi membuat rencana pelaksanan konstruksi timbunan ini, pertama kali yang harus dikerjakan membagi level pada pekerjaan tanah pada 0.5m, 0.60m, 0.75m, 0.90m, atau 1.05m sehingga pengurugan dapat diproses dalam lapisan 15cm ke permukaan atas timbunan jalan.

Tongkat traveling Benang

Patok

Pengurugan diseting dalam lapisan dengan mengukur dari atas lapisan timbunan dengan menandai pada patok serta menggunakan benang untuk bantuan perataan. Tanda ketinggian ditentukan dengan menggunakan tongkat traveling dan dengan mengintipnya dari prepil.

Pada beberapa kasus, hal ini akan melibatkan pekerjaan perataan terlebih dahulu. Setelah tanah diratakan dan dipadatkan, pelaksanaan penimbunan akan diproses dalam ketebalan lapisan 15cm. Pada lapisan 15cm pertama mungkin juga melibatkan pekerjaan perataan.

Setelah pengukuran prepil garis tengah dicatat, prepil ujung pinggir jalan harus diseting dan ketinggian prepil pada garis tengah jalan ditransfer ke patok pinggir jalan. Setelah itu lanjir yang berada ditengah jalan dilepas supaya area kerja menjadi lapang, dan mudah dikerjakan untuk preoses pemadatanya. Pada waktu bersamaan patok tanda yang kuat harus dimasukkan kedalam dasar tanah utuk setiap jarak 20m dan tanda ketinggian garis air banjir dicantumkannya, sehingga pelaksanaan pelevelan dapat diganti bila diperlukan.

Setelah supervisi menghitung kwantitas pekerjaan tanah, lapis demi lapis dan seksi demi seksi, ia sebagai koordinator lapangan mengkoordinasi para pekerja, menetapkan jumlah hari kerja yang dibutuhkan untuk setiap lapisan dan setiap seksinya.

Material lepas diperlukan Pemadatan

Setelah masing-masing layer dipadatkan, lapis berikutnya memerlukan timbunan dengan ketebalan lebih besar dari 15cm dan memadatkannya. Volume kwantitas pekerjaan tanah untuk tanah galian yang padat akan mengembang dan menyediakan ekstra material tanah yang diperlukan.

3.4. Drainasi

a. Pendahuluan

Air merupakan faktor utama penyebab kerusakan jalan-jalan desa dengan volume pemakaian jalan yang kecil. Air dapat berbentuk air tanah, air permukaan (sungai) atau hujan. Air dapat merusak jalan dengan dua cara:

√ Dengan menyapu permukaan jalan (erosi atau penggerusan) √ Dengan mengurangi daya dukung pada ruas badan jalan.

Jadi sangatlah penting untuk membangun sistim drainasi yang efisien, yang mengijinkan air dipermukan jalan mengalir pergi dengan segera. Hal ini dimungkinkan dengan sistim yang berisikan komponen-komponen berikut ini:

√ Drainasi permukaan jalan, yang memungkinkan air mengalir keluar dari permukaan jalan.

√ Saluran pinggir jalan, yang dapat menanmpung aliran air dari permukaan jalan. √ Saluran air di sisi luar jalan yang lebih tinggi (catchwater drain) yang dapat

menampung air sebelum masuk mengalir pada ruas jalan.

√ Penopang penahan tanah, yang akan menjegah erosi aliran air kebawah kearah jalan.

√ Gorong-gorong yang memungkinkan aliran air dari sisi yang lebih tinggi melintasi bawah ruas jalan ke sisi jalan yang lebih rendah.

√ Jembatan yang mengijinkan jalan melintasi sungai dan aliran air musiman sehingga air dapat dikontrol untuk tidak merusak jalan.

Semua komponen ini perlu ditangani bersama dengan baik. Sisitim drainasi yang efisien merupakan bagian yang sangat penting dalam pembuatan jalan pedesaan dan dalam perawatannya.

Drainasi samping Gorong-gorong Drainase penangkap air

Sungai

1) Drainasi permukaan Jalan

Drainasi permukaan jalan dapat dilakukan dengan membuat kemiringan pada badan jalan. Sehingga memungkinkan air dipermukaan jalan mengalir ke saluran samping jalan. Kombinasi air yang mengantong dipermukaan jalan dan arus lalu lintas di jalan akan menyebabkan erosi yang cepat pada permukaan jalan. Kedua, jika permukaan air menembus kedalam badan jalan, hal ini akan mengakibatkan kerusakan atau berkurangnya daya dukung badan jalan. Untuk mnghindari masalah ini jalan harus dibuat dalam kemiringan membentuk punggung jalan (camber).

Camber adalah kemiringan dari sisi garis tengah jalan kearah bahu jalan. Besarnya kemiringan adalah sangat bervariasi tergantung pada jenis materian untuk permukaan jalan. Untuk jalan campuran batu krikil dan tanah adalah direkomendasikan kemiringan sebesar 5 sampai 10 %, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh aliran air yang lancar.

Lintasan lalu lintas akan menyebabkan erosi permukaan jalan, dan akan membuat cekungan jalur roda. Hal ini akan menimbulkan terjadinya erosi di bagian tengah jalan. Dianjurkan untuk jalan bebatuan (kerikil), kemiringan dibuat 7 hingga 10%. Hal ini akan membuat umur jalan lebih panjang dan lebih lama penggunaan jalan sebelum dilakukan kembali perbaikan kemiringan badan jalan.

Perbaikan muka badan jalan

Alur roda mencegah pengaliran air dari badan jalan ke drainasi samping

2) Drainasi samping jalan

Saluran drainasi samping jalan harus memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung air hujan dari permukaan jalan, dan dengan segera mengalirkan air ini sehingga permukaan air dapat dikontrol tidak sampai meluap dan mengurangi resiko kerusakan jalan.

Saluran pinggir jalan pada dasarnya dapat dibuat dalam tiga macam bentuk yaitu: bentuk V, bentuk persegi panjang atau bisa bebentuk trapesium.

Bentuk V adalah standar untuk bentuk konstruksi galian dengan bantuan motor grader. Sangatlah mudah dirawat dengan menggunakan alat berat. Walaupun demikian bentuk ini hanya memiliki kapasitas yang kecil. Bentuk empat persegi panjang membutuhkan sedikit ruang namun memerlukan bebatuan atau beton untuk melakukan pembuatan dan perawatannya. Bila digunakan metode berbasiskan tenaga kerja, adalah sangat memungkinkan dibuat drainasi berbentuk trapesium. Bentuk ini memiliki kapasitas aliran yang besar dan dengan pemilihan kemiringan trapesium yang tepat akan mencegah terjadinya erosi.

3) Pengontrolan Erosi

Permasalahan utama menggunakan drainasi sisi jalan adalah erosi atau pengendapan lumpur. Erosi disebabkan oleh adanya aliran air yang cepat dalam jumlah yang banyak. adalah sangat dimungkinkan untuk mengurangi laju aliran dengan memperbesar sisi drainasi, tapi cara terbaik untuk mengurangi erosi adalah mengurangi beban air hujan yang mengalir dalam drainasi jalan. Hal ini dapat

dilakukan dengan membuang air saluran kedalam Saluran pembuang (mitre drain) dalam interval yang memadai sebelum permukaan air dalam saluran naik meluap. Metode lain dalam mengontrol terjadinya erosi adalah dengan menempatkan tenggul penahan air. Hal ini hanya dapat diterapkan untuk kondisi perengan (jurang) atau tanah trap-trapan atau perbukitan dimana tidak dimungkinkan untuk membuang air dalam saluran kedalam mitre drain. Fungsi bangunan penahan air ini adalah untuk mengurangi laju aliran air dengan mengurangi kemiringan kemiringan saluran. Dengan adanya tanggul ini, lumpur-lumpur akan tertahan dibelakang tanggul air.

Endapan lumpur dihasilkan dari pasir dan larutan tanah dalam air. Dimana hal ini bisa terjadi pada aliran air yang lamban atau genangan air. Untuk pengendapan partikel-partikel ini membutuhkan waktu yang lama, sehingga dikemudian hari saluran ini akan dipenuhi lumpur. Sebagai pemecahan permasalahan adalah dengan mengkosongkan saluran samping jalan ini secara berkala dengan membuat saluran pembuang (mitre drain) dalam jarak tertentu dan teratur.

Dalam beberapa kasus, sangatlah bijaksana untuk membuat bangunan pemotong saluran atau interception drain yang mana untuk mencegah meluapnya air ke badan jalan. Hal ini sangat berguna khususnya disekitar daerah yang terkena banjir, gorong-gorong, dan jembatan. Bangunan ini juga efektif pada saluran pembuang dari saluran disisi jalan yang berbukitan (dengan kondisi lokasi yang lebih tinggi).

Untuk diingat

Cara yang paling baik untuk memmecahkan persoalan yang disebabkan oleh aliran air adalah umumnya mengalihkan aliran air dari permukaan jalan sebelum jalan tersebut rusak.

Dalam dokumen petunjuk pelaksanaan pembangunan jalan desa (Halaman 81-86)