• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bactrocera spp (DIPTERA: TEPHRITIDAE)

Budi Untari 1, Ahsol Hasyim2, Setiawaty Yusuf3

1,3Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Sriwijaya 2Balitsa Lembang Bandung

1) untaribudi@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi sediaan isolat beta-karyofilen dari daun Gelam merah dan eugenol dari bunga kenanga sebagai atraktan terhadap lalat buah jantan Bactrocera spp. Pengujian di lapangan dilakukan dengan konsentrasi sediaan 60; 40; 20%. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa, isolat eugenol dan beta -karyofilen cukup efektif digunakan pada konsentrasi 60%. Dari formulasi sediaan salap dan larutan eugenol serta beta-karyofilen konsentrasi 60% mempunyai masa aktif paling lama yaitu 7 hari. Sediaan salap dan larutan eugenol serta beta-karyofilen merupakan atraktan bagi kelompok lalat buah Bactrocera dorsalis complex dan Bactrocera carambolae.

Kata kunci: Isolat beta-karyofilen, eugenol, perangkap, lalat buah

1 PENDAHULUAN

Ketergantungan petani terhadap penggunaan insektisida sintetik untuk mengendalikan hama yang cukup tinggi, perlu segera diatasi dengan mencari alternatif pengendalian lain yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian yang banyak dilakukan saat ini adalah memanfaatkan tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida atau ekstrak tumbuhan yang bersifat atraktan [1, 2, 3, 4, 5, 6] khususnya tumbuhan yang mudah diperoleh dan dapat diramu petani sebagai sediaan attraktan nabati dimasa mendatang.

Kehadiran lalat buah pada tanaman disebabkan karena adanya rangsangan bahan kimia tertentu yang dihasilkan oleh tanaman yang berupa bau (olfaction) atau berupa warna tertentu yang menarik (vision). Berdasarkan fakta tersebut, manipulasi ekologi kimia lalat buah diharapkan merupakan alternatif pengendalian yang dapat dikembangkan [7]. Informasi tentang bahan kimia yang dihasilkan tanaman yang menyebabkan lalat buah mengunjungi tanaman perlu diperoleh guna mendapatkan bahan penarik lalat buah. Beberapa tumbuhan tingkat tinggi, terutama yang mengandung minyak atsiri dapat melepaskan sejumlah senyawa volatil dan dapat mempengaruhi respon tingkah laku dari serangga. Senyawa volatil tidak

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

130

dapat larut dalam air, namun dapat larut dalam air panas. Oleh karena itu untuk memperoleh senyawa ini dapat dilakukan dengan cara destilasi, maserasi, effeurage, ekstraksi gas, dan penarikan dengan pelarut organik seperti heksana, sedangkan sisa resin yang ada dalam ekstrak dipisahkan dengan alkohol [8].

Dari berbagai survey dilapangan tumbuhan Occimum sanctum sering dikunjungi lalat buah di pagi hari, namun sebaliknya tumbuhan Elsholtzia pubescens Bth. berbau wangi namun tidak dikunjungi lalat buah, tetapi minyak atsiri yang dihasilkannya dapat menarik hama lalat buah spesies B. tau [2, 9]. Oleh karena itu untuk mendapatkan bahan penarik yang efektif dalam mengendalikan lalat buah perlu dilakukan upaya eksplorasi bahan-bahan tumbuhan yang biasa dikunjungi lalat buah atau berbau wangi. Dari hasil eksplorasi kemudian dilakukan isolasi dan identifikasi serta pengujian bahan aktif yang dikandung dari setiap materi tanaman dalam rangka untuk mencari terobosan kemungkinan pengembangannya.

Pemakaian insektisida sampai saat ini masih menimbulkan permasalahan di lingkungan. Salahsatu alternatif pemecahan permasalahan yang ada yaitu pemanfaatan bahan alam sebagai insektisida, seperti pemanfaatan bahan alam sebagai atraktan pengendali hama lalat buah. Terbatasnya informasi tentang bioaktivitas tumbuhan aromatis yang ada di Sumatera Selatan sebagai sumber atraktan terhadap hama lalat buah serta mahalnya harga sediaan atraktan di pasaran bagi petani. Dalam upaya menggali informasi tersebut, pertanyaan yang timbul adalah: Dapatkah sediaan bahan alam dari tumbuhan aromatis di Sumatera Selatan berfungsi sebagai atraktan pengendali hama lalat buah dan seberapa besar potensinya untuk digunakan sebagai agens pengendali hama lalat buah yang ramah lingkungan dan dapat dimanfaatkan petani sebagai komponen Perlindungan Hama Tanaman.

2 METODOLOGI

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat beta-karyofilen yang diisolasi dari daun gelam merah (Melalaeuca cajuputi Roxb), eugenol dari bunga kananga (Cananga odorata), dan metil eugenol, n-heksana, metanol, etil asetat, silika gel 254, iodium. Peralatan yang digunakan alat gelas, kolom gelas, KLT, Kromatografi Gas-Sperktrofotometri Massa dan perangkap. Isolat beta-karyofilen hasil isolasi dari daun tumbuhan gelam merah (Melalaeuca cajuputi Roxb), eugenol dari bunga kananga (Cananga odorata).

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

131

Sediaan formula setengah padat dengan bahan vaselin album dan paraffin solidum di masukkan ke dalam beker gelas dan di panaskan di penangas air sampai bahan mencair. Bahan dasar diaduk dengan batang pengaduk sampai homogen. Setelah dingin, dibuat formula sediaan konsentrasi 60; 40; 20% untuk isolat beta-karyofilen dan eugenol. Campuran digerus homogen di dalam lumpang. Untuk sediaan cair dengan bahan dasar minyak sawit juga dibuat dengan konsentrasi yang sama. Campuran senyawa dengan minyak sawit diaduk homogen dalam lumpang.

Kestabilan fisik dan kimia diteliti secara rutin meliputi kemantapan fisik yaitu perubahan bau, perubahan warna, perubahan bentuk sediaan.(homogenitas). Untuk perubahan warna dan bau dipantau dalam waktu 8 minggu.

Pengujian bioaktivitas atraktan isolat di pertanaman kebun timun dan belimbing menggunakan rancangan acak kelompok dan 3 ulangan memakai metode Steiner [10] (Gambar 1). Perangkap yang dibuat dari botol air mineral bekas yang dimodifikasi berisi air 30 ml. Dioleskan sediaan aktif atraktan padat atau cair 0,5 g di kapas yang digantung dalam botol masing-masing yang kiri dan kanannya berlubang untuk jalan masuknya lalat buah. Setiap perangkap berisi satu sediaan dan perangkap digantung pada cabang tanaman belimbing 1,5 meter dari permukaan tanah atau tanaman timun. Untuk tanaman cabe merah digantung pada kayu penyangga setinggi tanaman cabe. Kontrol yang digunakan adalah metil eugenol pada tanaman belimbing dan pada tanaman timun. Peletakan perangkap dikebun tanaman dilakukan dari jam 8.00 WIB sampai lalat buah tidak tertangkap lagi.

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

132

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kestabilan Fisik dan kimia

Dari sediaan salap dan larutan dengan basis salap paraffin solidum dan vaselin album dan larutan atraktan dengan konsentrasi 60%; 40%; 20% dan larutan dengan pelarut minyak kelapa sawit dengan konsentrasi yang sama. Sediaan salap stabil tidak terpecah dan sediaan larutan tetap homogen. Terlihat pula bahwa sifat fisik salap dan larutan dengan bentuk masing-masing bentuk setengah padat dan larutan kental dengan bau aromatik seperti dipaparkan pada pada Tabel 1.

Tabel 1 Sifat fisik sediaan salap dan larutan.

Formula Bentuk Homogenitas Warna Bau SB60% Setengah padat homogen Putih kekuningan Aromatik SB40% Setengah padat homogen Putih kekuningan Aromatik SB20% Setengah padat homogen Putih kekuningan Aromatik SE60% Setengah padat homogen Putih kekuningan Aromatik SE40% Setengah padat homogen Putih kekuningan Aromatik SE20% Setengah padat homogen Putih kekuningan Aromatik LB60% Cairan homogen Kekuningan Aromatik LB40% Cairan homogen Kekuningan Aromatik LB20% Cairan homogen Kekuningan Aromatik LE60% Cairan homogen Kekuningan Aromatik LE40% Cairan homogen Kekuningan Aromatik LE20% Cairan homogen Kekuningan Aromatik

Ket. SB = Sediaan padat beta-karyofilen LE = Larutan eugenol LB = Larutan beta-karyofilen SE = Sediaan padat eugenol

Dari data hasil pengamatan stabilitas secara organoleptis selama waktu penyimpanan delapan minggu pada suhu kamar menunjukkan bahwa tidak terjadinya perubahan homogenitas, warna maupun bau. Selama penyimpanan pada suhu kamar, sediaan salap dan larutan tetap homogen hingga pengamatan pada minggu ke delapan yaitu setiap sediaan tidak berubah bentuk fisiknya. Hasil pemeriksan warna pada sediaan salap dan larutan tetap tak berubah pada setiap sediaan. Dengan demikian secara organolepastis dikatakan sediaan memiliki kestabilan yang cukup baik. Hasil pemeriksaan sediaan salap dan larutan selama waktu penyimpanan delapan minggu pada suhu kamar.

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

133

3.2 Hasil Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH adalah salahsatu pemeriksaan kriteria kimia dan fisika dalam memprediksi kestabilan sediaan salap dan larutan. Profil pH menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa [11]. Dari Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa hasil pengamatan sediaan salap dan larutan mengalami sedikit perubahan selama waktu penyimpanan pada suhu kamar. Terlihat bahwa pH dari sediaan terjadi sedikit penurunan pH tapi masih dalam batas kewajaran karena perubahan itu kemungkinan disebabkan oleh suhu yang berbeda selama penyimpanan ketika pengamatan.

Tabel 2 pH sediaan salap selama penyimpanan 8 minggu.

Formula pH minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 SB1 6.19 6.19 6.17 6.17 6.17 6.17 6.14 6.14 SB2 6.18 6.17 6.15 6.15 6.15 6.15 6.15 6.15 SB3 6.18 6.18 6.18 6.18 6.18 6.18 6.18 6.18 SE1 6.19 6.19 6.19 6.18 6.18 6.18 6.18 6.17 SE2 6.18 6.17 6.17 6.17 6.17 6.17 6.17 6.17 SE3 6.17 6.17 6.17 6.17 6.17 6.17 6.16 6.16

Tabel 3 pH sediaan larutan selama penyimpanan 8 minggu.

Formula pH minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 LB1 6.56 6.56 6.56 6.56 6.55 6.53 6.50 6.50 LB2 6.42 6.42 6.42 6.42 6.42 6.40 6.40 6.40 LB3 6.42 6.45 6.45 6.45 6.45 6.45 6.45 6.45 LE1 6.51 6.51 6.51 6.51 6.50 6.50 6.50 6.50 LE2 6.49 6.49 6.49 6.49 6.48 6.48 6.44 6.44 LE3 6.47 6.47 6.47 6.47 6.47 6.47 6.46 6.46

3.3 Pengujian Aktivitas di Pertanaman Belimbing di Desa Sembawa Banyuasin

Uji ketertarikan di kebun belimbing menggunakan perangkap dengan konsentrasi 0,5 ml, terlihat sediaan uji dengan aktivitas ketertarikan terhadap B. carambolae dan B papayae. Senyawa beta-karyofilen merupakan turunan terpenoid sedang eugenol turunan fenilpropanoid. Bila ketertarikan lalat buah jantan terhadap sediaan uji, dianalisis dengan

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

134

One-Way ANOVA terlihat adanya perbedaan yang nyata pada ketertarikan lalat buah jantan terhadap semua perlakuan (F =11,19; S= 0.00). Hal ini memperlihatkan bahwa ketertarikan lalat buah jantan B. carambolae terhadap sediaan salap, larutan dan pembanding ME berbeda. Bila diuji dengan Tukey 5%. terlihat bahwa pembanding ME berbeda nyata terhadap perlakuan salap dan larutan lainnya. Senyawa turunan fenilpropanoid aktif sebagai atraktan terhadap lalat buah B. dorsalis complex [12, 13, 14].

Tabel 4 Persen ketertarikan lalat buah pada pengamatan di pertanaman belimbing Perlakuan Lalat buah yang

terperangkap (ekor) Masa efektif (hari) SB1 13b 7 SB2 11b 2 SB3 6a 2 SE1 13b 7 SE2 10b 2 SE3 8a 1 LF1 15b 7 LF2 11b 3 LF3 5a 2 LE1 13b 7 LE2 10b 2 LE3 5a 1 ME 26c 14

Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata sedangkan nilai yang diikuti oleh notasi yang berbeda berarti berbeda nyata pada uji Tukey HSD taraf 5%.