• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERITING ( Capsicum annuum L.) Yulianty, Eti Ernawiati, Sri Wahyuningsih

2 METODE PENELITIAN 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh datasebagai berikut :

3.1 Diameter Bercak

Diameter bercak yang terbesar terdapat pada kombinasi perlakuan A0B3 (kontrol, lama perendaman 72 jam) sebesar 0,83 cm. Sedangkan diameter bercak yang terendah terdapat pada kombinasi perlakuan A3B2 (konsentrasi 60%, lama perendaman 48 jam) yaitu sebesar 0,24 cm. Untuk data diameter bercak dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Nilai rata-rata Diameter bercak pada buah cabai ( Capsicum annuum L.) oleh koloni jamur Colletotrichum capsici

Konsentrasi (%) B1 (24 jam) Lama Perendaman (jam) B2 (48 Jam) B3 (72 jam) Rata-rata A0 (0%) 0,925 0,962 1,006 0,964b

A1 (20%) 1,123 1,067 1,119 1,103° A2 (40%) 1,027 1,154 1,098 1,093° A3 (60%) 1,064 1,005 1,050 1,039ab A4 (80%) 1,012 1,072 0,978 1,023ab Ket : angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan

taraf 5% .

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan konsentrasi ekstrak daun kembang sungsang memberikan pengaruh terhadap diameter bercak, setelah dilakukan Uji Duncan diperoleh konsentrasi 0% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 60% (A3) dan A4 (80%). Tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi ekstrak 20% dan 40%. Diameter bercak yang terbesar terdapat pada konsentrasi 20% (A1), seiring dengan kenaikan konsentrasi diameter

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

23

bercak semakin berkurang. Pada konsentrasi 20% dan 40 % perkembangan jamur tidak terhambat sehingga mampu menimbulkan bercak yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi 60% dan 80%. Hal ini membuktikan adanya kandungan kolkisin yang terdapat pada daun kembang sungsang mampu menghambat perkembangan jamur Colletotrichum capsici.

3.2 Intensitas Serangan

Intensitas Serangan yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan A2B2 (konsentrasi 40% dengan lama perendaman 48 jam). Sedangkan Intensitas Serangan yang terendah terdapat pada kombinasi perlakuan A4B3 ( konsentrasi 80% dengan lama perendaman 72 jam).

Tabel 2 Nilai rata-rata Intensitas Serangan jamur Colletotrrichum capsici pada buah cabai (Capsicum annuum L.).

Konsentrasi

Ekstrak (%) Lama Perendaman Benih 24 Jam (B1) 48 jam(B2) 72 jam (B3) 0% (A0) 45,833abc 46,873abc 62,500ab 20% (A1) 40,625bc 52,083abc 54,168abc 40% (A2) 43,750abc 66,668a 47,918abc

60% (A3) 44,790abc 39,583bc 52,085abc 80% (A4) 52,083abc 45,833abc 35,415c

Ket : angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%

Kombinasi perlakuan pada A2B2 (konsentrasi 40% dengan lama perendaman 48 jam) yang mempunyai nilai Intensitas Serangan yang tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada kombinasi perlakuan tersebut konsentrasi dan lama perendaman yang diberikan belum efektif dalam mengendalikan penyakit antraknosa sehingga masih mempunyai kemampuan untuk menyerang tanaman cabai. Kemampuan jamur C. capsici untuk menyerang tanaman disebabkan adanya toksin yang dihasilkan oleh jamur tersebut yaitu colletotricin yang dapat meningkatkan kemampuan jamur dalam menimbulkan penyakit [9].

3.3Kepadatan Konidia (sel/ml)

Kepadatan konidia yang terbesar terdapat pada kombinasi A2B2 (konsentrasi 40% dengan lama perendaman 48 jam) sebesar 5,190 sel/ml. Sedangkan jumlah konidia yang

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

24

terkecil terdapat pada kombinasi perlakuan A4B1 (konsentrasi 80% dengan lama perendaman 24 jam) sebesar 2,922 sel/ml.

Tabel 2 Nilai rata-rata jumlah konidia jamur Colletotrichum capsici pada buah cabai (Capsicum annuum L.)

Konsentrasi (%) B1 (24 jam) B2 (48 Jam) Lama Perendaman (jam) B3 (72 jam) A0 (0%) 4,065abcde 3,510cde 3,005e A1 (20%) 4,846ab 3,309de 4,746abc A2 (40%) 3,252de 5,190° 5,075a

A3 (60%) 4,381abcd 3,583bcde 3,740bcde A4 (80%) 2,922e 3,176de 3,725bcde

Ket: angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%

Kombinasi perlakuan yang terbaik ditunjukkan pada konsentrasi 80 % dengan lama perendaman 24 jam. Pada kombinasi perlakuan tersebut membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun kembang sungsang mampu menghambat perkembangan jamur C. capsici dengan cara menghambat pembentukan spora yang ditandai dengan jumlah konidia yang paling sedikit , sedangkan pada konsentrasi dan lama perendaman yang tidak sesuai akan mengakibatkan kemampuan jamur C. capsici dalam pembentukan spora (konidia) akan meningkat yang ditandai dengan jumlah konidia yang semakin meningkat pula. Menurut [10], tahap-tahap pembentukan spora pada jamur Colletotrichum akan diawali dengan pembentukan appresoria yang dapat mengakibatkan jamur tersebut mampu masuk atau melakukan penetrasi ke dalam jaringan tumbuhan, dan diakhiri dengan pembentukan spora (konidia). Seperti yang dikatakan oleh [11] bahwa pemberian kolkisin dalam konsentrasi yang sesuai dapat menghambat perkembangan konidiofor dan kemampuan untuk menghasilkan spora. Hal ini didukung oleh pernyataan [12], bahwa pada umumnya mutagen (agen mutasi) mampu mempengaruhi produksi konidia dengan cara menghambat pertumbuhan konidiofor. Selanjutnya Moore-Landecker (1996) menyatakan bahwa sporulasi tidak akan terjadi jika jamur tumbuh pada kondisi yang tidak mendukung proses pertumbuhan dan perkembangannya.

4 KESIMPULAN

Hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Pemberian eksrak daun kembang sungsang memberikan pengaruh terhadap

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

25

diameter bercak, intensitas serangan, dan kepadatan konidia

b. Konsentrasi optimum yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit

antraknosa adalah 80% dan lama perendaman 24 jam.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada DIKTI yang telah memberikan dana pada penelitian ini dan penulis ucapkan terima kasih kepada Ari Astuti yang telah membantu dalam pengambilan data. Penelitian ini merupakan bagian dari Hibah Bersaing tahun anggaran 2010.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Chen, B. 2005. Screening Sweet Pepper for Resistance to Antracnose Caused by Colletotrichum capsici. http ://www.arc-avrdc.org/PDF_ Files/Chen Baoli (9 – N). pdf. [2] Syamsuddin. 2003. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Borne Diseases) Pada Tanaman Cabai ( Capscum annuum L.) Menggunakan Agen Biokontrol dan Ekstrak Botani. Institut Pertanian Bogor.

http ://tumoutou.net/702-07134/syamsuddin.htm. 14/12/2006

[3] Acharya, D., Anshu,S.; dan Garima, S. 2005. Gloriosa superba : Naturally a Handsome Herb. http://www.disabled-world.com/artman/publish/glory.html. 4/12/2006.

[4] Addink, W. 2002. Colchicine Used in Plant Breeding Work to Induce Mutation (Poliploidy). http://biotech.icmb.utexas.edu/botany/calch.html. 09/06/2006

[5] Crowder, L.V. 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. [6] Yulianty. 2008. Penggunaan Umbi Kembang Sungsang ( Gloriosa superba L.) Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa ( Colletotrichum capsici ) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Prosiding Seminar Nasional Sains & Teknologi-II. ISBN 978-979-1165-74-7

[7] Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. ITB, Bandung.

[8] Kim, K.D., Oh, J. and Yang, J.. 1999. Differential Interactions of a Colletotrichum gloeosporioides Isolate With Green and Red Pepper Fruits. Phytoparasitica 27: 1-10

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

26

[9] Yoshida, S., S. Hiradate., Y. Fujii, and A. Shirata. 2000. Colletotrichum dematium Produces Phytotoxins in Antracnose Lesions of Mulberry Leaves. Phytopathology. 90 : 285 – 291.

[10] Prusky, D., Ilana Kobiler, Ruth Ardi, Dalila Beno-Moalem, Nir Yakoby, and Noel T. Keen. 2000. Resistance Mechanism of Subtropical Fruits to Colletotrichum gloeosporioides. In : Prusky, D., Stanley Freeman, and Martin. B. Dickman. eds. Colletotrichum : Host Specificity Pathology, and Host-Pathogen Interaction. The American Phytophatological Society. USA.

[11] Sudjadi, M dan Tri P. Priyatno. 2005. Mutasi Jamur Patogen Serangga Hirsutella citriformis Spora Pada Suhu Tingga (350 0C). Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian http:// biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/prosiding/fultext-pdf/prosiding 2007.352-355 sudjadi.pdf. Diakses 16/12/2010.

Prosiding Seminar Nasional Sains IV; Bogor, 12 November 2011

27

EFISIENSI PEMBUATAN BIOGAS DAN PUPUK