Lembaga Kepolisian Nasional
H. Badan/Lembaga Ekstra Struktural
Badan/Lembaga Ekstra Struktural pada dasarnya adalah badan/ lembaga yang bersifat penunjang dan/atau pelengkap tatanan organisasi pemerintahan yang melaksanakan fungsi-fungsi khusus di bidang tertentu untuk menunjang pelaksanaan urusan pemerintahan. Badan/Lembaga ini secara organik tidak termasuk dalam struktur organisasi Kementerian Negara (Kementerian Koordinator, Departemen, Kementerian Negara) dan/atau LPND. Badan/Lembaga Ekstra Struktural dapat dipimpin atau diketuai oleh Menteri, bahkan Presiden atau Wakil Presiden.
Badan/Lembaga ini mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang signifikan terletak pada dasar hukum pembentukannya. Nomenklatur yang digunakan juga beragam seperti : Dewan, Badan, Komisi, Komite, Lembaga, dan Tim. Badan/Lembaga Ekstra Struktural yang terbentuk:
1. Dewan, antara lain: Dewan Ketahanan Pangan, Dewan Maritim
Indonesia, Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah;
2. Badan, antara lain: Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP), Badan Koordinasi Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BKPTKI), Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, Badan Pertimbangan dan Pendidikan Nasional;
3. Komisi, antara lain: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU);
4. Komite, antara lain: Komite Kebijakan Sektor Keuangan,
Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Komite Olah Raga Nasional Indonesia, Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran;
5. Lembaga, antara lain: Lembaga Sensor Film, Lembaga
Koordinasi Pangan Dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
I. Aparatur Pemerintah Daerah
Sesuai dengan amanat UUD 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu, melalui otonomi luas, daerah
diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam
Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Penyelenggaraan pemerintahan daerah secara konstitusional didasarkan pada Pasal 18, 18A dan 18B dalam Undang- Undang Dasar 1945. Kemudian secara rinci, penyelenggaraan pemerintahan daerah saat ini diatur berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Derah.
1. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
a. Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah Daerah yang disebut Kepala Daerah.
Gubernur, sebagai Kepala Daerah Provinsi, Bupati sebagai
Kepala Daerah Kabupaten, dan Walikota sebagai Kepala Daerah Kota. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Daerah dibantu oleh Wakil Kepala Daerah, yang masing masing disebut sebagai Wakil Gubernur untuk Provinsi, Wakil Bupati untuk Kabupaten, dan Wakil Walikota untuk Kota.
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih secara
langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Saat ini peraturan perundangan yang mengatur tentang pemilihan Kepala dan Wakil Kepala Daerah adalah Peraturan
Pemerintah No.6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Pasangan Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat
dicalonkan baik oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu, dengan memperhatikan sejumlah
kursi tertentu dalam DPRD dan atau memperoleh dukungan
suara dalam Pemilu Legislatif dalam jumlah tertentu. b. Perangkat Daerah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah. Secara umum perangkat daerah terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam Lembaga Sekretariat.
¾ Unsur pendukung Tugas Kepala Daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah.
¾ Unsur pelaksana urusan daerah, yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah. Dasar utama penyusunan
perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu
ditangani. Namun, tidak berarti bahwa setiap penanganan
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor: kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan
tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,
jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Dengan demikian kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing- masing daerah tidak selalu sama atau seragam.
Secara singkat dalam Pasal 120 ayat (1) dan (2), pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa:
¾ Perangkat Daerah Provinsi terdiri atas: Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah;
¾ Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas:
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan.
Tata cara atau prosedur, persyaratan, kriteria pembentukan suatu organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam
peraturan daerah yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan Pemerintah (Catatan : Saat ini pedoman yang
tentang Pedoman Penyusunan Perangkat Daerah. Namun karena ada berbagai kendala dalam pelaksanaannya, PP No.8 Tahun 2003-saat ini tengah dalam proses revisi oleh Tim yang anggotanya dari berbagai Departemen/Instansi).
c. Keuangan Daerah
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal, apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang- Undang tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU No.33 Tahun 2004), di mana besarnya disesuaikan dan disalurkan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah.
Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan.
Dalam mengatur keuangan daerah, pada dasarnya Pemerintah menerapkan prinsip “uang mengikuti fungsi” (money
follow function). Pengaturan pengelolaan dan pertanggung
jawaban keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam Undang- Undang mengenai Pemerintahan Daerah.
d. Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah
Penyelenggara pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas, wewenang, kewajiban, dan tanggung jawabnya serta atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dapat menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan
antara lain dalam peraturan daerah, peraturan kepala
daerah, dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakan daerah
ini tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi dan kepentingan umum serta peraturan Daerah lain.
Peraturan daerah dibuat oleh DPRD bersama-sama
Pemerintah Daerah. Prakarsa pembuatan peraturan daerah
dapat berasal dari DPRD maupun dari Pemerintah Daerah. Khusus peraturan daerah tentang APBD rancangannya disiapkan oleh Pemerintah Daerah yang telah mencakup kewenangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD.
Peraturan daerah dan ketentuan Daerah lainnya yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam
Lembaran Daerah. Peraturan daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, perubahan APBD, dan Tata Ruang, berlakunya setelah melalui tahapan evaluasi oleh Pemerintah.
e. Kepegawaian Daerah
Kepegawaian Daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sekurang- kurangnya meliputi perencanaan, persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penggajian, pemberhentian, pensiun, pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab, larangan, sanksi, dan penghargaan merupakan sub sistem dari sistem kepegawaian secara nasional. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian
kewenangan di bidang kepegawaian daerah untuk di serahkan kepada daerah yang dikelola dalam sistem
merupakan suatu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional.
f. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau
Gubernur selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya Tujuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Dalam rangka pembinaan oleh Pemerintah,
Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi serta oleh Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan Kebupaten/Kota.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan utamanya terhadap peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Susunan dan Kedudukan DPRD diatur dalam undang-Undang No. 22 tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukan DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
a. Fungsi DPRD
DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
b. Tugas dan Wewenang DPRD
DPRD mempunyai tugas dan wewenang seperti:
1) Membentuk Perda yang dibahas dengan Kepala daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama;
2) Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama Kepala daerah;
3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah;
4) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten/Kota; 5) Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi
kekosongan jabatan wakil kepala daerah;
6) Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
7) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah; 8) Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban kepala
9) Membentuk panitia pemilihan kepala daerah;
10) Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah; 11) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama
antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
c. Alat kelengkapan DPRD:
Alat kelengkapan DPRD terdiri atas: 1) Pimpinan;
2) Komisi;
3) Panitia Musyawarah; 4) Panitia Anggaran; 5) Badan Kehormatan, dan
6) Alat Kelengkapan lain yang diperlukan.
d. Keanggotaan
1) DPRD Provinsi yang beranggotakan 35 orang sampai