• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

i

Hak Cipta ©

Pada

: Lembaga Administrasi Negara

Edisi Tahun 2008

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

Jl. Veteran No. 10, Jakarta, 10110

Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800187

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

Jakarta - LAN - 2008

xxx hlm : 15 x 21 cm

ISBN : xxx-xxxx-xx-x

MODUL DIKLATPIM TINGKAT IV

(2)

iii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional. Untuk mewujudkan profesionalisme PNS ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi

kepemimpinan bagi para pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon

IV baik di lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabat struktural yang berada pada posisi paling depan atau ujung tombak, pejabat struktural eselon IV memainkan peran yang sangat penting karena bertanggung jawab dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan-kegiatan secara langsung, sehingga buah karyanya dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan Diklat dapat lebih ditingkatkan sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon IV yang profesional dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan dan alumni tersebut menghasilkan kualitas yang sama, walaupun diselenggarakan dan diproses oleh Lembaga Diklat yang berbeda, maka LAN menerapkan kebijakan standarisasi program Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Proses standarisasi meliputi

keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran sampai pada pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang mengalami proses standarisasi adalah modul atau bahan ajar untuk para peserta (participants’ book). Disadari sejak modul-modul tersebut diterbitkan, lingkungan strategis khususnya kebijakan-kebijakan nasional pemerintah juga terus berkembang secara dinamis. Di samping itu, konsep dan teori yang mendasari substansi modul juga mengalami perkembangan. Kedua hal inilah yang menuntut diperlukannya penyempurnaan secara menyeluruh terhadap modul-modul Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ini. Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul yang telah mengalami penyempurnaan ini, dan mengaharapkan agar peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga modul hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Maret 2008 KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

(3)

v vi DAFTAR ISI

Lembar Judul. ...

Lembar Pengesahan ISBN. ...

Kata Pengantar. ... Daftar Isi. ...

i

i i

iii

(4)
(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Administrasi negara sebagai Sistem (Sistem Administrasi Negara) pada dasarnya adalah sistem penyelenggaraan kebijakan negara yang meliputi pengelolaan proses kebijakan mulai dari perumusan, penetapan, pelaksanaan sampai dengan tahap evaluasi kinerja satuan kebijakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa.

Dalam kaitan ini lembaga-lembaga negara yang ada merupakan institusi penyelenggaraan sistem kebijakan tersebut. Lembaga-lembaga Negara tersebut terlibat dalam proses perumusan suatu kebijakan sesuai dengan peran dan fungsi manajemen lembaga tersebut. Dengan perkataan lain bahwa administrasi negara sebagai suatu sistem yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan negara melalui lembaga-lembaga negara yang berbentuk peran dan fungsinya sesuai dengan ketentuan Administrasi negara yaitu UUD 1945.

Sistem administrasi negara pada dasarnya mengandung unsur-unsur tertentu seperti lazimnya suatu sistem, yaitu:

a. Nilai, yang mencakup landasan, falsafah, cita-cita dan tujuan negara;

b. Struktur, yang menggambarkan keberhasilan lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintah dengan kewenangan masing-masing;

c. Proses, yang berupa kegiatan dan saling hubungan antara lembaga-lembaga yang ada dalam negara dalam mewujudkan tujuan berbangsa yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan organisasi dan tuntutan seluruh rakyat sebagai pemilik keseluruhan negara.

Sistem dan proses administrasi negara yang dikembangkan dalam menghadapi dinamika dan kompleksitas kehidupan suatu negara atau bangsa memerlukan penyelesaian misalnya dengan pandangan hidup, cita-cita dan tujuan bangsa dalam bernegara sistem dengan konstitusi negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan tidak ada satu negara pun yang memiliki landasan falsafah dan pandangan hidup, ataupun konstitusi dan kondisi lingkungan yang sama persis dengan negara lain. Oleh karena itu sistem administrasi negara dari suatu negara memiliki keunikan tersendiri seperti halnya dengan sistem administrasi negara Republik Indonesia.

B. Deskripsi Singkat

Mata Diklat ini menjelaskan tentang Sistem Administrasi Negara RI yang meliputi aspek kelembagaan, kepegawaian, susunan kewenangan, hubungan antar lembaga Tertinggi/Tinggi Negara beserta penjabaran dan mekanisme hubungan kerjanya, sehingga dipahami posisi dan peran instansinya dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara.

C. Hasil Belajar

(6)

4

D. Indikator Hasil Belajar

Indikator-indikator hasil belajar adalah:

1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Administrasi Negara Indonesia sebagai suatu sistem;

2. Peserta mampu memahami dan menjelaskan kedudukan dan susunan lembaga-lembaga negara;

3. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara;

4. Peserta mampu memahami dan menjelaskan tentang pentingnya koordinasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

E. Materi Pokok

Materi pokok yang dibahas dalam modul SANRI ini adalah: 1. Administrasi Negara Indonesia Sebagai Suatu Sistem; 2. Kedudukan dan Susunan Lembaga-lembaga Negara; 3. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara; 4. Koordinasi dan Hubungan Kerja.

F. Manfaat

Berbekal hasil belajar pada modul SANRI ini peserta diharapkan mampu memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan dalam penyelenggaraan Negara tersebut guna peningkatan kinerja instansinya.

BAB II

ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA

SEBAGAI SUATU SISTEM

Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu menjelaskan Administrasi Negara sebagai suatu sistem

A. Administrasi

Administrasi oleh Leornard D. White dikatakan sebagai proses yang umum terdapat dalam semua usaha kelompok, negara ataupun swasta, sipil ataupun militer, berskala kecil maupun besar. “Administration is a process common to all group effort, public

or private, civil or military, large or small scale” (1958:1).

Sedangkan Dimock & Dimock mengemukakan : “In its broadest

sense, administration (or management, a word used inter-changeably with in common parlance) is involed in almost every individual or group activity”. Dalam pengertiannya yang sangat

luas, administrasi (atau manajemen, satu kata yang dalam percakapan umum saling dipertukarkan penggunaannya dengan administrasi) bersangkutan dengan setiap aktivitas individu atau kelompok. Selanjutnya Dimock & Dimock menegaskan bahwa pada dasarnya administrasi merupakan aktivitas kerja sama kelompok”basically

(7)

Dari pengertiannya yang hakiki itu, dapatlah dikenali unsur-unsur atau sub-sub sistem yang mengakibatkan terjadinya sistem administrasi tersebut, yaitu : manusia, tujuan, tugas, kerjasama dan sarana.

1. Manusia

Karena administrasi adalah aktivitas kerjasama kelompok, maka jumlah manusia adalah dua atau lebih. Manusia dalam administrasi mencakup mereka yang menentukan dan melaksanakan tugas pencapaian tujuan. Disatu pihak manusia menentukan tujuan, sebaliknya rekrutmen manusia-manusianya kemudian dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

2. Tujuan

Disamping dipengaruhi dan mempengaruhi manusianya, tujuan juga menentukan tugas-tugas apa yang dilaksanakan dan bagaimana kerjasama serta apa sarananya. Sebaliknya pencapaian tujuan akan dipengaruhi bagaimana pelaksanaan tugas, kerjasama dan sarananya.

3. Tugas

Tugas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tujuan, manusia, kerjasama dan sarana.

4. Kerjasama

Kerjasama mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tujuan, manusia, tugas dan juga sarana-sarananya.

5. Sarana

Sarana mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tujuan, manusia, tujuan dan kerjasama. Sarana meliputi dana, alat dan perabot kerja, tempat kerja dan lain-lain.

Sistem administrasi dengan sub-sistemnya yang hakiki tersebut dapat divisualisasikan seperti dalam gambar 1.

Gambar : 1. Sistem Administrasi

B. Administrasi Negara

Administrasi negara merupakan salah satu kekhususan (spesies) dari administrasi yang bersifat umum (genus), disamping Administrasi privat (bisnis) dan administrasi internasional. Karena Administrasi adalah suatu sistem, maka administrasi Negara juga adalah suatu sistem seperti halnya sistem administrasi.

Leonard D. White (1958:1) menyebutkan bahwa dalam pengertian yang luas, administrasi negara terdiri atas seluruh kegiatan pelaksanaan yang bertujuan untuk memenuhi atau mendukung kebijakan negara “in broadest terms, public administration

consists of all those operation having for their purpose the fulfillment or enforcement of public policy”. Dimock & Koenig

(dalam Drs. Soewarno Handayaningrat, 1986:3), menyatakan bahwa administrasi negara adalah kegiatan negara dalam melaksanakan

TUJUAN

TUGAS MANUSIA

KERJASAMA

SARANA

TUJUAN

TUGAS MANUSIA

KERJASAMA

(8)

kekuasaan politiknya; dalam arti sempit adalah kegiatan departemen dalam melaksanakan pemerintahan “Public administration is the

activity of the state in the exercise of its political powers; in a narrow sense, the activity of the executive departement in the conduct of the government”. Sedangkan Pfiffner dan Presthus

(1967:7) mendefinisikan administrasi negara sebagai koordinasi upaya-upaya individu dan kelompok untuk melaksanakan kebijakan negara. “Public administration may be defined as the

coordination of individual and group efforts to carry out public policy”. Dari berbagai kutipan tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa sistem administrasi negara bisa diartikan secara luas ataupun sempit serta mempunyai tujuan untuk mewujudkan kebijakan negara, memecahkan problem dan memenuhi kebutuhan masyarakat, atau melayani masyarakat. Administrasi negara dalam arti luas mencakup keseluruhan kegiatan negara, yang berarti mencakup kegiatan keseluruhan lembaga negara dalam rangka mewujudkan tujuan dan cita-cita negara. Sedangkan dalam arti sempit merupakan keseluruhan kegiatan lembaga eksekutif dalam rangka mewujudkan tujuan dan kebijakan negara/pemerintah.

Mengenai sub sistem tugas, seperti disebutkan oleh White, administrasi negara meliputi keseluruhan kegiatan pelaksanaan dalam pencapaian tujuan tersebut, yang mencakup semua sektor atau bidang seperti kesehatan, pertanian, pendidikan dan lain-lain (loc.cit). Sub sistem manusia meliputi seluruh pejabat negara dan pejabat pemerintah, dan juga masyarakat yang dilibatkan dalam pencapaian tujuan pemerintah, dengan koordinasi yang baik dan penggunaan sarana kerja yang memadai. Sedangkan sarana mencakup dana, gedung kantor, kendaraan, perabotan, peralatan dan lainnya. Kerjasama dilakukan melalui berbagai mekanisme dan cara seperti penetapan kebijakan, rencana, program dan prosedur yang harus ditaati oleh semua pihak, pertemuan/rapat, briefing dan lain sebagainya.

Administrasi negara juga berinteraksi dengan berbagai sistem di luarnya, yang merupakan faktor-faktor ekologi atau lingkungan yang pada dasarnya terdiri dari lingkungan alami dan sosial dan sekaligus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu administrasi negara. Oleh karena itu administrasi negara berkembang terus.

C. Sistem Administrasi Negara Indonesia

1. Pengertian

Pada dasarnya sistem administrasi negara Indonesia tidaklah berbeda dengan sistem administrasi negara lain, memiliki unsur-unsur dan dipengaruhi faktor lingkungan yang gambarannya telah dikemukakan dalam Sub Bab di atas. Namun demikian, karena tidak ada dua negara yang situasi dan kondisinya sepenuhnya sama, maka dalam eksistensinya sistem administrasi negara Indonesia juga tidak sepenuhnya sama dengan sistem administrasi negara lain manapun. Administrasi Negara Indonesia juga dapat diartikan secara luas maupun sempit.

Sistem Penyelenggaraan Negara dan Sistem Penyeleng-garaan Pemerintahan Negara.

Dalam kehidupan bernegara berdasarkan UUD 1945 selama ini dikenal adanya istilah yang erat kaitannya dengan administrasi negara sebagai sistem yang dipraktekkan. Kedua istilah itu adalah Penyelenggaraan Negara dan Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

a. Sistem Penyelenggaraan Negara adalah Sistem Administrasi Negara Indonesia dalam arti luas.

(9)

MPR No.XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; TAP MPR No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.

Pengertian penyelenggaraan juga terdapat dalam Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, di mana dalam Pasal 1 nya menyebutkan: “Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,

legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Sedangkan dalam Pasal 2

Undang-Undang, dalam penyelenggara negara meliputi : 1) Pejabat Negara pada Lembaga Negara;

2) Menteri;

3) Gubernur, sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah; 4) Hakim, meliputi hakim disemua tingkatan Pengadilan; 5) Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya: Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Wakil Gubernur, dan Bupati/Walikota;

6) Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat dimaksud adalah Pejabat yang tugas dan wewenangnya di dalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek KKN, yang meliputi:

a) Direksi, Komisaris, dan pejabat struktural lainnya pada BUMN dan BUMD;

b) Pimpinan Bank Indonesia;

c) Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;

d) Pejabat Eselon I dan Pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer dan POLRI;

e) Jaksa; f) Penyelidik;

g) Panitera Pengadilan, dan

h) Pemimpin dan Bendaharawan Proyek.

Drs. Moerdiono (Iklum STIA, 1995 : 210-211) menyebutkan, bahwa istilah penyelenggaraan negara bisa dipahami dalam artian sempit maupun dalam artian luas. Dalam artian sempit, istilah ini berarti Lembaga Tertinggi serta Lembaga-lembaga Tinggi Negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Penulis: dalam UUD 1945 yang telah diamandemen tidak ada lagi istilah Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, semuanya disebut lembaga negara). Dalam artian luas, istilah itu mengacu kepada tataran suprastruktur politik, maupun yang ada pada tataran infrastruktur politik. Secara pribadi Drs. Moerdiono cenderung kepada artian yang luas ini, mengingat bahwa Negara kita dirancang berdasar pada kekeluargaan, persatuan dan kesatuan antara negara dan rakyat.

Berkaitan dengan uraian tentang penyelenggaraan negara ini dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 menegaskan bahwa:

(10)

tertinggi dan lembaga tinggi negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Kebijakan sebagaimana ditegaskan dalam TAP MPR tersebut selain sesuai dengan rancangan UUD 1945 sebagaimana di-ungkapkan Drs. Moerdiono, juga sejalan dengan paradigma baru dalam administrasi negara, yakni Good Governance.

Governance yang menekankan perlu dilibatkannya semua stakeholder dalam pengelolaan negara, baik dari sektor

pemerintah/negara/publik maupun semi pemerintah, dunia usaha, LSM dan lain-lain. Osborne dan Gaebler (1992 : 2) menyatakan bahwa “Governance adalah proses kita

secara kolektif memecahkan masalah kita dan memenuhi kebutuhan masyarakat”.

Berkaitan dengan paradigma baru dalam sistem administrasi negara Indonesia, telah ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang harus menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara oleh Aparatur Negara. Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara tersebut (sebagaimana tertera dalam UU No.28 Tahun 1999) adalah:

1) Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kapatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggaraan Negara;

2) Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif;

3) Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri ter-hadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggara-an negara dengpenyelenggara-an tetap memperhatikpenyelenggara-an perlindungpenyelenggara-an atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

4) Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara;

5) Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6) Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyeleng-garaan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya baik pula dikemukakan tentang istilah Aparatur

Negara. Aparatur Negara adalah keseluruhan lembaga dan pejabat negara serta pemerintahan negara yang meliputi aparatur kenegaraan dan aparatur pemerintahan.

Batasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Aparatur negara terdiri atas aparatur kenegaraan dan aparatur pemerintahan;

2) Pengertian aparatur mencakup lembaga dan manusia/ pejabatnya;

(11)

Presiden, DPR, DPD, BPK, MA dan MK) beserta pejabat/anggotanya;

4) Aparatur pemerintahan adalah instansi-instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah beserta pejabat/pegawai negerinya.

Sebelumnya, disebutkan pula bahwa aparatur pemerintah termasuk badan-badan usaha milik negara dan daerah selaku aparatur perekonomian negara. Pernyataan ini dapat ditafsirkan bahwa aparatur pemerintah meliputi:

1) Aparatur pemerintahan, yaitu Departemen, LPND, Dinas, Kanwil dan sebagainya yang menjalankan fungsi pelayanan dan pengaturan/pengayoman dan tidak mempunyai motif mencari keuntungan;

2) Aparatur perekonomian negara, yaitu perusahaan/badan usaha milik negara dan perusahaan/badan usaha milik daerah, yang terutama harus menjalankan fungsi bisnis walaupun tidak semata-mata mencari keuntungan. Dari uraian di atas, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa aparatur negara meliputi :

1) Aparatur kenegaraan; 2) Aparatur pemerintahan;

3) Aparatur perekonomian negara. Atau aparatur negara terdiri atas: 1) Aparatur kenegaraan;

2) Aparatur pemerintah, yang meliputi: a) Aparatur pemerintahan;

b) Aparatur perekonomian negara.

Berhubung dengan itu, dapatlah diketahui bahwa aparatur negara tidak lain adalah penyelenggara negara dalam tatanan supra struktur.

Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa penyeleng-garaan negara itu dilaksanakan oleh keseluruhan aparatur negara beserta seluruh rakyat.

Berdasarkan itu, dengan memperhatikan pengertian administrasi negara dalam arti luas seperti antara lain dikemukakan oleh Dimock dan Koenig di muka, dapat disimpulkan bahwa administrasi negara Indonesia dalam arti luas adalah penyelenggaraan negara sebagaimana dimaksud di atas yang selanjutnya dapat dirumuskan bahwa Sistem Administrasi Negara Indonesia dalam artian luas adalah sistem penyelenggaraan negara Indonesia, yang merupakan sistem penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan keseluruhan aparatur negara beserta seluruh rakyat, di seluruh wilayah negara Indonesia, serta segenap dana dan daya yang tersedia secara nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional/negara sebagaimana tersebut dalam UUD 1945.

b. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara adalah Sistem Administrasi Negara Indonesia dalam artian sempit.

(12)

ditangan MPR, (IV). Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah Majelis, (V). Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, (VI). Menteri-menteri Negara ialah pembantu Presiden. Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, dan (VII). Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Dengan adanya perubahan (amandemen) UUD 1945, penjelasan UUD 1945 tidak ada lagi. Namun asas-asas sistem pemerintahan negara tercakup dalam pasal-pasal UUD 1945 dengan beberapa perubahan seperti:

1) Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan bahwa: Negara Republik Indonesia adalah negara hukum;

2) Pasal 1 ayat (2) yang menyebutkan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945. Pasal ini jelas menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia menganut Sistem Konstitusional;

3) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 ini juga berarti bahwa kekuasaan negara tertinggi ditangan rakyat, tidak lagi ditangan MPR. Hal ini dapat terlihat pula dalam Pasal 6A ayat (1) yang menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh Rakyat. Sedangkan MPR dalam hal ini tugasnya hanya melantik Presiden dan Wakil Presiden terpilih;

4) Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945;

5) Pasal 7B ayat (2) menyebutkan bahwa usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR hanya dengan terlebih dahulu

mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Pendapat DPR tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR. Kemudian Pasal 7B ayat (6) menyebutkan bahwa MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak MPR meresmikan usul tersebut. Selanjutnya Pasal 7C menyebutkan bahwa Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR;

Pasal-pasal tersebut menunjukkan bahwa Presiden tidak bertanggung jawab baik kepada DPR maupun kepada MPR;

(13)

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara adalah penyelenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh Presiden dengan kekuasaan pemerintahan dan termasuk hak legislatif yang dimilikinya berdasarkan UUD 1945. Drs Moerdiono (op cit : 211) menjelaskan : bahwa sesuai dengan sistem pemerintahan berdasar UUD 1945, maka yang disebut pemerintah itu adalah Presiden; menurut pasal 4 ayat 1 UUD 1945 ditangan Presidenlah seluruh kekuasaan pemerintahan; selain dari kekuasaan eksekutif, Presiden juga dibekali dengan hak legislatif, yaitu berhak mengajukan RUU kepada DPR.

Dalam hubungan ini A. Hamid S. Atamimi (1990 : 123-124) berpendapat pula sebagai berikut :

…Pengertian “Sistem Pemerintahan” dalam kata-kata Sistem Pemerintahan Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintah sebagai fungsi yang ada pada Presiden yang memegang fungsi tersebut …

Dengan perkataan lain, membicarakan sistem pemerintahan negara pada hakikatnya membicarakan sistem kerja fungsi pemerintahan yang dilakukan oleh presiden dalam hubungannya dengan sistem kerja fungsi Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara lainnya …

Singkatnya, dalam membicarakan Sistem Pemerintahan Negara kita tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh Lembaga-lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara secara keseluruhan.

Mengenai sistem penyelenggaraan negara dan tentang sistem pemerintahan negara akan diuraikan lebih lanjut pada Bab III dan Bab IV.

Sudah barang tentu sistem penyelenggaraan pemerintahan negara juga dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat. Pertama karena penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan bagian tak terpisahkan dari penyelenggaraan negara, yang seperti telah disebutkan di atas dilaksanakan oleh keseluruhan lembaga negara beserta seluruh rakyat. Kedua karena paradigma baru dalam administrasi negara Good

Governance, sebagaimana sudah disebutkan pula di atas.

Dengan memperhatikan batasan administrasi negara dalam arti sempit seperti diutarakan dimuka, maka sistem penyeleng-garaan pemerintahan negara sebenarnya merupakan sistem administrasi negara Indonesia dalam artian sempit.

(14)

organisasi sosial dan lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan koperasi serta masyarakat madani.

Apabila pengertian sistem penyelenggaraan negara sebagai administrasi negara Indonesia dalam arti luas dan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai administrasi negara Indonesia dalam arti sempit dikaji secara kesisteman, maka sub-sub sistemnya dapat disebutkan sebagai berikut :

1) Tujuan

Baik sistem penyelenggaraan negara (sistem administrasi negara Indonesia dalam arti luas) maupun sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (sistem administrasi negara Indonesia dalam arti sempit), tujuannya adalah mewujudkan tujuan dan melaksanakan tugas nasional/negara sebagaimana disebutkan dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945, yaitu:

a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;

b) Memajukan kesejahteraan umum; c) Mencerdaskan kehidupan bangsa;

d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Tujuan sekaligus tugas nasional/negara tersebut merupakan misi yang harus diemban oleh seluruh penyelenggara negara beserta seluruh rakyat Indonesia, dalam rangka mewujudkan visi bangsa tentang Negara Indonesia. Adapun Visi bangsa Indonesia tentang negara, gambaran tentang negara yang diidamkan, telah

dirumuskan oleh Bapak Bapak Pendiri Negara dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945, yaitu negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

2) Manusia

Dalam hal sistem penyelenggaraan negara, sub sistem manusia terdiri dari seluruh aparatur negara beserta seluruh rakyat. Adapun dalam hal sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, sub sistem ini meliputi para pejabat dalam lembaga pemerintah/eksekutif beserta seluruh rakyat.

3) Tugas

(15)

dilaksanakan dalam rangka program pembangunan. Dalam praktek administrasi negara di negara-negara berkembang, seperti halnya di Indonesia, sering sulit membedakan antara mana pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan mana tugas pembangunan, atau apakah seseorang sedang melaksanakan tugas umum pemerintahan ataukah tugas pembangunan. Hal ini disebabkan karena konsep pembangunan: Membangun manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya disatu pihak. Di lain pihak tidak dapat dihindarkan, bahwa upaya pembangunan masih juga mencakup masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang sangat elementer yang seharusnya merupakan tugas rutin. Misalnya seorang petugas di Puskesmas yang menyuntik pasien, seorang polisi lalu lintas yang menindak pelanggar lalu lintas, mereka itu apakah sedang melaksanakan tugas pem-bangunan (Bidang Kesehatan Masyarakat dan Pem-bangunan Hukum) ataukah sedang melaksanakan tugas umum/rutin pemerintahan?.

4) Kerjasama

Dengan terlibatnya keseluruhan aparatur negara atau pemerintah dan keseluruhan jajaran aparatur peme-rintahan dari semua peringkat pemepeme-rintahan, beserta seluruh rakyat dari seluruh wilayah negara, secara implisit jelas telah mengandung pengertian harus adanya kerjasama : kerjasama antara aparatur secara horisontal maupun vertikal, kerjasama antara komponen dalam masyarakat sendiri serta kerjasama antara aparatur negara dengan masyarakat.

Untuk kerjasama antara sektor pemerintah/negara/ publik dengan masyarakat atau sektor non pemerintah/ negara/publik, istilah yang lebih baik adalah kemitraan. Kemitraan lebih mengandung pengertian kedudukan yang sejajar (partnership), bukan antara pengatur dengan yang diatur.

5) Sarana

Segenap dana dan daya yang tersedia secara nasional merupakan sub sistem sarana dalam sistem penyeleng-garaan negara maupun sistem penyelengpenyeleng-garaan pe-merintahan. Yang tersedia secara nasional, berarti bukan saja dana dan daya yang dimiliki oleh pemerintah, tetapi juga dana dan daya yang ada di masyarakat.

2. Fungsi Aparatur Negara

Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyeleng-gara nepenyeleng-gara, yaitu lembaga-lembaga nepenyeleng-gara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, salah satu misi pembangunan adalah pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kekuatan ekonomi nasional. Misi lainnya antara lain adalah perwujudan aparatur negara yang berfungsi melayani.

(16)

esensi dari fungsi pelayanan dan pengayoman aparatur negara. Jelasnya fungsi aparatur negara adalah melayani, mengayomi dan memberdayakan masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut tidak hanya harus dilakukan oleh aparatur pemerintah, tetapi juga harus oleh aparatur kenegaraan. Pelayanan permintaan kasasi dan PK dari masyarakat oleh Mahkamah Agung misalnya, haruslah sekaligus dibarengi fungsi pengayomannya, sehingga keputusan-keputusan MA benar-benar mencerminkan rasa keadilan masyarakat. Keputusan yang demikian itu akan mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran serta yang positif dan aktif. Hal yang sama juga agar produk-produk legislatif DPR, benar-benar dapat menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat yang efektif.

3. Landasan

a. Landasan Idiil

Pancasila sebagaimana dirumuskan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan idiil bagi penyelenggaraan administrasi negara Indonesia, yaitu : 1) Ketuhanan Yang Maha Esa;

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia;

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila merupakan satu sistem, karena kelima sila harus diamalkan sebagai satu kesatuan. Tidak mungkin orang mengamalkan dengan baik satu sila tanpa mengamalkan dengan baik sila-sila yang lain.

b. Landasan Konstitusional

UUD 1945 telah mengalami perubahan pertama tahun 1999 dan perubahan kedua tahun 2000, perubahan ketiga tahun 2001, dan perubahan keempat tahun 2002. Karena UUD 1945 merupakan konstitusi yang berlaku, maka UUD 1945 dengan segenap perubahannya menjadi landasan konstitusional bagi sistem administrasi negara Republik Indonesia. Keseluruhan isi Pembukaan, dan pasal-pasalnya menjadi landasan penyelenggaraan administrasi negara Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 antara lain memuat cita-cita

nasional, tujuan dan sekaligus tugas nasional/negara, serta Pancasila sebagaimana telah dikemukakan. Pasal-Pasal UUD

1945 yang antara lain menetapkan bentuk dan kedaulatan

negara, kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga negara, kementerian negara, pemerintahan daerah, wilayah negara, warga negara dan penduduk, pertahanan dan keamanan negara dan lain-lain.

c. Landasan Operasional

Landasan operasional sistem administrasi negara Republik Indonesia terutama dalam kegiatan pembangunan adalah : 1) Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem

(17)

dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan pemerintahan di Pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat. 2) Peraturan Presiden RI No.7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009:

a) RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2009; b) RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum yang dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004; c) RPJM Nasional menjadi pedoman bagi:

¾ Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga;

¾ Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah; dan

¾ Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.

d. Landasan Kebijakan Lain

Landasan ini pada umumnya tertulis, tetapi ada pula yang tidak tertulis. Landasan kebijakan yang tertulis dapat berupa peraturan perundang-undangan dan yang tidak berbentuk peraturan perundang-undangan.

1) Peraturan Perundang-undangan;

Dapat dikatakan hampir seluruh aspek dalam administrasi negara diatur dengan dan berlandaskan peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan untuk: a) Adanya kepastian hukum, karena Indonesia adalah

negara Hukum;

b) Melindungi masyarakat dari tindakan yang sewenang-wenang baik dari aparatur maupun dari pihak lain; c) Melindungi aparatur dari tindakan masyarakat yang

melawan hukum.

2) Kebijakan yang tidak berbentuk peraturan Perundang-undangan, sebagaimana termuat dalam pidato-pidato kenegaraan Presiden, program kabinet dan lain-lain.

e. Faktor-faktor Lingkungan

Sistem Administrasi Negara Indonesia berinteraksi dengan sistem-sistem lain yang merupakan faktor-faktor ekologi atau faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor ekologi/lingkungan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem administrasi negara.

(18)

Adapun faktor-faktor ekologi/lingkungan Administrasi Negara Indonesia antara lain adalah:

1) Faktor Fisik – Geografis

a) Negara kepulauan dengan lebih dari 13.000 buah pulau besar dan kecil, yang keseluruhannya seluas 5.193.250 Km2 termasuk 3.166.163 Km2 wilayah lautnya. b) Terletak di jalan silang antara 2 samudra (Samudra

Pasifik dan Samudra Indonesia) dan di antara 2 buah benua (Asia dan Australia).

c) Karena terletak di daerah garis khatulistiwa, Indonesia beriklim tropis yang hanya mengenal musim kemarau dan musin hujan.

Karena kondisi fisik geografis yang antara lain seperti itu, maka Indonesia memerlukan aparatur perhubungan laut, bea cukai dan imigrasi yang handal, demikian pula angkatan laut yang kuat untuk mengamankan Wilayah yang luas itu.

Berbeda dengan negara lain yang memiliki 4 musim (musim panas, gugur, dingin dan semi) dalam anggaran belanja Indonesia tidak perlu ada alokasi dana untuk alat pemanas. Sebaliknya program dan tindakan aparatur dapat pula mempengaruhi kondisi tersebut. Misalnya lembah menjadi waduk, terowongan dibuat menembus pegunungan, daratan bertambah luas karena reklamasi pantai, dan lain-lain.

2) Faktor Demografi

Jumlah penduduk yang besar, dengan antara lain kualitas, intelektualitas dan penyebarannya yang kurang baik, antara lain telah menimbulkan program transmigrasi dan keluarga berencana serta program pendidikan yang terpaksa masih

lebih mengutamakan kuantitas ketimbang kualitas, dan lain sebagainya. Pada gilirannya keberhasilan program-program tersebut telah merobah kondisi kependudukan yang kurang menguntungkan itu, walaupun belum dapat mengatasi sepenuhnya. Kepadatan pulau Jawa dan Bali relatif berkurang, jumlah orang yang buta aksara jauh berkurang, dan lain-lain karena kebijaksanaan program dan kegiatan administrasi negara.

3) Faktor Kekayaan Alam

Karena Indonesia kaya akan tambang perlu Aparatur Pertambangan untuk mengaturnya, sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Demikian pula Aparatur Kehutanan diperlukan untuk mengurus hutan, dan lain-lain. Di lain pihak karena kebijakan dan tindakan aparatur, hutan bakau di daerah DKI hampir musnah, dapat dieksploitasi sumber-sumber tambang baru, binatang dan tumbuh-tumbuhan langka dilindungi dan dicegah kemusnahannya, dan lain-lain sebagainya.

4) Faktor Idiologi

(19)

5) Faktor Politik

Instabilitas kehidupan politik misalnya jelas mempengaruhi stabilitas sistem administrasi negara. Indonesia sudah mempunyai pengalaman terpecah-pecahnya aparatur karena masuknya politik praktis kedalam aparatur yaitu baik pada zaman demokrasi liberal dan zaman Orde Lama maupun dalam zaman Orde Baru. Perilaku birokrasi berubah-ubah sesuai dengan aspirasi politik yang dominan. KORPRI dibentuk dengan tujuan mencegah pengkotak-kotakan aparatur akibat masuknya politik praktis kedalam aparatur.

6) Faktor Ekonomi

Keadaan ekonomi yang kurang baik telah menyebabkan rendahnya kemampuan Pemerintah untuk menggaji dan menjamin kesejahteraan hidup Pegawai Negeri. Pada gilirannya hal itu telah menyebabkan rendahnya produktivitas kerja pegawai, maraknya korupsi dan kolusi dalam aparatur. Dan hal itu telah pula menjadi salah satu penyebab ekonomi biaya tinggi. Akan tetapi program dan tindakan aparatur di bidang ekonomi yang berhasil baik telah pula mengubah kondisi ekonomi menjadi lebih baik.

7) Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya sangat mempengaruhi perilaku aparatur yang pada gilirannya mempengaruhi sistem administrasi negara itu. Banyaknya upacara-upacara dengan pidato-pidato sambutan pimpinan, ditambah lagi dengan pemukulan gong, pengguntingan pita dan lain-lain adalah cerminan budaya. Diakui telah terdapat hambatan budaya dalam pelaksanaan pengawasan melekat. Komunikasi dalam administrasi

terutama komunikasi atasan-bawahan sangat dipengaruhi oleh budaya yang paternalistik. Sebaliknya program dan tindakan-tindakan aparatur sedikit banyak telah mengubah budaya; program transmigrasi telah mengubah falsafah “makan tidak makan asal kumpul” menjadi “kumpul tidak kumpul asal makan”; program KB telah pula berusaha mengubah paham “banyak anak banyak rejeki”. Keberhasilan program pendidikan tidak dapat diingkari telah merubah budaya pula.

8) Faktor Hankam

(20)

D. Latihan

1. Mengapa penyelenggaraan negara berdasarkan UUD 1945 dapat dikatakan sebagai administrasi negara Indonesia dalam arti luas? Dan mengapa penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 merupakan administrasi negara Indonesia dalam arti sempit?

2. Samakah aparatur negara dengan penyelenggara negara? 3. Mengapa memberdayakan masyarakat merupakan esensi dari

keseluruhan fungsi aparatur negara?

4. Mengapa UUD 1945 dikatakan sebagai landasan konstitusional administrasi negara Indonesia?

5. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Kehidupan Nasional Indonesia itu?

E. Rangkuman

Administrasi Negara Indonesia dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam arti luas, Sistem Administrasi Negara Indonesia adalah Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan keseluruhan aparatur negara beserta seluruh rakyat, diseluruh wilayah negara Indonesia, serta segenap dana dan daya yang tersedia secara nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional/negara sebagaimana tersebut dalam UUD 1945. Adapun dalam artian sempit, Sistem Administrasi Negara Indonesia adalah Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara menurut UUD 1945, yang merupakan keseluruhan penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahan (povoir executif/executive power) dengan memanfaatkan dan mendayagunakan kemampuan pemerintah dan segenap aparatur pemerintah beserta seluruh rakyat dari seluruh wilayah negara Indonesia, dan dengan memanfaatkan segenap dana dan daya yang tersedia secara nasional demi tercapainya tujuan dan tugas nasional/negara sebagaimana disebut dalam UUD 1945.

Adapun aparatur negara itu mencakup aparatur kenegaraan, aparatur pemerintah yang meliputi aparatur pemerintahan dan aparatur perekonomian negara. Fungsi aparatur negara adalah melayani masyarakat, mengayomi masyarakat dan member-dayakan masyarakat.

(21)

34

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SANRI

BAB III

KEDUDUKAN DAN SUSUNAN

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu menjelaskan kedudukan dan susunan lembaga-lembaga negara

Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara sebagaimana disebutkan di muka, diselenggarakanlah fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga Negara yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya. Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing harus mencerminkan pula fungsi pokok aparatur negara sebagaimana telah disebutkan dalam Bab II.

A. Fungsi-fungsi Negara

1. Fungsi Konstitutif

Fungsi ini adalah fungsi penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penetapan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 setelah perubahan, Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa kedaulatan berada di

tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Selanjutnya pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD. Pasal 37 ayat

(4) menyatakan bahwa putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50 %

(22)

ditambah satu anggota dan seluruh anggota MPR. Pasal 37 ayat (5) menyatakan bahwa khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan. Undang-Undang Dasar 1945 dengan perubahannya terdiri dari Pembukaan dan Pasal-Pasal.

2. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif adalah fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara. Fungsi ini dilaksanakan oleh Presiden. Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa Presiden RI memegang

kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam melakukan

kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

3. Fungsi Legislatif

Fungsi legislatif adalah fungsi pembentukan undang-undang. UUD 1945 setelah perubahan, pasal 20 ayat (1), menegaskan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk

undang-undang. Anggota DPR menurut pasal 21, berhak mengajukan usul rancangan undang-undang (RUU). Akan tetapi pasal 5

ayat (1) juga menentukan bahwa Presiden berhak mengajukan

RUU kepada DPR. Disamping itu, dalam perubahan ketiga

UUD 1945 pasal 22 C juga menetapkan adanya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang berdasarkan pasal 22D; Dewan Perwakilan Daerah:

a. Dapat mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah (ayat (1));

b. Ikut membahas rancangan undang-undang yang materinya sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas (ayat (2)); c. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan

undang-undang APBN dan yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama (ayat (2)).

Setiap RUU harus dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Berdasarkan pasal 20 ayat (3), RUU yang tidak mendapat persetujuan bersama, tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu. Presiden mengesahkan RUU menjadi Undang-Undang (Pasal 20 ayat (4)). Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, menurut pasal 22, Presi-den berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang (Perpu), yang kemudian harus mendapat persetujuan DPR dalam persidangan berikutnya. Apabila DPR tidak menyetujuinya, Perpu tersebut harus dicabut. Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, jelas bahwa fungsi legislatif ini dilaksanakan oleh DPR bersama Presiden.

Selanjutnya berbagai tindakan Presiden harus ditetapkan dengan undang-undang atau harus dengan persetujuan, memperhatikan pertimbangan atau usul DPR.

Disamping itu, DPD berdasarkan pasal 22D ayat (3) dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai apa yang dimaksud dalam pasal 22D ayat (1 dan 2) di atas serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti.

(23)

4. Fungsi Yudikatif

Fungsi ini adalah fungsi penyelenggaraan kekuasaan kehakiman berdasarkan pasal 24 ayat (2) fungsi ini dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

5. Fungsi Auditif

Fungsi auditif ialah fungsi penyelenggaraan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara yang dikelola oleh Pemerintah. Berdasarkan pasal 23 E ayat (1) UUD 1945 fungsi ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Sebelum adanya perubahan (amandemen) UUD 1945, ada suatu lembaga negara yang melaksanakan fungsi konsultatif yaitu memberi saran dan pertimbangan kepada Presiden, Lembaga negara ini disebut Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Dengan adanya perubahan UUD 1945, DPA dihapus. Akan tetapi, pasal 16 UUD 1945 yang telah diamandemen menyebutkan bahwa

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang

(hingga modul ini ditulis, dewan dimaksud belum terbentuk).

GAMBAR PEMBAGIAN FUNGSI DI ANTARA

ALAT KELENGKAPAN NEGARA DALAM RANGKA

PENCAPAIAN TUJUAN/TUGAS NASIONAL/NEGARA

UNTUK MEWUJUDKAN CITA-CITA NASIONAL

Gambar 3.

CITA CITA NASIONAL

Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,

berdaulat, adil dan makmur

TUJUAN / TUGAS NASIONAL

¾

¾

¾

¾

¾

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia;

¾

Memajukan kesejahteraan umum;

¾

Mencerdaskan kehidupan bangsa;

¾

Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

MPR

PRE

SIDEN

DPR

DPD

BPK

MA

MK

Konstitutif Eksekutif Legislatif

Legislatif Legislatif Auditif Yudikatif Yudikatif

SEMANGAT :

¾

¾

¾

¾

¾

MELAYANI MASYARAKAT;

¾

MENGAYOMI MASYARAKAT;

(24)

B. Lembaga-Lembaga Negara

Dalam UUD 1945 dan perubahannya Lembaga Negara terdiri atas: 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);

2. Presiden;

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); 4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD); 5. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); 6. Mahkamah Agung (MA);

7. Mahkamah Konstitusi (MK).

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Keberadaan MPR diatur berdasarkan pasal 2, pasal 3, pasal 7A, pasal 7B, pasal 8, pasal 9 dan pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945. Mengenai kelembagaan MPR secara rinci diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2003 tetap susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

a. Kedudukan

MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara, dengan susunan dan keanggotaannya sebagai berikut:

1) MPR terdiri atas Anggota DPR dan Anggota DPD yang dipilih melalui Pemilihan Umum;

2) Keanggotaan MPR diresmikan dengan Keputusan Presiden; 3) Masa jabatan Anggota MPR adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat Anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji;

4) MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.

b. Tugas dan Wewenang

Sesuai dengan UUD 1945 dan UU No.22 Tahun 2003, tugas dan wewenang MPR adalah:

1) Mengubah dan menetapkan UUD;

2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna MPR; 3) Memutus usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah

Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan didalam sidang paripurna MPR;

4) Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden, apabila Presiden berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya; 5) Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan

Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari;

6) Memilih Presiden dan Wakil Presiden, apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket Calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan partai politik atau gabungan partai politik yang paket Calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari;

(25)

c. Sidang dan Putusan

Selain sidang yang sedikitnya dilakukan sekali dalam lima tahun di ibukota negara, MPR juga melakukan sidang untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagaimana disebutkan dalam butir b di atas.

Sidang MPR sah apabila dihadiri :

1) Sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil Presiden;

2) Sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan UUD;

3) Sekurang-kurangnya 50% ditambah satu dari jumlah Anggota MPR untuk selain sidang-sidang sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2.

d. Alat Kelengkapan MPR terdiri atas :

1. Pimpinan;

2. Panitia Ad Hoc, dan 3. Badan Kehormatan.

Pembentukan, susunan, tugas dan wewenang atas kelengkapan MPR diatur dalam Peraturan Tata Tertib MPR. Alat kelengkapan MPR ini disusun menurut pengelompokkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas MPR.

e . Pimpinan MPR

Dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pimpinan MPR terdiri atas seorang Ketua dan Tiga orang Wakil

Ketua yang mencerminkan unsur DPR dan DPD yang dipilih dari dan oleh Anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR.

f. Sekretariat Jenderal MPR

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas MPR dibentuk Sekretariat Jenderal yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden dan personalnya terdiri pegawai negeri sipil. Organisasi Sekretariat Jenderal MPR harus disusun sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja pelaksanaan fungsi dan tugas MPR.

Sekretariat Jenderal MPR dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal dan seorang Wakil Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan MPR.

2. Presiden

Pasal-pasal di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang berkaitan dengan Presiden adalah pasal 3, 4, 5, 6, 6A, 7, 7A, 7B, 7C, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 22, 22E, 23, 23F, 24A, 24B dan 24C.

a. Kedudukan

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa Presiden sebagai salah satu lembaga negara menjalankan fungsi eksekutif dengan kedudukannya selaku Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara.

1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan

(26)

Dalam hal menjalankan fungsi eksekutif, Presiden : a) Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD

(Pasal 4 ayat (1) UUD 1945);

b) Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat (2) UUD 1945).

Dalam hal menjalankan fungsi legislatif, Presiden : a) Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang

kepada DPR (Pasal 5 ayat (1)) dan mengajukan Rancangan Undang-Undang APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD (Pasal 23 ayat (2) UUD 1945);

b) Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama (Pasal 20 ayat (2) UUD 1945);

c) Mengesahkan Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang (Pasal 20 ayat (4) UUD 1945);

d) Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang (Pasal 22 ayat (1) UUD 1945).

2) Presiden selaku Kepala Negara

Kewenangan dan tugas Presiden selaku Kepala Negara adalah :

a) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara dan Angkatan Laut (Pasal 10 UUD 1945);

b) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain, dengan persetujuan DPR (Pasal 11 ayat (1) UUD 1945);

c) Dalam membuat Perjanjian Internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan DPR (Pasal 11 ayat (2) UUD 1945);

d) Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12);

e) Mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat (1)); dan dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat (2) UUD 1945); f) Menerima penempatan duta negara lain dengan

memperhatikan pertimbangan DPR (pasal 13 ayat (3) UUD 1945);

g) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (Pasal 14 ayat (1) UUD 1945);

h) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat (2) UUD 1945); i) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan

yang diatur dengan Undang-Undang (Pasal 15); j) Meresmikan keanggotaan MPR, DPR dan DPD

(Pasal 3, 17 dan 33 UU No.22 Tahun 2003);

(27)

l) Menetapkan Hakim Agung, yang calonnya diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada dan telah disetujui DPR (Pasal 24 A ayat (3) UUD 1945);

m) Mengangkat dan memberhentikan Anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR (Pasal 24 B ayat (3) UUD 1945);

n) Meresmikan Anggota BPK yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD (Pasal 23 F ayat (1) UUD 1945).

b. Pembantu Presiden

1) Dalam Pasal 4 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa dalam melakukan kewajibannya, Presiden dibantu oleh

satu orang Wakil Presiden;

2) Dalam Pasal 17 ayat (1) UUD 1945, disebutkan bahwa

Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

Menteri-menteri Negara, dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan dibedakan:

a) Menteri Negara Koordinator ialah pembantu Presiden dengan tugas pokok mengkoordinasikan, mensinkroni-sasikan penyiapan dan penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaannya di bidang tertentu dalam kegiatan pemerintah negara;

b) Menteri Negara yang memimpin departemen (Keppres No. 102 tahun 2001) dan biasa disebut Menteri saja; c) Menteri Negara yang tidak memimpin departemen

dengan tugas pokok merumuskan kebijakan dan koordinasi bidang tugas tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara dan biasa disebut Menteri Negara;

d) Menteri Muda, adalah Menteri Negara yang tidak memimpin departemen dan diperbantukan oleh Presiden kepada Menteri Negara lain. Dalam Kabinet Indonesia Bersatu (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) tidak ada Menteri Muda.

Dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan negara, Menmud telah berganti peran sebagai berikut : (1) menangani bagian tertentu dari tugas Menteri yang

dibantu, pada Kabinet Pembangunan III dan IV Menmud Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri, Menmud Perumahan Rakyat; juga Menmud Sekretaris Kabinet dalam Sekretariat Negara; (2) “Wakil” Menteri dalam Kabinet Pembangunan V,

seperti Menmud Keuangan, Menmud PPN/Wakil Ketua Bappenas. Jabatan Menmud sebagai wakil menteri terdapat pula dalam Kabinet parlementer Pemerintah RI Yogya;

(3) Memimpin departemen pada Kabinet Kerja I zaman Orde Lama.

Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang (Pasal 17 ayat (4) UUD 1945).

c. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

(28)

sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6 ayat (1));

2) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik, peserta Pemilihan Umum dan dipilih secara langsung oleh rakyat (Pasal 6 A ayat (4) dan (2));

3) Pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang mendapat suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap propinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah Propinsi di Indonesia dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat (3));

4) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden dan tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang (Pasal 6 ayat (2)).

d. Masa Jabatan dan pemberhentian dalam masa jabatan

1) Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan (Pasal 7 UUD 1945);

2) Presiden dan Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden (Pasal 7 A UUD 1945);

3) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden (pasal 7 B ayat (1) UUD 1945);

4) Pendapat DPR tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR (Pasal 7 B ayat (2) UUD 1945); 5) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili dan memutus seadil-adilnya dalam waktu 90 hari setelah permohonan DPR diterima (Pasal 7 B ayat (4) UUD 1945); 6) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum termaksud dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR mengadakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR (Pasal 7 B ayat (5) UUD 1945); 7) MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan

(29)

Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna MPR (Pasal 7 B ayat (7) UUD 1945);

9) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya (Pasal 8 ayat (1) UUD 1945);

10) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu 60 hari, MPR menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari 2 calon yang diusulkan oleh Presiden (Pasal 8 ayat (2) UUD 1945); 11) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,

di-berhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan

tugas ke-Presiden-an adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya 30 hari setelah itu,

MPR menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden-nya meraih suara terbanyak pertama dan keluar dalam pemilu sebelum nya, sampai berakhir masa jabatannya (Pasal 8 ayat (3) UUD 1945).

Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2003.

e . Kesekretariatan Yang Membantu Presiden Sekretariat Negara

Berdasarkan Perpres No. 31 Tahun 2005, Sekretariat negara adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas untuk memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden selaku Kepala Negara dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan kekuasan negara. Sekretariat Negara dipimpin oleh Sekretaris Negara.

Sekretariat Kabinet

Berdasarkan Perpres No. 31 Tahun 2005, Sekretariat Kabinet adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administrasi, serta analisis kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah,

penyiapan rancangan Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instruksi Presiden, penyiapan penyelenggaraan sidang kabinet serta pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan pemerintahan dan kepangkatan pegawai negeri sipil yang kewenangannya berada di tangan Presiden dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Sekretariat Kabinet. Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet.

3. Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR )

(30)

A; 21; 22; dan 22 B. Selain itu dalam UUD 1945 dan perubahannya, terdapat pula pasal-pasal lain yang berkaitan dengan DPR seperti dalam ketentuan pasal-pasal 2; 5; 7A; 7B; 7C; 9; 11; 13; 14; 22D; 22E; 23; 23E; 23F; 24B dan 24C. Mengenai kelembagaan DPR secara rinci diatur dalam Undang-Undang No.22 Tahun 2003.

a. Kedudukan

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. (Pasal 24 UU No.22 Tahun 2003).

b. Tugas dan Wewenang

Sebagaimana diatur dalam Pasal 26 UU No.22 Tahun 2003, tugas dan wewenang DPR adalah:

1) Membentuk UU yang dibahas dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama;

2) Membahas dan memberikan persetujuan, Peraturan Pemerintah Pengganti UU;

3) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan;

4) Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan Undang-Undang APBN dan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; 5) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan

memper-hatikan pertimbangan DPD;

6) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, APBN, serta Kebijakan Pemerintah;

7) Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama;

8) Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD;

9) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksanaan atas pertanggung jawaban keuangan negara yang disampaikan oleh BPK;

10) Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial; 11) Memberikan persetujuan calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden;

12) Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan; 13) Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk

mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi;

(31)

15) Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, dan

16) Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undang-undang.

c. Fungsi

Dalam Pasal 25 UU No.22 Tahun 2003, disebutkan bahwa DPR mempunyai fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan:

1) Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk

undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama;

2) Fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan menetapkan

APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;

3) Fungsi pengawasan adalah fungsi melaksanakan

pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, undang-undang dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

d. Susunan dan Keanggotaan

Dalam pasal 16, 17 dan 18 UU No. 22 Tahun 2003 diatur susunan dan keanggotaan DPR sebagai berikut:

1) DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum; 2) Anggota DPR berjumlah 550 orang dan keanggotaannya

diresmikan dengan Keputusan Presiden; 3) Anggota DPR berdomisili di ibukota negara RI;

4) Masa jabatan Anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat Anggota DPR yang baru mengucap-kan sumpah/janji.

e . Hak DPR, dan Hak dan Kewajiban Anggota

Sesuai pasal 27 UU No.22 Tahun 2003, DPR mempunyai hak yaitu:

1) Hak Interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta

keterangan kepada Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

2) Hak Angket, yaitu hak DPR sebagai lembaga untuk

melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

3) Hak Menyatakan Pendapat, yaitu hak DPR sebagai

(32)

berhak meminta Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan bangsa dan negara. Sehubungan dengan hal tersebut, setiap Pejabat Negara, Pejabat Pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat wajib memenuhi permintaan DPR tersebut. Selanjutnya dalam pasal 28 dan 29 UU No.22 Tahun 2003 dinyatakan Hak dan Kewajiban Anggota DPR sebagai berikut: 1) Setiap Anggota DPR mempunyai hak:

a) Mengajukan RUU; b) Mengajukan pertanyaan;

c) Menyampaikan usul dan pendapat; d) Memilih dan dipilih;

e) Membela diri; f) Imunitas; g) Protokoler, dan

h). Keuangan dan administratif.

2) Sedangkan kewajiban Anggota DPR adalah : a) Mengamalkan Pancasila;

b) Melaksanakan UUD 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;

c) Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;

d) Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan NKRI;

e) Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;

f) Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

g) Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

h) Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemerintahannya; i). Mentaati kode etik dan peraturan tata tertib DPR, dan j) Menjaga etika dan norma hubungan kerja dengan

lembaga yang terkait.

f. Alat Kelengkapan

Dalam pasal 98 ayat (2) UU No.22 Tahun 2003, alat kelengkapan DPR terdiri atas:

1) Pimpinan; 2) Komisi;

3) Badan Musyawarah; 4) Badan Legislasi;

5). Badan Urusan Rumah Tangga (BURT); 6) Badan Kerjasama Antar Parlemen; 7) Badan Kehormatan;

8) Panitia Anggaran, dan

(33)

Pembentukan, susunan, tugas dan wewenang alat kelengkapan DPR diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR. Setiap Anggota DPR wajib berhimpun dalam fraksi.

g. Pimpinan DPR

Pimpinan DPR terdiri atas seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota DPR dalam Sidang Paripurna DPR (Pasal 21 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003). Ketua dan Wakil Ketua DPR diresmikan dengan Keputusan DPR.

h. Sekretariat Jenderal DPR

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR, dibentuk Sekretariat Jenderal yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personalnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil.

Organisasi Sekretariat Jenderal harus disusun sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja pelaksanaan fungsi dan tugas DPR. Sekretariat Jenderal DPR dipimpin seorang Sekretaris Jenderal dan seorang Wakil Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPR.

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Keberadaan lembaga ini ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 22C dan Pasal 22D UUD 1945. Sedangkan mengenai susunan dan kedudukan DPD diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

a. Kedudukan

DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara (Pasal 40 UU NO.22 Tahun 2003).

b. Tugas dan Wewenang

Sesuai dengan Pasal 42 UU No.22 Tahun 2003, tugas dan wewenang DPD adalah:

1) Mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; 2) Mengusulkan rancangan undang-undang sebagaimana

tersebut pada butir 1 kepada DPR untuk dibahas bersama dengan DPD sebelum DPR membahas RUU dimaksud dengan Pemerintah;

3) Ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam, sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diajukan baik oleh DPR maupun oleh pemerintah;

(34)

5) Memberikan pertimbangan secara tertulis kepada DPR atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama sebelum memasuki tahapan pembahasan antara DPR dan pemerintah;

6) Memberikan pertimbangan secara tertulis kepada DPR dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; 7) Dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan

undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama. Hasil pengawasan tersebut disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;

8) Menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari BPK untuk dijadikan bahan pembuat pertimbangan bagi DPR tentang rancangan undang-undang APBN.

c. Fungsi

Dalam pasal 41 UU No.22 Tahun 2003, fungsi DPD disebutkan sebagai berikut:

1) Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu;

2) Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

d. Susunan dan Keanggotaan

1) Pasal 32 UU No.22 Tahun 2003 menyebutkan bahwa DPD terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum;

2) Mengenai keanggotaan DPD diatur dalam Pasal 33 dan 34 UU No.22 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa: a) Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan

sebanyak empat orang;

b) Jumlah seluruh Anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah Anggota DPR;

c) Keanggotaan DPD diresmikan dengan Keputusan Presiden;

d) Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya dan selama bersidang bertempat tinggal di ibukota negara Republik Indonesia;

e) Masa jabatan Anggota DPD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat Anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

e . Hak DPD, dan Hak dan Kewajiban Anggota DPD

1) Hak DPD sebagaimana dinyatakan dalam pasal 48 UU No.22 Tahun 2003 adalah:

a) Mengajukan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam uraian tugas dan wewenang DPD tersebut di atas.

Gambar

Gambar : 1. Sistem Administrasi
GAMBAR PEMBAGIAN FUNGSI  DI ANTARA ALAT KELENGKAPAN NEGARA DALAM RANGKA PENCAPAIAN TUJUAN/TUGAS NASIONAL/NEGARA

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan Pangkat Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KPLB adalah pangkat yang diberikan kepada Anggota Polri setingkat lebih tinggi sebagai bentuk penghargaan terhadap

Pada saat Peraturan Lembaga ini mulai berlaku, Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 11 Tahun 2018 tentang Katalog Elektronik (Berita

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan kebijakan penyelenggaraan berdasarkan peraturan yang ada, tujuan, sasaran, dan kompetensi yang dibangun,

BPIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam memberikan Rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap Kebijakan atau Regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga

(2) Dalam hal terdapat rekomendasi Bawaslu terhadap dugaan pelanggaran etika Lembaga Survei atau Jajak Pendapat dan Penghitungan Cepat Hasil Pemilu dalam pengaduan

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan LKPP adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertugas mengembangkan dan

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, selanjutnya dalam Peraturan ini disebut LKPP adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertugas mengembangkan

Israel yang mempunyai kebijakan luar negeri untuk menghentikan program nuklir Iran, maka dalam politik luar negerinya dia meminta dukungan dunia internasional untuk menekan Iran