• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

5. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain diharpkan mampu mengembangkan penelitian yang terkait dengan efektivitas implementasi model pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan kuesioner dan memperluas sebaran subjek penelitian.

105

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, I Komang Ari. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Terhadap Konsep Diri dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. Tesis ,tidak diterbitkan, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha.

Attamimi, Abdullah. 2010. Strategi Nasional Sosial Budaya untuk Mewujudkan Kesetaraan Gender. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Azwar, S. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2014. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin., Wahyuni, E.N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Barus, Gendon. 2015. Menakar Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXXIV, No.2

Blakemore, J.E.O., Berenbaum, S.A., Liben, I.S. 2009. Gender Development. New York: Psychology Press.

Buchori, M. (9 Februari 2010). Krisis Moral dan Masalah Karakter. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

BouJaoude, S. 2011. Elspeth Page and Jyotsna Jha: Exploring the bias: Gender and stereotyping in secondary schools. International Review of Education/ Internationale Zeitschrift f;Jan2011, Vol. 57 Issue 1/2, p227.

Character Education Quality Standard. 2014. A Framework for School Success-11 Principles of Effective Character Education. USA: Character Organisation. DeLucia, Waack. 2006. Leading Psychoeducational Gruops For Children and

Adolescents. United States Of America : Sage Publikations, Inc.

Depdiknas. 2004. Bimbingan dan Konseling. Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Faure, Edgar. 1972. Learning to be: The World of Education Today and Tomorrow. Paris: UNESCO

Freud, S. 2014. Sex and Dream. Harbor Lights Media Group diakses melalui https://books.google.com/ diakses pada tanggal 17 Januari 2016

Freud, S. 2016. Psychoanalisis for Beginners: A Generale Introduction to Psychoanalisis and Dream Psychology. Prague: e-artnow

Gordon, S,. Glickman C., Ross-Gordon JM. 2004. Supervision and Intructional Leadersip: A Development approach (edisi ke-6). Boston: Allyn and Bacon. Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics ini Psychology and Education. New

York: Mc Graw-Hill Book Co.Inc.

Gunarsa, S. D. 1989. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.

Harlan, Becky. 2015. Nine Dayak Culture-Rain Forest Cultures. Global Sites: National Geographic

Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Budaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hofes, M. Lewis. 1983. Religion of the World. New York: Macmillan Publishing

Co.Inc.

Hurlock, E.B. 1991. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga.

Hyde, J.S., Else-Quest, N. 2013. Half the Human Experience (8th edition). Boston: Cengangw.

Jakarta Post. 2007. Data Shows Studets Taking Illicit Drugs on the Rise. Jakarta: The Jakarta Post: Bina Media Tenggara

Jyotsna, J. 2009. Exploring the Bias: Gender Stereotyping in Secondary Schools. London: Commonwealth Secretariat.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pendidikan Karakter untuk Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Policy Brief Edisi 4; Perspektf Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kemendiknas. (4 Juli 2011)

Kemenpppa, Kementrian Pemberdaya Perempuan dan Perlindungan Anak., Kemenkeu, Kementria Keuangan. 2010. Panduan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender di Lingkungan Kemetrian Keuangan. Jakarta: Kemeppa dan Kemenkeu Republik Indonesia.

Kolb, David A. 1984. Experiential Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Kolb, David A. 2015. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and Development (2nd edition). USA: Pearson Education

Komnas Perempuan. 2012. Hasil Kerja Komisi Nasional Perempuan. Laporan Kerja. Jakarta: Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Diakses melalui komnasperempuan.go.id pada tanggal 4 januari 2016

Kottak, C Phillip. 2014. Anthropology. The Exploration of Human Diversity. New York : McGraw-Hill Education, Inc.

Kusuma, Rosa Delima KJA. 2015. Evaluasi Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi pada Lima SMP di Jawa. Skripsi, tidak diterbitkan, USD, Yogyakarta

Lickona,T. 1991. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect And Responsibility. USA: Bantam Books

LKPP, Universitas Hasanudin. 2007. Panduan Penerapan Model Pemebelajaran Experiential Learning. Makassar: Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan, Universitas Hasanudin.

Muawanah, Elfi. 2009. Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: TERAS

Munif,. I.R.S., Mosik. 2009. Penerapan Metode Experiential Learning pada Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan., dkk. 2009. Statistika Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prayoga, Sugeng. 2015. Meningkatkan Kompetensi Layanan Bimbingan Klasikal Melalui Supervisi Akademik bagi Guru Bimbingan Konseling SMA Binaan di Kota Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015. Laporan Penelitian. Mataram: Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan NTB.

Puspitawati, Herien. 2009. Nilai Gender Berdasarkan Suku Bangsa Di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, IPB.

Rahmawati, Nyoman. 2016. Perempuan Bali dalam Pergulatan Gender (Kajian Budaya, Tradisi, dan Agama Hindu). Cultural Studies Journal. 2016. Vol 1. No 1.

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Rogers, Carl R. 1969. Freedom to Learn. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Santrok, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Santrock, J.W. 2014. Adolescence: Fifteenth Edition. New York: Mc.Graw-Hill Education.

Santoso, Djoko Budi. 2011. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Malang. Sears,O.D., Johanthan L. F., and L. Anne, Peplau. 1994. Psikologi Sosial.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Suciati. 2005. PEKERTI. Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku 1.07. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sularto, St. 2009. “Krisis Identitas dan Harga Diri” Dalam Negara Minus Nurani; Esai-esai Kritis Kebijakan Publik. Indratno, A.F.T.(ed). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Suyadi. 2013. Strategi Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tessa, Indrayanti Alice. 2003. Hubungan Gaya Perlakuan Orang Tua dengan

Identitas Peran Jenis Kelamin pada Remaja Akhir di Daerah Suburban. Skripsi. Fakultas Psikologi UNPAD Bandung: tidak diterbitkan.

Tomlinson, S. 2005. Indonesia’s Culture of Corruption May Hinder Aid. United States of America: The New York Times.

Unicef. 2007. A Human Right-Based Approach to Education for All. New York: Division of Communication, UNICEF.

Webster, N., Guralnik, D. 1991 Webster’s New Worl Dictionary. USA: Houghton Mifflin Harcourt.

Winkel, WS., Hastuti, Sri. (2004) Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Lampiran 1. Kuesioner Validasi Efektifitas Model Pendidikan Karakter Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan

Pendekatan Experiential Learning (Responden: Mitra Kolaboratif)

Validitas Penilaian Kepala Sekolah, Guru Bimbingan dan Konseling, dan Guru Mata Pelajaran

A. Pengantar

Bapak/Ibu Guru yang terhormat, sejak 2010 sekolah-sekolah di tanah air kita telah menerapkan Pendidikan Karakter Terintegrasi dengan Pembelajaran (berdasarkan Pedoman Pendidikan Karakter di SMP, Direktur Pembinaan SMP, Depdiknas, 2010). Dalam implementasinya, para guru di lapangan mengeluhkan banyak hambatan, seperti kurang operasionalnya pedoman, nilai karakter terrumus indah pada RPP, namun tidak menemukan cara atau strategi yang tepat dalam penerapannya, penanaman nilai karakter terhenti hanya diceramahkan, keteladanan yang diperagakan para guru seringkali kegerus oleh ketidak konsistenan dan kekurang komapkan semua pihak di sekolah. Kasus “Kantin Kejujuran” yang kini tinggal nama dapat ditunjukkan sebagai satu contoh kegagalan. Terlepas dari keunggulan dan keutamaan konsepnya, implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi juga belum melibatkan Konselor/ Guru BK untuk bersinergi dalam eksplisitasi program. Berangkat dari sejumlah kelemahan tersebut, Tim Penelitian Strategi Nasional Prodi BK Universitas Sanata Dharma 2014-2016 mencoba menawarkan sebuah model alternatif: Model Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning (PEKA BILA BISA KODE EXL). Dengan model ini, keyakinan Tim adalah, pendidikan karakter dapat lebih efektif apabila Guru Mata Pelajaran dapat

berkolaborasi dengan Guru BK dalam implementasinya dengan suatu asumsi bahwa Guru BK mampu mengaplikasikan terapan pengetahuan psikologi yang dimilikinya dalam merancang strategi pendekatan experiential. Bagaimanapun juga, penanaman nilai karakter tidak dapat dilakukan dengan “ceramah” melainkan akan lebih berhasil jika didekati dengan olah pembelajaran berdasarkan pengalaman (Experiential Learning)

B. Petunjuk Umum Pengisian

Berangkat dari pemahaman atau asumsi di atas, dan setelah mengamati contoh implementasi model ini, kiranya Bapak/Ibu berkenan memberikan validasi/ penilaian atas efektivitas model ini. Kami memohon Bapak/Ibu mitra implementasi model menanggapi pertanyaan-pertanyaan dan mengisi skala asesmen berikut ini.

1. Dibandingkan dengan pendidikan karakter terintegrasi (dalam pembelajaran)

yang selama ini Bapak/Ibu terapkan dalam pembelajaran, implementasi/ pelaksanaan Model PEKA BILA BISA KODE EXL ini menurut penilaian Bapak/Ibu apakah lebih baik/efektif (+) ataukah kurang baik/kurang efektif (-)? Isikan penilaian Bapak/Ibu pada lembar berikut.

2. Beri tanda centang (√) pada kolom sebelah kiri – (jika sedikit kurang) ; - - (sangat kurang) ; - - - (sangat buruk) atau kolom sebelah kanan + (jika sedikit lebih baik); + + (lebih baik); + + + (sangat lebih baik) untuk setiap Nilai Efektivitas Model pada Bagian Satu.

C. Bagian Satu (Checklist)

- - - - - - NILAI EFEKTIVITAS MODEL

PEKA BILA BISA KODE EXL + + + + + +

Desain/rancangan lebih operasional Komprehensif/kelengkapankomponen Kemudahan dalam implementasi/penerapan Kepraktisan dalam pelaksanaan

Sistematis/keruntutan langkah Efektivitas pencapaian tujuan Kesesuaian dengan kebutuhan siswa Kesesuaian dengan karakteristik siswa

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Kesesuaian dengan nilai karakter yang ditanamkan Kemenarikannya bagi siswa

Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan Kebermanfaatan bagi peningkatan karakter siswa Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi Kekuatannya dalam memperbaiki karakter siswa Ketepatan strategi/metode penanaman karakter Keberpihakan pada kearifan lokal

Kemudahan dalam mengevaluasi proses Kemudahan dalam penilaian capaian hasil

Menumbuhkan antusias/keberkesanan bagi siswa Memotivasi siswa untuk terlibat aktif

Menumbuhkan kreativitas/inisiatif siswa Memunculkan keberanian siswa untuk tampil Menanamkan rasa hormat siswa thd guru/teman Peningkatan keberanian siswa bertanggung jawab Penghargaan siswa terhadap teman/orang lain Peningkatan kerja sama/kekompakan tim Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang Membangun kepedulian/kesetiakawanan Kegembiraan siswa dalam mengikuti kegiatan Peningkatan keingintahuan siswa

Mendorong siswa untuk berpendapat/merespon Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri

Mendorong siswa berrefleksi

Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat Mengatasi perilaku negatif/trouble pada siswa Membangkitkan keikhlasan siswa unt menolong

D. Bagian Dua (Pertanyaan Terbuka dan Tertutup)

1 Menurut Bapak/Ibu, apakah model ini dapat diterapkan (perlu dilanjutkan) di sekolah Bapak/Ibu (di SMP pada umumnya); mohon beri alasan jawaban!

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________

2 Jika model ini diterapkan secara kolaboratif antara Guru BK dan Guru Mapel tertentu, apa kira-kira kesulitan atau hambatannya ?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________

3 Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus diperbaiki dalam implementasi model ini ? ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________

4 Apakah perlu disediakan modul pegangan guru dan siswa untuk implementasi model ini?

(Lingkari huruf)

a. Ya, sangat perlu dan mendesak c. Ya, tetapi tidak mendesak b. Tidak perlu d. Tidak tahu

Jika ya, apa saja isi/komponen yang perlu disusun/dimasukkan dalam modul tersebut?

Lampiran 2. Kuesioner Validasi Efektifitas Model Pendidikan Karakter Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning

(Responden: Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang) Pengantar

Anak-anak yang budiman, kalian telah mengikuti serangkaian kegiatan bimbingan kelas yang bermuatan pendidikan karakter. Ada banyak kegiatan yang mengasyikan yang telah kalian ikuti dari kakak-kakak fasilitator. Kegiatan ini telas selesai, terima kasih atas kesediaan kalian berpartisipasi. Sekarang, kami mohon kesediaan kalian untuk memberi kesan-kesan atau penilaian atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan apa yang kamu alami atau kamu peroleh dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

No Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya mengalami/ memperoleh/ merasa:

Alternatif Jawaban Ya Tidak Tidak

Tahu

1. Semangat untuk mengikuti kegiatan

2. Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu

3. Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan

4. Berani berpendapat

5. Lebih kreatif

6. Berani mencoba melakukan sesuatu

7. Takut salah dalam melakukan permainan

8. Malu dalam permainan kelompok

9. Dihargai oleh teman-teman

10. Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan

11. Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan

12. Manfaat bagi perbaikan perilaku

13. Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi

14. Keinginan untuk menolong orang lain

15. Puas terhadap bimbingan yang diberikan

16. Tertantang untuk mencoba

17. Capek/lelah/bosan dalam mengikuti semua kegiatan

18. Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti

19. Terdorong untuk terlibat aktif

20. Berani bertanggung jawab

21. Menghargai teman

22. Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim

23. Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan

24. Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk

25. Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang

26. Membangun kepedulian/kesetiakawanan

27. Peningkatan keingintahuan siswa

28. Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri

29. Mendorong siswa lebih disiplin

30. Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat

Lampiran 3. Kuesioner Tilik Diri Siswa Karakter Bela Gender (Self Assessment)

A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenik Kelamin : 3. No Absent : B. Petunjuk Umum Pengisisan

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan jawaban mu pada kolom alternatif jawaban dengan cara mencentang (√) sesuai dengan situasi dan kepribadian Kamu dengan sejujur-jujurnya.

Keterangan:

SS : Sangat Setuju KS : Kurang Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju

No Pernyataan KETERANGAN

SS S KS TS

1. Dalam keluargaku terdapat pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin .

2. Dalam keluargaku, anak laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

3. Orang tuaku bersikap adil baik kepada anak laki-laki maupun kepada anak perempuan terutama dalam hal mencurahkan kasih saying.

4. Orang tuaku memberi pola asuh yang berbeda kepada anak laki-laki dan anak perempuan, missal ya anak laki-laki dididik untuk mempunyai sifat maskulin sedangkan anak perempuan dididik untuk lebih feminine.

5. Orang tuaku memperbolehkan anak laki-laki mempunyai sifat feminin dan anak perempuan mempunyai sifat maskulin (tomboy).

6. Ketika aku masih kecil, orang tuaku mengarahkan untuk bermain hanya dengan teman sesama jenis kelamin.

7. Dalam keluargaku terdapat perbedaan peran antara ayah ibu atau antara anak laki-laki dan ank perempuan. 8. Orang tuaku menanamkan ajaran agama tentang konsep

9. Orang tuaku menerapkan diskriminasi gender terhadap anggota keluarga (membedakan anak laki-laki dengan anak perempuan .

10. Kelompok pergaulanku menganggap bahwa peran antara laki-laki dan perempuan sama (tidak dibedakan). 11. Aku pernah mengalami diskriminasi gender di

lingkungan sekolah.

12. Aku pernah mendapatkan pelajaran tentang bela gender atau pendidikan gender.

13. Lingkungan masyarakat tempat aku tinggal masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki & perempuan. 14. Aku pernah mengalami diskriminasi gender di

lingkungan masyarakat tempat aku tinggal.

15. Lingkungan masyarakat tempat tinggalku kebanyakan menyediakan kegiatan untuk laki-laki saja.

16. Masih terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di lingkungan masyarakatku.

17. Aku memandang laki-laki sebagai pemimpin 18. Aku menghormati perempuan yang berprestasi 19. Aku menghormati laki-laki yang berprestasi

20. Aku memandang hanya laki-laki boleh jadi ketua kelas. 21. Di sekolah siswa laki-laki boleh bermain ketika

istirahat di luar kelas, sedangkan siswi perempuan cukup berada dalam kelas saja.

22. Siswi perempuan sulit untuk bergaul di luar kelas 23. Siswa laki-laki banyak yang berperilaku seperti

penguasa.

24. Bagiku siswi perempuan mampu bersaing dalam kegiatan belajar di kelas.

25. Dalam menjalankan tugas piket di kelas siswa laki-laki tidak perlu menjalannya.

26. Siswi perempuan harus mengerjakan tugas piket kelas sebelum jam masuk kelas.

27. Bagiku kesuksesan itu hanya milik laki-laki

28. Siswi perempuan tidak boleh pulang sekolah tidak tepat pada waktunya.

29. Siswa laki-laki dapat bermain seusai jam pulang sekolah hingga sore hari.

30. Siswi perempuan tidak boleh membawa sepeda ketika berangkat ke sekolah.

Lampiran 4. Test Bela Gender (Pre-test dan Pos-test Siswa)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

Character Building Test- Based on Gender Value Pricillia Eka Diah Sabu Lazar Yogyakarta, April 2015

A. Identitas Responden Nama : No Absent : Jenis Kelamin : B. Petunjuk Pengisian Selamat Mengerjakan  1. Gender bagi saya adalah ...

a. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam bentuk alat kelamin. b. Sikap sosial dalam berperan dalam masyarakat.

c. Tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan. d. Karakteristik laki-laki maupun perempuan yang nampak dalam sikap dan

perilaku.

2. Dalam kehidupan sehari-hari seks bagi saya meliputi ... a. Jenis kelamin kita , laki-laki dan perempuan.

b. Alamat kelamin kita yang diwakili oleh penis dan vagina. c. Ciri-ciri fisik laki-laki dan perempuan.

d. Sifat laki-laki dan perempuan.

NO A B C D

1. 2. dst.

1. Bacalah pentunjuk di bawah ini dengan teliti.

2. Pilihlah jawaban a, b, c atau d sesuai dengan keadaan dirimu sebenarnya.

3. Tidak ada jawaban yang paling benar atau salah.

4. Silanglah(X) jawaban yang paling sesuai dengan dirimu pada lembar jawaban yang sudah tersedia.

Contoh: jika kamu memilih jawaban A, maka berilah tanda silang (X) pada kolom A, di lembar jawab yang tersedia. (Lihat contoh pengisian di bawah ini)

3. Saya memahami bahwa seks adalah ... a. Alat organ reproduksi.

b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan. c. Feminim dan maskulin

d. Sifat tomboy dan feminim

4. Peran seks bagi laki-laki adalah ... a. Untuk meneruskan keturunan keluarga.

b. Untuk dapat menghamili. c. Untuk memberikan nafkah. d. Untuk mengatur Rumah Tangga.

5. Saya menganggap bahwa siswa laki-laki memiliki kewajiban untuk ... a. Menjadi ketua kelas yang memiliki pendirian.

b. Menjadi anggota kelas saja. c. Menjadi siswa yang aktif.

d. Menjadi siswa yang dapat melindungi teman-temannya.

6. Saya ditunjuk sebagi seorang ketua kelas, maka hal yang saya lakukan adalah ...

a. Saya langsung mengiyakan saja.

b. Saya berpikir sebelum menerima tawaran sehingga dapat menjadi ketua kelas yang baik.

c. Saya menerima, namun melakukannya dengan setengah hati.

d. Saya menerima dan menjalankan amanah dari guru dan temen-teman dengan baik.

7. Saya mendapatkan tugas piket selama satu minggu bersama teman-teman, maka tindakan yang saya lakukan agar piket kelas ini berjalan dengan baik adalah ...

a. Saya membagi tugas , siswa laki-laki menaikan kursi dan perempuan menyapu lantai.

b. Saya mengerjakan tugas piket bersama-sama pada waktunya. c. Saya meminta bapak tukang kebun untuk membantu bertugas piket.

d. Saya berangkat agak siang selama seminggu sehingga tidak mengikuti piket. 8. Saat diminta membagi kelompok secara mandiri, hal yang saya lakukan adalah

...

a. Bergegas dan mencari teman yang nyaman dengan saya. b. Berdiam diri saja menunggu teman yang memilih saya.

c. Bergegas dan bergabung bersama teman-teman yang lain, baik itu laki-laki maupun perempuan.

d. Membetuk kelompok dengan teman yang berjenis kelamin sama dengan saya.

9. Setelah jam pulang sekolah, hal yang sering saya lakukan adalah ... a. Saya pulang ke rumah tepat waktu.

b. Saya mampir terlebih dahulu ke pusat perbelanjaan. c. Saya bermain ke rumah teman.

d. Saya pulang ke rumah, mengganti seragam lalu bermain bersama teman ke suatu tempat.

10.Saya tidak diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin regu pramukan, hal yang saya lakukan adalah ...

a. Saya marah namun tetap mengikuti kegiatan pramuka hingga selesai.

b. Saya menerima siapapun yang menjadi pemimpin regu, dan belajar sehingga kelak dapat menjadi pemimpin regu.

c. Saya tetap mengikuti kegiatan dengan gembira.

d. Saya mengabaikan teman yang memimpin, dan tetap mengikuti kegiatan dengan baik.

11.Siswa berprestasi dapat menghargai teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan, hal ini ditunjukan oleh ...

a. Saya tidak sombong ketika ada teman yang sedang memberikan pendapatnya di kelas.

b. Saya tetap rendah hati.

c. Saya mau berbagi pengetahuan dengan teman-teman yang lainnya.

d. Saya mau mendengarkan teman-teman yang tidak lebih pandai dari pada saya.

12.Dalam bergaul, saya tahu bahwa... a. Waktu main siswi perempuan tidak sebanyak siswa laki-laki. b. Siswi perempuan tidak boleh pulang terlalu malam.

c. Siswa laki-laki harus menghormati siswi perempuan.

d. Siswa perempuan harus bermain dengan perempuan dan laki-laki bermain dengan laki-laki.

13.Saya mau berbagi pendapat dengan teman yang berbeda jenis kelamin karena...

a. Teman laki-laki dapat berfikir menggunakan akal pikiran dan perempuan dapat menggunakan perasaannya.

b. Keputusan dapat diambil dengan cepat oleh laki-laki dan perempuan dapat berpikir lebih lama dalam mempertimbangkan suatu hal.

c. Saya lebih nyaman ketika bertukar pendapat dengan lawan jenis. d. Saya bosan bercerita dengan teman sesama jenis.

14.Siswi perempuan di kelas saya terpilih sebagai ketua osis, maka sikap saya...

a. Memberikan ucapan selamat. b. Mendukung segala programnya. c. Memberikan hadiah.

d. Biasa saja.

15.Siswi perempuan harus lebih menjaga diri ktika di sekolah, hal ini ditunjukan dengan...

a. Cara berpakaiannya. b. Cara bertutur kata.

c. Sikapnya dalam keseharian. d. Kesopanannya dalam bergaul.

16.Saya melihat ada teman yang tidak mau bergaul ketika jam istirahat, maka yang saya lakukan...

a. Mengajakanya jajan di kantin.

b. Menanyakan apa yang terjadi sehingga tidak mau ke luar kelas. c. Melihat namun tidak menyapanya.

d. Mendekatinya dan mengajaknya untuk bermain di luar kelas.

17.Saya berani bermimpi demi masa depan yang cerah, hal ini ditunjukan dengan...

a. Saya semangat belajar. b. Saya memiliki motivasi diri.

c. Saya tetap semangat dan tidak pantang menyerah. d. Saya menjalami hidup saya dengan biasa-biasa saja.

18.Saya melihat teman laki-laki yang sering usil kepada teman perempuan, sikap saya...

a. Saya membiarkannya saja, karena itu bukan urusan saya. b. Saya melihat namun tak berdaya untuk menegurnya.

c. Saya melihat dan menegurnya secara pribadi (tidak di depan banyak teman) d. Saya mengajaknya bicara empat mata dan memintanya untuk minta maaf

dan tidak berbuat usil lagi.

19.Saya berhasil memenangkan lomba, maka sikap saya setelahnya...

a. Saya bangga dan tetap belajar dengan tekun.

b. Saya bersyukur dan semakin tekun belajar serta membagikan pengetahuan saya kepada teman yang lain.

c. Saya mempersiapkan diri ikut lomba lagi, namun tanpa belajar.

d. Saya bersyukur dan membagikan pengetahuan serta pengalaman saya sehingga teman lain dapat termotivasi mengikuti lomba juga.

20.Saya berani bermimpi karena...

Dokumen terkait