• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender

Pendekatan Experiential Learning Menurut Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun 2014/2015

Pada akhir kegiatan implementasi, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan penilaian terkait dengan efektivitas model layanan. Terdapat 30 butir pernyataan dan siswa diminta untuk mencentang kolom ya (artinya setuju terhadap isi pernyataan) atau mencentang kolom tidak (artinya menolak isi pernyataan) atau kolom tidak tahu (artinya tidak dapat memberi pendapat atas nilai efektivitas yang tertuang dalam pernyataan. Hasil dari penilaian siswa tertuang dalam tabel 4.2

Tabel 4.2

Penilaian Siswa terhadap Efektivitas Layanan (N=33)

No Dalam kegiatan bimbingn karakter ini, saya mengalami/ memperoleh/ merasa:

Ya

Quan

tity (%)

1. Semangat untuk mengikuti kegiatan 33 100,0

2. Keberanian untuk tampil/melakukan sesuatu 29 90,6 3. Gembira/senang dalam melaksanakan kegiatan 33 100,0

4. Berani berpendapat 22 68,8

5. Lebih kreatif 26 81,3

6. Berani mencoba melakukan sesuatu 28 87,5

7. Takut salah dalam melakukan permainan 8 25,0

8. Malu dalam permainan kelompok 7 21,9

9. Dihargai oleh teman-teman 25 78,1

10. Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan 26 81,3 11. Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 26 81,3

12. Manfaat bagi perbaikan perilaku 31 96,9

13. Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 27 84,4 14. Keinginan untuk menolong orang lain 30 93,8 15. Puas terhadap bimbingan yang diberikan 29 90,6

16. Tertantang untuk mencoba 27 84,4

18. Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti 29 90,6

19. Terdorong untuk terlibat aktif 29 90,6

20. Berani bertanggung jawab 30 93,8

21. Menghargai teman 33 100,0

22. Kesediaan bekerja sama/kekompakan tim 30 93,8 23. Mempererat rasa persaudaraan/persahabatan 31 96,9 24. Ketaatan terhadap norma/peraturan/petunjuk 29 90,6 25. Memotivasi siswa untuk berusaha/daya juang 31 96,9 26. Membangun kepedulian/kesetiakawanan 33 100,0

27. Peningkatan keingintahuan siswa 30 93,8

28. Peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri 33 100,0

29. Mendorong siswa lebih disiplin 33 100,0

30. Membuat hubungan guru-siswa akrab/hangat/dekat 31 96,9 Keterangan : Item no 7, 8, dan 17 adalah pernyataan negatif.

Dengan mencermati hasil data pada tabel 4.2 tampak dengan sangat meyakinkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi partisipan dalam implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif menilai model ini sangat efektif. Pada enam aspek penilaian, seluruh siswa (100%) menilai bahwa implementasi model ini sangat efektif antara lain untuk meningkatkan kesadaran siswa guna memperbaiki diri, menghargai teman, membangun kepedulian atau kesetiakawanan, dan mendorong untuk lebih disiplin. Artinya model implementasi pendidikan karakter ini sangat efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter siswa.

3. Gambaran Hasil Self Assessment Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang dalam Implementasi Model Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning.

Berdasarkan perolehan data penelitian kuesioner tilik diri (self assesmennt) yang dihimpun setiap akhir sesi atau setiap pergantian topik

bimbingan dalam implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif, diketahui gambaran peningkatan karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015. Peneliti melakukan analisis data menggunakan teknik pengkategoriasasian milik Azwar. Berikut visualisasi gambaran tingkat karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 dalam tabel 4.3 dan grafik 4.1 di bawah ini

Tabel 4.3

Kategorisasi Hasil Self Assessment Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang dalam Implementasi Model Pendidikan Karakter Bela

Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning

Rentang Skor Kategori Sesi I II III F % F % F % > 102 Sangat Tinggi 0 0 0 0 5 15,1 85 - 102 Tinggi 0 0 5 15,1 19 57,5 67 - 84 Sedang 11 33,4 24 72,7 9 27.2 48 - 66 Rendah 22 66,6 4 12,2 0 0 < 48 Sangat Rendah 0 0 0 0 0 0

Data pengkategorisasian di atas, apabila disajikan dalam bentuk grafik, akan tampak seperti pada halaman berikut.

Grafik 4.1

Gambaran Perubahan Pemahaman Siswa mengenai Karakter Bela Gender pada Setiap Sesi Implementasi

Lebih jauh, penelitian ini juga menggunakan test pendidikan karakter bela gender yang dilakukan di awal (pre-test) dan akhir (post-test) kegiatan. Bertolak dari perolehan data penelitian yang dihimpun melalui tes peningkatan karakter bela gender, diketahui gambaran karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015. Hasil data menunjukan gambaran tingkat karakter bela gender siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Peneliti melakukan analisis data menggunakan teknik kategorisasi dengan model distribusi normal. Berikut visualisasi gambaran tingkat karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang tahun ajaran 2014/2015 dalam tabel 4.4 dan grafik 4.2 di bawah ini. 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 Sesi 1 Sesi 3 Sesi 2

Tabel 4.4

Kategorisasi Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan

Pendekatan Experiential Learning Rentang Skor Kategori Pre-Test Post-Test F % F % >68 Sangat Tinggi 0 0 6 18,17 56-68 Tinggi 0 0 21 63,40 44-45 Sedang 26 78,78 6 18,17 32-43 Rendah 7 21,22 0 0 <32 Sangat Rendah 0 0 0 0 Data pengkategorisasian di atas apabila disajikan dalam bentuk grafik akan tampak sebagai berikut.

Grafik 4.2

Grafik Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan

Pendekatan Experiential Learning 0 5 10 15 20 25 30 Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0 7 26 0 0 0 0 6 21 6 Pre Test Post Test

4. Signifikansi Hasil Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Sebelum dan Sesudah Implementasi

Penelitian ini menggunakan hasil uji t sampel berpasangan untuk mengetahui efektivitas implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang. Berikut output hasil hitung uji t.

Tabel 4.5

Hasil Uji T-Test (Paired Sample Statistics)

Tabel Paired Samples Statistics di atas menunjukan bahwa ditinjau dari rata-rata skor karakter bela gender sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning terjadi peningkatan senilai 23.5757.Jika ditinjau dari standar deviasi terjadi penurunan senilai 0.47256. Penurunan standar deviasi atau standar eror rata-rata menunjukan bahwa data yang dimiliki adalah dan tidak terlalu jauh dari mean.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 PreTest 45.5152 33 4.41845 .76915

Tabel 4.6

Hasil Uji T-Test (Paired Sample Test)

Berdasarkan tabel data Paired Samples Test di atas tampak nilai Sig. (2-tailed) (0.000) < (0.05) dan nilai t hitung (26.951) > t tabel (32;0.05) adalah 2.035, maka Ho ditolak. Artinya, secara statistik implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning guna meningkatkan nilai karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawang sebelum dan sesudah treatment terbukti signifikan sehingga efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter bela gender.

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Devi

ation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pa PreTest-

PostTest -2.35758E1 5.02513 .87476 -25.35759 -21.79 26.951 32 .000 Paired Samples Test

B. Pembahasan

1. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Berdasarkan Penilaian Mitra Kolaboratif

Mitra kolaboratif dalam penelitian efektivitas hasil implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning di SMP N 9 Singkawang pada Tahun Ajaran 2014/2015 diwakili oleh 3 pihak, yakni;

a. Bapak Rahadian Dedy D, S.Pd Guru Bimbingan dan Konseling b. Bapak Suryadi, ST Guru Mata Pelajaran IPA c. Ibu Dra. Nani Inan Kepala Sekolah

Proses implementasi layanan secara penuh dinilai oleh Guru BK dan Guru IPA. Kepala Sekolah dalam hal ini berperan sebagai observer efektivitas kegiatan. Data menggambarkan bahwa ketiga pihak yang terlibat sebagai penilai, mengakui bahwa model implementasi yang dilakukan di SMP N 9 Singkwang sangat lebih baik. Model implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dirasa sebagai inovasi pembelajaran yang sangat lebih baik untuk dilakukan. Hal ini tentu didasari oleh pengalaman-pengalam pendidikan karakter sebelumnya (pendidikan karakter terintegrasi). Mitra kolaboratif mendeskrpsikan secara singkat bahwa kolaborasi antar guru bk sangat perlu dilakukan. Kolaborasi dengan takaran yang sesuai tentu akan menghasilkan output yang baik, baik output hasil siswa, maupun output hasil bagi guru bk dan guru mata pelajaran tersendiri. Hal serupa juga

diungkapkan Depdiknas (2004) yang mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal adalah sarana yang dapat menunjang perkembangan optimal siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut

Bimbingan klasikal kolaboratif yang digunakan peneliti juga melibatkan pendekatan experiential learning. Artinya dalam kegiatan guru bk dan guru mata pelajaran menagajak siswa untuk berproses secara aktif sehingga siswa dapat belajar melalui pengalamannya secara langsung. Sesuai dengan tujuan dari experiential learning yang diungkapkan (Nasution, 2005) bahwa pendekatan ini bermakna ketika pembelajaran dapat mempengaruhi siswa dalam mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa, dan tentu memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Jika ditinjau lebih jauh, desain program akan menjadi baik apabila disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan nilai karakter yang dirasa masih perlu ditingkatkan. Apabila komponen pada pembahasan sebelumnya dipertimbangkan dengan masak, maka hasil yang signifikan dapat berdampak dalam memperbaiki karakter siswa menjadi lebih baik.

Pendekatan experiential learning juga memiliki keunggulan untuk semakin memotivasi siswa sehingga dapat terlibat aktif, lebih berani untuk speak up, kooperatif, peduli, sehingga memiliki daya juang yang tinggi dalam mengatasi persoalan belajar dan menjadi peka sosial. Proses

kegiatan yang menyenangkan, disamping membantu mempermudah komunikasi antara guru dan siswa atau sebaliknya, juga dapat mempermudah siswa untuk berefleksi atas pengalaman belajar, pengalaman hidup pribadi, maupun pengalaman-pengalaman di lingkungan sekitarnya. Dengan berefleksi siswa kemudian dapat semakin sadar akan pengalaman-pengalamannya dan menjadi pribadi yang semakin komunikatif. Dengan demikian perilaku-perilaku siswa yang semula salah suai dapat teratasi.

Validitas penilaian yang dilakukan oleh mitra kolaboratif juga menghasilkan anggapan bahwa implementasi bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning pada tahun 2014/2015 merupakan model yang lebih baik dibandingkan dengan model sebelumnya. Secara khusus, guru bk mengungkapkan bahwa pada proses implementasi, siswa nampak lebih memiliki penghargaan terhadap teman. Selain itu, proses yang terjadi juga mampu menunjukan bahwa siswa di SMP N 9 Singkawang memiliki keberanian untuk tampil dan beraksi dengan krativitas tinggi. Proses ini dianggap kontekstual bila diterapkan sesuai dengan konten dan kebutuhan siswa, secara khusus untuk meningkatkan pendidikan karakter dalam diri mereka. Zubaedi (2012) juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor keberhasilan pendidikan karakter adalah adanya banyak corak refleksi sikap. Refleksi sikap akan menghasilkan tindakan-tindakan dan motivasi dari dalam diri dan tentunya dimotori oleh naluri dalam diri seseorang.

Pukurbalitbangnas pada tahun 2011 (Suyadi, 2013), juga memaparkan bahwa ada banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam pendidikan karakter, salah satunya adalah sikap toleransi. Toleransi dalam penerapan yang menghasilkan pengalaman akan berdampak pada sikap positif siswa dalam menanggapi kesenjangan gender. Dalam hal ini, siswa menanggapinya melalui implementasi pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal yang experiential learning.

Terdapat sedikit sorotan pada score yang diberikan dalam item keberpihakan pada kearifan lokal. Rupanya ini adalah salah satu hal yang cukup dijunjung tinggi di Singkawang. Disadari oleh peneliti, kearifan lokal sedikit terlupakana ketika implementasi dilaksanakan. Lingkungan fisik sekolah yang kurang memungkinkan, menjadikan seluruh implementasi layanan dilakukan di dalam ruang seni budaya (in door learning). Perlu diketahui, hal ini rupanya cukup disoroti mengingat hampir 90% siswa yang menerima perlakuan adalah anak-anak suku dayak, yang mana mereka sangat bergantung dan menjujung tinggi alam di sekitarnya. Guru mata pelajaran juga memberikan pemaparannya secara singkat bahwa mereka belum mampu jika harus melakukan ice breaking dengan lagu-lagu yang sangat modern di tengah-tengah jam pelajaran. “Belum jadi budayanya”, ungkap beliau. Guru bk menambahkan penjelassnya bahwa pada dasarnya anak-anak SMP N 9 Singkwang sangat terbuka atas model-model pembelajaran baru, namun tetap harus disatukan dengan lingkungan sekitar mereka. Model pembelajaran ini juga

menjadikan anak-anak berani memecahkan klick di antara mereka. Anak-anak SMP N 9 Singkawang tidak begitu senang dengan model pembelajaran yang tidak melibatkan mereka, baik secara kognisis, afeksi, hingga konasi. Pernyataan serupa telah diungkapkan (Bahruddin, Wahyuni, 2010) bahwasannya fokus dari model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa (afeksi) dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa (konasi).

Berdasarkan validitas penilaian yang dilakukan oleh mitra kolaboratif, maka dapat ditarik satu kesimpulan yang kuat mengenai implementasi bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning. Model pembelajaran seperti ini terbukti efektif dilakukan oleh siswa di SMP N 9 Singkawang. Secara khusus efektif untuk meningkatkan karakter bela gender siswa kelas VIII SMP N 9 Singkawan tahun ajaran 2014/2015

2. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bela Gender Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning Berdasarkan Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 9 Singkawang Tahun Ajaran 2014/2015

Proses implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning juga mendapatkan penilaian langsung dari para penerima perlakuan. Siswa ikut memberikan penilaian dengan hasil yang spektakuler, yakni sebagian besar siswa mengaku

merasa gembira sehingga menjadi lebih antusias dalam mengikuti implementasi layanan. Proses ini menjadikan siswa sadar akan potensi dalam dirinya sehingga siswa dapat menerapkan pemahaman dari setiap pengalaman dan mewujudnyatakannya dengan berani tampil. Model implementasi ini dirasa mudah untuk diterima oleh mereka.

Kemudahan dalam menerima materi mengajak siswa untuk jadi lebih kreatif sehingga berani untuk mencoba hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Namun, hingga akhir kegiatan, masih ada satu (1) siswa yang takut tidak dihargai oleh temannya. Dalam Tabel 4.2 terdapat tiga pernyataan yang diberikan shading berwarna kuning oleh peneliti. Hal ini dikarenakan ketiga item tersebut merupakan pernyataan negatif. Skor rendah dalam pernyataan negatif diartikan baik. Artinya, siswa merasa percaya diri dan tidak takut salah serta tidak malu dalam melakukan permainan. Selain itu, karena antusiasme yang sangat tinggi (> 60%) siswa tidak merasa capek, lelah, ataupun bosan dalam mengikuti semua kegiatan.

Selanjutnya, dengan mencermati hasil data pada tabel 4.2 tampak dengan sangat meyakinkan bahwa sebagian besar siswa yang menjadi partisipan dalam implementasi model pendidikan karakter bela gender berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif menilai model ini sangat efektif. Pada enam aspek penilaian, seluruh siswa (100%) menilai bahwa implementasi model ini sangat efektif antara lain untuk meningkatkan kesadaran siswa guna memperbaiki diri, menghargai teman, membangun kepedulian atau kesetiakawanan, dan mendorong untuk lebih disiplin.

Artinya model implementasi pendidikan karakter ini sangat efektif digunakan untuk meningkatkan nilai karakter siswa.

3. Tingkat Karakter Bela Gender Siswa Kelas VIII SMP N 9

Dokumen terkait