• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KOMUNI PERTAMA

B. Penghayatan Ekaristi

3. Bagian-bagian dalam Perayaan Ekaristi dan cara

Kini Tuhan Yesus hadir di dalam Perayaan Ekaristi, yaitu dalam Sabda-Nya (Liturgi Sabda) dan dalam rupa roti dan anggur (Liturgi Ekaristi). Maka dari itu, kita harus memahami Perayaan Ekaristi dalam detail-detailnya supaya kita dapat menghayatinya dan Perayaan Ekaristi tersebut menjadi bermakna bagi kita. Kita akan mendalami satu demi satu bagian-bagian Perayaan Ekaristi.

a. Ritus Pembuka

Sikap umat pada saat menyambut perarakan para petuga liturgi serta Imam adalah berdiri. Berdiri merupakan sikap hormat dan penuh perhatian terhadap kehadiran Tuhan. Fungsi lagu pembuka adalah untuk menyatukan pikiran dan suara umat dalam satau kesatuan kata, nada, dan irama. Ketika imam dan para petugas liturgi menundukan kepala di hadapan altar, kita juga harus ikut

menundukan kepala dan berdoa di dalam hati, “Ya Tuhan, aku hadir di sini, memenuhi panggilan-Mu” (Supranto, 2012:5).

Tanda Salib dalam ritus pembuka pada Perayaan Ekaristi menunjuk pada pengakuan iman. Pengakuan bahwa keselamatan terjadi melalui Salib Kristus. Kekutan dan kemenangan orang Kristiani terletak pada Salib Kristus. Tanda Salib dengan mengucapkan seruan Tritunggal menunjuk pada inti iman yang diakui dan dinyatakan pada pembaptisan.

Pernyataan tobat biasanya menyanyiakan Tuhan Kasihanilah Kami atau menyatakan seruan tobat “Saya Mengaku”. Kata Tuhan dan Kristus dalam pernyataan tobat itu merupakan ungkapan pujian kepada Tuhan Yesus, sedangkan “Kasihanilah Kami” merupakan permohonan akan belas kasih dan kerahiman Allah. Pada saat pernyataan tobat, biasanya kita menebahkan dada sebanyak tiga kali, ini merupakan ungkapan kesedihan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Setelah pernyataan tobat, imam akan mengucapkan absolusi dengan tangan terkatup, tanpa memberikan berkat Salib dan umat tidak perlu membuat Tanda Salib karena absolusi ini tidak bersifat sakramental.

Menyanyiakan madah Kemuliaan dengan sepenuh hati dan dengan sadar. Madah kemuliaan akan terasa agung dengan menyanyikan setulus hati supaya bisa masuk ke dalam relung hati sehingga kita akan merasakan bulu kuduk berdiri.

Doa Pembuka merupakan peralihan dari ritus pembuka ke liturgi Sabda. Doa pembuka didoakan oleh Imam sendiri. Imam mendoakan doa pembuka dengan merentangkan tangan ini melambangkan bahwa Gereja sedang berdoa. Ajakan Imam, yaitu “Marilah Kita berdoa” ini dijiwai oleh umat ketika imam

melakukannya dengan cara yang simpatik, yaitu dengan membuka tangan dan bahkan dengan senyuman. Saat hening pada doa pembuka, imam dan umat sedang menyadari kehadiran Allah dan mengungkapan doa-doa atau ujud pribadi di dalam hati. Dan pada akhir doa pembuka umat berkata “Amin” ini menunjukan bahwa umat menyetujui. Oleh karena itu, doa pembuka menjadi doa setiap umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi.

b. Liturgi Sabda

Allah sendiri yang berbicara dalam Liturgi Sabda, kita harus mempersiapkan diri sebagai ungkapan hormat kepada Allah. Persiapan sebelum misa adalah disarankan umat untuk membaca dan merenungkan bacaan pada saat Perayaan Ekaristi. Kemudian mengambil satu ayat untuk diucapkan berulang-ulang di dalam hati. Pada saat Perayaan Ekaristi umat duduk/berdiri, ini sebagai ungkapan pendengar yang baik yang memperhatiakan setiap sabda yang keluar dari mulut Allah. Berusaha menangkap pesan Allah lewat homili yang disampaikan imam. Setelah dialog pembacaan Injil, ada pembuatan tanda salib di dahi, mulut dan dada disertai doa sebagai berikut : doa pada waktu membuat tanda salib di dahi “Sucikanlah pikiranku, ya Tuhan, supaya aku dapat memikiran dan merenungkan Sabda-Mu”; doa pada waktu membuat tanda salib di mulut “Sucikanlah mulut-ku, ya Tuhan, supaya aku dapat mewartakan Sabda-Mu”; doa pada waktu membuat tanda salib di dada “Sucikanlah hatiku, ya Tuhan, supaya akau dapat meresapkan Sabda-Mu ke dalam hatiku” (Supranto, 2012:22).

Mazmur Tanggapan dinyanyikan di dalam Perayaan Ekaristi setelah mendengarkan bacaan pertama. Makna Mazmur Tanggapan adalah tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru saja diwartakan. Hendaknya umat ikut menyanyi pada saat ulangan atau refren. Ini berupa pujian atas karya-karya keselamatan Allah. Mazmur tanggapan harus bersumber pada Kitab Suci, itulah sebabnya mengapa Mazmur Tanggapan tidak bisa diganti dengan lagu-lagu yang lain. Sebab belum tentulah lagu tersebut isinya sesuai dengan bacaan saat itu.

Bait pengantar Injil masih berkaitan dengan isi Injil yang akan dibacakan. Umat juga ikut menyanyikan pada saat antifon Alleluia. Ketika Bait Pengantar Injil dinyanyikan, maka umat harus berdiri. Ini merupakan sikap hormat kepada Kristus yang hadir dan berbicara melalui Injil. Berdiri juga merupakan sikap kesiapan umat untuk menyambut Tuhan yang akan bersabda di dalam Injil.

Homili merupakan bagian tak terpisahkan dari Liturgi Sabda. Homili merupakan penjelasan dari bacaan pertama, kedua dan Injil. Homili merupakan tugas istimewa Imam, bukan prodiakon, bukan juga frater.

Syahadat atau Aku Percaya merupakan tanggapan umat terhadap bacaan-bacaan yang baru saja didengarkan. Dengan mengucapkan atau menyanyikan syahadat, umat mengingat kembali dan mengakui pokok-pokok iman Katolik sebelum merayakan di dalam Liturgi Ekaristi. Ketika mengucapkan “... yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria ...” ; ini mengandung arti bahwa kita menyadari akan kasih Allah yang telah menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita (Supranto, 2012:33).

Doa umat mengakhiri liturgi Sabda. Dalam doa umat, umat bersama berdoa agar kita mampu mengamalkan Sabda-Nya dan sungguh menjadi serupa dengan Kristus, pembawa damai. Doa umat ditunjukkan untuk kepentingan Gereja dan Dunia, tetapi bukannya untuk kepentingan sendiri. Di siapkan satu kesempatan bagi umat untuk berdoa dalam hati untuk ujub-ujub pribadi. Sebab apabila tidak didokan di dalam hati maka suasana Perayaan Ekaristi menjadi riuh dan tidak khidmat lagi.

c. Liturgi Ekaristi

Sesudah liturgi sabda, kita memasuki liturgi Ekaristi. Di dalamnya sabda Allah dihadirkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman. Dalam liturgi Ekaristi juga Tubuh Kristus dihadirkan untuk menjadi makanan kekal bagi kita. Ada tiga bagian di dalam liturgi Ekaristi yaitu, persiapan persembahan, Doa Syukur Agung, Komuni.

Waktu persiapan persembahan merupakan saat kolekte dan segala masalah serta kegembiraan kita diserahkan bersama roti dan anggur kepada Imam di Altar. Pada saat bahan persembahan diarak, lagu persembahan dinyanyikan sampai bahan persemabahan sampai di Altar. Apabila tidak ada nyanyian persembahan dapat menggunkan iringan instrumen yang lembut untuk mencipatakan suasana yang hening. Perarakan persembahan adalah melambangkan pada saat Yesus diarak menuju kalvari untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban keselamatan.

Doa Syukur Agung merupakan puncak dari Perayaan Ekaristi. DSA dimulai dengan prefasi yang berarti di hadapan hadirat Tuhan. Pertama Imam

berkata : “Tuhan bersamamu/Tuhan besertamu” dan umat menjawab “Dan bersama rohmu/dan sertamu juga”. Kemudian imam berkata “Marilah kita mengarahkan hati kepada Tuhan”. Umat menjawab “Sudah kami arahkan”. Kemudian imam bersyukur dengan berkata “Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita”. Umat menjawab “sudah layak dan sepantasnya”. Prefasi diakhiri dengan nyanyian kudus. Ini mempunyai maksud untuk mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa atas keajaiban Allah bagi umat-Nya.

Doa Syukur Agung terdiri dari beberapa bagian penting, yang pertama adalah Epiklese, yaitu doa mohon turunnya Roh Kudus agar mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Umat tidak perlu membuat tanda Salib ketika Imam memberkati atas roti dan anggur tarsebut. Yang kedua adalah Doa Konsekrasi, ini merupakan kata-kata Yesus pada saat perjamuan malam terakhir. Dengan kata-kata konsekrasi tersebut, roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Sebaiknya umat memandang Tubuh dan Darah Kristus yang diangkat oleh imam dengan sikap menyembah-Nya sambil mengulangi dalam hati pernyataan iman Santo Thomas : “Ya, Tuhanku dan Allahku”. Dan pada saat imam berlutut umat dapat berdoa di dalam hati: “Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mengasihiku dengan memberikan nyawa-Nya kepadaku”. Yang ketiga Aklamasi / Seruan Anamnese, anamnese merupakan tanggpan umat atas terjadinya mukjizat perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kemudian yang keempat doa persembahan atau doa korban. Gereja mempersembahkan kepada Allah Bapa persembahan Kristus yang mendamaikan kita dengan-Nya. Imam juga berdoa agar yang menerima Tubuh dan Darah

Kristus dipenuhi dengan rahmat dan berkat. Yang kelima adalah Doa Permohonan. Di dalam doa permohonan ini yang paling pokok adalah berdoa untuk persatuan. Berdoa juga untuk Paus, Uskup, semua anggota gereja, dan diri kita sendiri. Keenam adalah Doksologi. Imam berkata “Dengan pengantaraan Kristus ...”. umat menjawab “Amin” yang berarti tanda persetujuan serta partisipasinya di dalam rangkaian Doa Syukur Agung (Supranto, 2012: 42-48).

Doa Bapa Kami merupakan persiapan dalam penyambutan komuni. Ada hubungan antara doa Bapa Kami dengan komuni. Karena di dalam doa Bapa Kami terdapat kata-kata “Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami”. Rezeki bagi orang Kristiani adalah Tubuh Kristus sendiri. Permohonan pengampunan dan damai merupakan persiapan yang paling pantas untuk menyambut Tubuh Kristus, sehingga doa Bapa Kami berhubungan erat dengan “Doa Damai”. Di dalam Doa Damai umat mempunyai niat untuk mengampuni orang lain yang bersalah terhadap kita dan meminta ampun kepada orang lain terhadap kesalahan yang telah kita perbuat. Pada saat Doa Damai ingatlah siapa saja yang membutuhkan pengampunan kita dan kepada siapa saja kita akan meminta ampun. Setelah Doa Damai kita kemudian memberikan salam damai dengan saling bersalaman dengan orang di kiri, kanan, depan dan belakang kita sebagai tanda persatuan dan pengampunan sebelum menerima komuni.

Pemecahan Roti dan Persiapan Komuni, Imam memecahkan Hosti dengan diiringi lagu atau mendaraskan Anak Domba Allah. Anak Domba Allah menggambarkan sengsara dan kemenengan Kristus sebab Dialah Anak Domba

Paskah yang baru. Setelah memecahkan Hosti, Imam memperlihatkan-Nya kepada umat dan berkata “Inilah Anak Domba Allah Yang Menghapus Dosa Dunia. Berbahagialah kita yang diundang dalam Perjamuan Tuhan”. Bersama dengan Imam, umat menjawab : “Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”. Jawaban tersebut di ambil dari perikop Kitab Suci tentang seorang perwira yang meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Mat, 8:8). Setelah Imam meletakkan Hostinya kembali, umat dapat berdoa di dalam hati :”Semoga Tuhan melihat iman dalam hatiku sehingga mengabulkan permohonanku”. Dan kemudian disambung dengan berdoa secara pribadi di dalam hati.

Pada saat kita akan menyambut komuni atau berjalan menuju Tubuh Kristus kita dapat berdoa: “Tuhan, ini aku, datang menyambut-Mu ...” atau “Tuhan, mari masuklah ke dalam hatiku ...”. Pada saat menerima Tubuh Kristus, umat menjawab Amin. Artinya adalah bersyukur telah menyambut Tuhan Yesus sendiri sebagai tamu Agung yang masuk ke dalam diri kita dan bersatu dengan tubuh dan jiwa kita. Setelah menerima komuni umat dapat berdoa di dalam hati dengan berkata: “Engkaulah Tuhanku, Enagkaulah Rajaku, aku menyembah-Mu, Tuhan. Aku mengasihi Engkau”. Kemudian kita bersyukur kepada Tuhan sebab Ia telah datang dan masuk di dalam diri kita melalui Komuni Suci. Kita juga memohon ampun untuk semua dosa dan kesalahan kita: “Tuhan ajarilah aku untuk menghindari dosa demi kasiku kepada-Mu”. Kita juga meminta kepada Tuhan

untuk menguduskan kita dan semua manusia serta agar kita dapat mengasihi. Dan yang terakhir kita juga berdoa agar Tuhan Yesus dapat dikenal dan dikasihi oleh sebanyak mungkin orang.

Liturgi Ekaristi diakhiri dengan Doa sesudah komuni. Imam mendoakan Doa sesudah komuni dan umat menjawab Amin. Inti dari doa sesudah komuni adalah bersyukur atas Ekariati yang telah dirayakan, memohon berkat agar kita dapat bertekun dalam perutusan dan memohon agar nantinya diperkenankan mengikuti perjamuan di Surga.

d. Ritus Penutup

Ritus penutup mempunyai fungsi untuk menutup semua rangkaian Perayaan Ekaristi dan juga menghantar umat untuk melaksakan perutusannya di dalam kehidupan sehari-hari yang menyucikan dunia di mana umat berada. Ritus penutup terdiri dari pengumuman, berkat dan pengutusan, serta perarakan keluar.

Yang pertama adalah mendengarkan pengumuman. Di dalam pengumuman berisikan hal-hal penting, kegiatan-kegiatan umat di suatu paroki. Pengumuman tidak perlu panjang-panjang, hanya hal-hal yang perlu diumumkan saja menyangkut kepentingan bersama.

Yang kedua adalah Berkat dan Pengutusan, ini dimulai dengan sapaan Imam kepada umat “Tuhan sertamu” dan umat menjawab “dan setamu juga”. Kemudian Imam memberkati umat dengan menyebut nama Allah Tritunggal, maknanya adalah kehadiran dan penyertaan Allah merupakan berkat yang sesungguhnya, bagi umat untuk menjalankan pengutusannya di dalam dunia

nyata. Ada tiga bentuk pengutusan yaitu, bertumbuh di dalam iman, bertumbuh di dalam persaudaraan, bertumbuh dalam pelayanan kasih.

Setelah memberikan hormat dan mencium Altar, Imam dan semua petugas liturgi keluar dari panti imam menuju sakristi dengan diiringi lagu penutup. Perarakan keluar ini mempunyai maka bahwa kita pulang dan meninggalkan Gereja dengan membawa sebuah tugas bersama, yaitu memberi arti kehidupan kita sehari-hari.

Inilah tadi beberapa cara untuk dapat menghayati ekaristi di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan cara-cara tersebut diharapkan kita semakin mencintai Tuhan melalui Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama pendamping dapat memberikan pengetahuan tentang cara-cara menghayati Perayaan Ekaristi. Sehingga anak-anak akan dapat menghayatai Perayaan Ekaristi sesuai dengan usianya. Fokus pembahasannya adalah apakah pelajaran komuni pertama mempunyai peranan terhadap penghayatan ekaristi pada saat Misa Kudus.

Kemudian, nantinya penulis dapat mempunyai batasan-batasan permasalahan yang akan di teliti. Pertama-tama adalah apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam pelajaran Komuni Pertama. Selanjutnya adalah menemukan ada tidaknya peranan Pelajaran Komuni Pertama terhadap penghayatan ekaristi dan yang terakhir faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penghayatan ekaristi.

Dokumen terkait