• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan pelajaran komuni pertama bagi peserta terhadap penghayatan ekaristi di lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan pelajaran komuni pertama bagi peserta terhadap penghayatan ekaristi di lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi ini mengambil adalah “Peranan Pelajaran Komuni Pertama Bagi Peserta Terhadap Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten“. Penulis memilih judul ini karena keprihatinan penulis dengan anak-anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan juga yang sudah kuliah yang suka di luar Gereja pada saat Perayaan Ekaristi hari Minggu. Dan lebih parahnya lagi anak-anak usia sekolah dasar tersebut bersama orang tua mereka. Padahal untuk usia di atas sekolah dasar, mereka pastinya sudah pernah mendapatkan pelajaran Komuni Pertama. Mungkinkah pelajaran Komuni Pertama yang telah mereka dapatkan tidak memberikan dampak apa-apa. Begitu juga dengan penghayatan Ekaristi, merekapun tidak dapat merasakannya dan juga melakukannya.

Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni yang pertama kalinya oleh seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Penghayatan Ekaristi adalah suatu cara, tindakan dan gaya hidup kita yang menggambarkan semangat kita akan Yesus Kristus yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh Kudus di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam.

Dalam Gereja Katolik pelajaran komuni pertama berperan penting bagi penghayatan ekaristi umat di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama merupakan usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama membantu peserta dan juga umat untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Di dalam pelajaran komuni pertama ini banyak hal yang diajarkan seperti tata perayaan ekaristi, susunan liturgi, roti hidup, kitab suci dan sebaginya. Gereja Katolik mewajibkan bagi setiap anak untuk mengikuti pelajaran komuni pertama sebelum menerima Roti dan Anggur untuk pertama kalinya. Tujuan Gereja mewajibkan pelajaran komuni pertama adalah peserta mendapatkan pengathuan tentang Gereja dan tentang agama Katolik secara lebih mendalam. Setelah itu diharapkan supaya semakin menghayatai Perayaan Ekaristi dengan berbagi hal yang diberikan lewat pelajaran komuni pertama.

(2)

ABSTRACT

The title of this thesis took was " Lessons role First Communion For Participants Of the Eucharist at St. Francis Xavier Parish Environmental Administrative Santa Maria Queen Bayat, Klaten ".The author chose this title because it concerns the author with children of primary school age, junior high school, high school and even college are like outside the church during Sunday Mass. And worse of children of primary school age are with their parents. Whereas for the age of elementary school, they certainly had never received First Communion lessons. Could the First Communion lessons they have learned not to affect anything. So also with living the Eucharist, they would not be able to feel it and also do so.

(3)

PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI

DI LINGKUNGAN SANTO FANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU

BAYAT, KLATEN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Veronica Demitia Sandhy Parestu NIM: 101124009

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

Telah disetujui oleh:

(5)

Ketua

Sekretaris

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini dipersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus

Bapak Ig. Dibya D.T dan Ibu Emiliana Sarwini, Agustina Dewi Kurnia Mahardika,

(7)

v MOTTO

“Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyedikan

(8)

Yogyakarta 5 Mei 2015

Penulis

(9)
(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini mengambil adalah “Peranan Pelajaran Komuni Pertama bagi pesera Terhadap Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat “. Penulis memilih judul ini karena keprihatinan penulis dengan anak-anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan juga yang sudah kuliah yang suka di luar Gereja pada saat Perayaan Ekaristi hari Minggu. Dan lebih parahnya lagi anak-anak usia sekolah dasar tersebut bersama orang tua mereka. Padahal untuk usia di atas sekolah dasar, mereka pastinya sudah pernah mendapatkan pelajaran Komuni Pertama. Mungkinkah pelajaran Komuni Pertama yang telah mereka dapatkan tidak memberikan dampak apa-apa. Begitu juga dengan penghayatan Ekaristi, merekapun tidak dapat merasakannya dan juga melakukannya.

Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni yang pertama kalinya oleh seseorang yang telah dibaptis secara Katolik. Penghayatan Ekaristi adalah suatu cara, tindakan dan gaya hidup kita yang menggambarkan semangat kita akan Yesus Kristus yang dijiwai dan dipimpin oleh Roh Kudus di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam.

Dalam Gereja Katolik pelajaran komuni pertama berperan penting bagi penghayatan ekaristi umat di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama merupakan usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi. Pelajaran komuni pertama membantu peserta dan juga umat untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Di dalam pelajaran komuni pertama ini banyak hal yang diajarkan seperti tata perayaan ekaristi, susunan liturgi, roti hidup, kitab suci dan sebaginya. Gereja Katolik mewajibkan bagi setiap anak untuk mengikuti pelajaran komuni pertama sebelum menerima Roti dan Anggur untuk pertama kalinya. Tujuan Gereja mewajibkan pelajaran komuni pertama adalah peserta mendapatkan pengathuan tentang Gereja dan tentang agama Katolik secara lebih mendalam. Setelah itu diharapkan supaya semakin menghayatai Perayaan Ekaristi dengan berbagi hal yang diberikan lewat pelajaran komuni pertama.

(11)

ix ABSTRACT

The title of this thesis took was "The Role of First Communion Lesson Of Living the Eucharist at St. Francis Xavier Parish Environmental Administrative Santa Maria Queen Bayat". The author chose this title because it concerns the author with children of primary school age, junior high school, high school and even college are like outside the church during Sunday Mass. And worse of children of primary school age are with their parents. Whereas for the age of elementary school, they certainly had never received First Communion lessons. Could the First Communion lessons they have learned not to affect anything. So also with living the Eucharist, they would not be able to feel it and also do so.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peranan Pelajaran Komuni Pertama Terhadap Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius, Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat “. Penyusunan skripsi ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari banyak hal yang masih kurang dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi tatabahasa ataupun dalam pembahasan materi karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata dengan tidak mengurangi rasa hormat dan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

(13)

xi

2. Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji, yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum., selaku dosen penguji, yang terus memberikan semangat, mendampingi, dan memberikan masukan kepada penulis.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar di prodi IPPAK.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan PUSKAT yang telah memberi dukungan dan pelayanan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ig Dibya Dwi Tyasnanta dan Ibu Emiliana Sarwini yang memberikan semangat dan dukungan moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, atas persaudaraan, perhatian, dukungan dan perjuangan selama masa perkuliahan.

8. Umat lingkungan Santo Fransiscus Xaverius, atas waktu, perhatian, dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik. 9. Untuk semua orang yang belum penulis sebutkan namanya satu persatu, yang

telah membantu dalam bentuk semangat.

(14)

xii

berkontribusi dalam upaya meningkatkan penghayatan ekaristi melalui pelajaran komuni pertama.

Yogyakarta, 5 Mei 2015 Penulis

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KOMUNI PERTAMA ... 9

A. Komuni Pertama ... 9

1. Makna Komuni Pertama ... 8

2. Pelajaran Komuni Pertama ... 11

3. Unsur – Unsur Pelajaran Komuni Pertama ... 14

a. Pendamping Komuni Pertama atau Guru Agama ... 14

b. Buku Pegangan dalam Proses Pendampingan Komuni Pertama ... 16

c. Peserta Pelajaran Komuni Pertama ... 18

(16)

xiv

1. Makna Penghayatan Ekaristi ... 18

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Penghayatan Ekaristi ... 20

a. Diri kita ... 20

b. Peran dan Tugas Imam ... 22

c. Tata Gerak dan Sikap Tubuh ... 23

d. Saat Hening pada saat Perayaan Ekaristi ... 24

e. Makna Nyanyian dalam Perayaan Ekaristi ... 25

3. Bagian-bagian dalam Perayaan Ekaristi dan cara menghayatinya ... 27

a. Ritus Pembuka ... 27

b. Liturgi Sabda ... 29

c. Liturgi Ekaristi ... 31

d. Ritus Penutup ... 35

BAB III PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA TERHADAP PENGHAYATA EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU BAYAT, KLATEN ... 37

A. Gambaran Umum Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 37

1. Sejarah Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 37 2. Letak Geografis Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 39

3. Jumlah Umat Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten... 40

4. Perkembangan Umat Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten... 40

a. Letak Geografis Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 41

(17)

xv

Penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius

Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten ... 42

1. Tujuan Penelitian ... 42

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

3. Metode Penelitian ... 43

4. Responden Penelitian ... 43

5. Istrumen Penelitian ... 44

a. Skala Likert ... 44

b. Wawancara ... 45

6. Variabel Penelitian ... 45

C. HASIL PENELITIAN ... 47

1. Hasil Penelitian Variabel I (Sudah Komuni) dan Pembahasannya ... 47

a. Pembahasan Tabel Pertama Variabel pertama tentang Penghayatan Ekaristi bagi umat yang sudah menerima Sakramen Ekaristi ... 50

2. Hasil Penelitian Variabel I (Belum Komuni ) dan Pembahasannya ... 58

a. Pembahasan Tabel Kedua Variabel pertama tentang Penghayatan Ekaristi bagi umat yang belum menerima Sakramen Ekaristi ... 60

3. Hasil Wawancara Variabel II ... 67

4. Kesimpulan Penelitian ... 70

BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN REFLEKSI PASTORAL ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran -saran... 76

C. Refleksi Pastoral... 77

BAB V USULAN PROGRAM ... 82

1. Latar belakang ... 82

2. Alasan pelaksanaan program ... 82

3. Tujuan pelaksanaan usulan program ... 83

4. Rundown rekoleksi ... 84

(18)

xvi

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 112

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Instrumen yang telah diisi ... (2)

Lampiran 3 : Panduan Wawancara ... (3)

Lampiran 4 : Hasil Wawancara ... (4)

(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, h. 8.

B. Singkatan Dokumen Gereja

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963

C. Singkatan Lain

DSA : Doa Syukur Agung TPE : Tata Perayaan Ekaristi KHK : Kitab Hukum Kanonik

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perayaan Ekaristi merupakan ungkapan iman Gereja. Dalam Perayaan

Ekaristi tersebut, umat disatukan dalam Kristus. Semua umat diajak untuk terlibat

di dalamnya. Sebagaimana Gereja tak bisa lepas dari dunia, begitu juga Ekaristi

tidak bisa terlepas dari dunia dan peran serta umat di dalamnya.

Bagi kebanyakan anak-anak pergi ke Gereja itu hanya sebagai kewajiban

atau semata-mata hanya mentaati perintah orang tua mereka saja. Anak-anak

belum memiliki pemahaman bahwa pergi ke Gereja itu suatu kebutuhan yang

mendasar untuk perkembangan iman mereka. Selain itu, dalam diri anak-anak

tersebut juga belum tertanam sikap perlu untuk mengambil bagian dalam

Perayaan Ekaristi. Mereka merasa belum mampu atau takut untuk berpartisipasi

dalam Perayaan Ekaristi. Mereka bahkan senang duduk di barisan paling belakang

dan juga berada di halaman Gereja untuk bercerita dengan teman-teman yang lain.

Ini merupakan suatu keprihatinan yang besar bagi Gereja. Anak-anak yang

menjadi harapan dan tumpuan hidup Gereja ini perlu diarahkan serta didampingi

untuk dapat menghayati Perayaan Ekaristi sejak dini sebelum terlambat, karena

merekalah generasi penerus Gereja di masa mendatang.

Anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga katolik, pada umumnya

dibaptis ketika masih bayi. Melalui baptisan, yakni pencurahan air Baptis, Tuhan

(21)

sebagai anak-anak Allah (Martasudjita, 2002:60). Ini merupakan tanggungjawab

dari setiap orang tua Katolik untuk membaptiskan anak-anaknya ketika masih

bayi. Iman anak mereka selanjutnya harus dibina terus menerus dan jangan

dibiarkan begitu saja, supaya anak tersebut semakin bertanggungjawab terhadap

imannya. Selain mengajak ke Gereja setiap hari Minggu, orang tua juga harus

mendampingi anaknya terus-menerus untuk mempersiapkan lebih matang

penghayatan iman anak mereka dari segi-segi yang lain, misalnya dengan

mengajari berdoa, menyambut komuni dan menerima Sakramen Krisma.

Mengajak anak-anak untuk lebih menghayati dan menjaga sikapnya pada saat

mengikuti Perayaan Ekaristi bukanlah hal yang mudah, namun juga bukanlah hal

yang sulit untuk diusahakan. Kesulitan yang ditemui oleh para orang tua adalah

anak-anak mereka lebih memilih duduk bersama dengan teman-teman ketika

mengikuti Perayaan Ekaristsi di Gereja.

Perayaan Ekaristi mengenangkan Allah yang sedang mempersatukan kita

dengan peristiwa penebusan Yesus Kristus dalam bentuk simbol yang amat

istimewa, yakni Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur

(Martasudjita, 2002:60). Antusiasme anak untuk benar-benar menghayati

Perayaan Ekaristi dan menerapkannya dalam sikap ketika mengikuti

Misa/Perayaan Ekaristi sangatlah rendah. Langkah awal yang dapat diusahakan

supaya anak dapat menghayati Perayaan Ekaristi yakni dengan cara

memperkenalkan Perayaan Ekaristi pada anak sejak dini. Usaha yang dapat

(22)

pendampingan komuni pertama di Gereja. Setiap tahun Gereja mengadakan

program pendampingan calon penerima Komuni Pertama.

Seperti yang telah diungkapkan di atas, salah satu cara memperkenalkan

Perayaan Ekaristi adalah dengan mendaftarkan anak untuk ikut pelajaran Komuni

Pertama. Biasanya peserta Komuni Pertama adalah anak-anak yang telah dibaptis

sejak bayi sehingga mereka dari kecil tidak mengikuti persiapan katekumenat.

Pelajaran komuni Pertama ini juga berfungsi sebagai katekumenat untuk

anak-anak yang sudah dibaptis sejak bayi. Gereja menetapkan usia minimal agar bisa

mengikuti Pelajaran Komuni Pertama itu adalah usia sembilan tahun atau sudah

duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Karena pada umur tersebut anak telah

memiliki kepekaan terhadap kehidupan bersama dengan orang lain serta masa

bertumbuh dalam sikap dan tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.

Melihat realitas ini, penulis akan membahas peranan pelajaran Komuni

Pertama. Yang melihat dari latar belakang bahwa anak-anak kurang menghayatai

Perayaan Ekaristi, padahal mereka sudah mengikuti pelajaran Komuni Pertama.

Ini menimbulkan pertanyaan, apakah Pelajaran Komuni Pertama itu mempunyai

peranan untuk lebih menghayati Perayaan Ekaristi dan bahkan dalam penghayatan

Iman selanjutnya? Ini untuk menangkal suatu argumentasi, bahwa mengikuti

Pelajaran Komuni Pertama itu hanyalah untuk formalitas saja dan syarat untuk

menjadi orang katolik. Argumentasi seperti ini harus diluruskan supaya Perayaan

Ekaristi menjadi bagian dari hidup orang katolik. Dengan kata lain, bagaimanapun

pelajaran Komuni Pertama memainkan peran yang sangat strategis bagi

(23)

mempengaruhi penghayatan dalam Perayaan Ekaristi, dan apakah pengaruhnya itu

langsung atau tidak langsung.

Berdasarkan gambaran situasi anak-anak dalam penghayatan ekaristi di

Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu

Bayat, maka penulis tertarik untuk memberi judul karya ilmiah ini “ PERANAN

PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP

PENGHAYATAN EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS

XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU, BAYAT,

KLATEN”.

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat permasalaahan di atas yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan pada beberapa hal, antara lain :

1. Apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam pelajaran komuni Pertama?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi di dalam

Perayaan Ekaristi?

3. Adakah peranan unsur-unsur dalam pelajaran Komuni Pertama terhadap

unsur-unsur Penghayatan Ekaristi di dalam Misa Kudus ?

C. Tujuan Penulisan

Melihat rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Memaparkan unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama.

2. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi dalam

(24)

3. Mengetahui peranan unsur-unsur pelajaran Komuni Pertama bagi peserta

terhadap penghayatan Ekaristi di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius

Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian yang berjudul “Peranan Pelajaran Komuni Pertama

terhadap sikap pada saat Perayaan Ekaristi di Paroki Administratif Santa Maria

Ratu Bayat ” adalah sebagai berikut :

1. Supaya penulis memiliki pengalaman, pengetahuan, dan wawasan baru baik

dalam Pelajaran Komuni Pertama maupun penghayatan Ekaristi dalam Misa

Kudus.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pentingnya Peranan Pelajaran

Komuni Pertama bagi umat di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat.

3. Memberikan sumbangan saran untuk para Katekis untuk memberikan Pelajaran

Komuni Pertama yang inovatif dan kreatif supaya meningkatkan penghayatan

Ekaristi bagi peserta.

E. Metode Penulisan

Metode Penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis. Penelitian ini

bertujuan untuk membuat menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta serta sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983:75).

Melalui metode ini penulis akan memaparkan, menguraikan serta menganalisis

keadaan peserta pelajaran komuni pertama di Paroki Administratif Santa Maria

Ratu Bayat, Klaten yang berkaitan dengan peranan pelajaran Komuni Pertama

(25)

angket berskala yang jawabannya bersifat tertutup. Data yang diperoleh akan

diolah dan dianalisis oleh penulis demi terwujudnya penghayatan ekaristi.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai sebuah gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di

dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan ini

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang isi skripsi yang meliputi : latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, menfaat penulisan, metode

penulisan, sistematika penulisan.

BAB II KOMUNI PERTAMA DAN PENGHAYATAN EKARISTI

Bagian ini menguraikan dua hal yaitu yang pertama komuni pertama dan yang

kedua penghayatan ekaristi. Bagian yang pertama berisi membahas tentang makna

Komuni Pertama, pelajaran komuni pertama dan unsur-unsur dalam pelajaran

komuni pertama.

Bagian yang kedua berisi membahas tentang makna penghayatan Ekaristi,

faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi dan cara-cara menghayati

Ekaristi.

BAB III PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU BAYAT KLATEN

Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu gambaran umum Lingkungan Santo

(26)

Penelitian mengenai peranan pelajaran komuni pertama bagi peserta terhadap

penghayatan ekaristi. Di dalam bagian yang pertama terdiri dari sejarah Paroki

Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Letak Geografis paroki, jumlah umat, dan

perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius. Di dalam

perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius sendiri masih ada

tiga hal yang dibahas yaitu, letak geografis lingkungan Santo Fransiscus Xaverius,

jumlah umat lingkungan, dan kehidupan menggereja umat di lingkungan Santo

Fransiscus Xaverius.

Bagian yang kedua berisi tentang penelitian peranan Komuni Pertama bagi

Peserta di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius yang terdiri dari tujuan

penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, responden penelitian,

instrumen penelitian dan variabel penelitian.

Bagian ketiga berisi hasil penelitian variabel pertama yang sudah komuni

dan juga yang belum komuni. Kemudian, juga ada hasil wawancara untuk

variabel kedua.

BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN REFLEKSI PASTORAL

Di dalam bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari skripsi yang penulis

buat, refleksi pastoral dan juga memaparkan saran untuk pendampingan komuni

(27)

BAB V USULAN PROGRAM

Bab ini berisikan tentng usulan program yang sebaiknya dilakukan untuk

meningkatkan penghayatan Ekaristi pada saat Perayaan Ekaristi dan di kehidupan

(28)

BAB II

KOMUNI PERTAMA

Di dalam Bab II ini penulis akan membahas tentang Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi. Bab II ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi. Karena kedua variabel ini saling berkaitan. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam. Pada bagian pertama di dalamnya terdapat makna komuni pertama, pelajaran komuni pertama, dan unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama. Dan kemudian di bagian kedua akan dibahas tentang penghayatan Ekaristi yang di dalamnya terdapat makna penghayatan ekaristi dan faktor-faktor mempengaruhi penghayatan Ekaristi.

A. KOMUNI PERTAMA

1. Makna Komuni Pertama

(29)

pertama kalinya yakni roti dan anggur yang telah dikonsekrasi oleh seorang Imam atau Pastor. Menurut peraturan Gereja, Komuni Pertama untuk anak-anak hanya boleh diterima oleh anak-anak yang sudah dibaptis dan dipersiapkan untuk menyambut atau menerima Komuni Kudus. Biasanya dilaksanakan pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dan jatuh pada bulan Juni. Di dalam Perayaan Ekaristi, komuni menjadi bagian terpenting di mana umat berpartisipasi dalam peristiwa karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang dikenangkan dan didoakan di dalam Doa Syukur Agung (DSA).

Istilah komuni sendiri adalah penerimaan roti dan anggur untuk umat di dalam Perayaan Ekaristi sesudah doa berkat atas roti dan piala oleh Imam atau pemimpin perjamuan korban. Di dalam Perayaan Ekaristi, Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur. Makna komuni yang lain adalah partisipasi umat beriman secara sakramental (dalam rupa roti dan atau anggur) dalam peristiwa karya penebusan Kristus yang tadi dikenangkan atau dihadirkan pada saat DSA yang diucapkan Imam atau diamini oleh umat (Martasudjita, 2005:397). Kehadiran nyata Kristus itu menjadi sumber kehidupan Gereja. Umat berpartisipasi penuh dalam Ekaristi dengan menyambut komuni. Tanpa menerima komuni, partisipasi umat belum terungkap secara sakramental. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi tanda ikatan antar umat sendiri.

(30)

menyambut komuni dengan iman dan hormat (KHK kan. 914). Sebelum menerima Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya atau yang biasa disebut dengan Komuni Pertama, anak-anak harus selalu didahului dengan pengakuan dosa dan absolusi sakramen. Ini dimaksudkan agar anak-anak itu pada saat menerima Tubuh dan Darah Kristus mereka bersih dari dosa dan siap dengan budi dan hati untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.

2. Pelajaran Komuni Pertama

Persiapan Komuni Pertama adalah masa yang secara khusus untuk membina para calon Komuni Pertama selama beberapa bulan sambil melibatkan orang tua serta seluruh keluarga melalui katekese, latihan dan praktek liturgi beberapa pokok iman dijelaskan secara sistematis dan dirayakan bersama-sama sebelum penerimaan Komuni Pertama (Muller, 2003:7). Dapat diambil kesimpulan Pelajaran Komuni Pertama adalah usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi.

(31)

sudah lama dilakukan dalam keluarga sejak awal. Berkaitan dengan tujuan persiapan komuni pertama sebagai persiapan penerimaan Ekaristi supaya akhirnya anak secara sadar mengikuti dan ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi (Sumarno 2009:42).

Arah yang dituju adalah anak-anak siap untuk menerima Komuni. Dan juga supaya dengan pelajaran Komuni pertama tersebut dapat membantu dalam penghayatan Ekaristi. Di dalam proses ini guru agama yang memiliki peran sangat penting. Karena, guru agama dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan untuk menyambut komuni pertama secara sistematis. Persiapan yang sistematis itu harus mempunyai keterampilan dan kemampuan guru agama untuk dapat mengolah lebih lanjut bahan-bahan yang sudah ada, supaya dapat disampaikan kepada peserta dengan lebih sederhana dan dapat dipahami oleh peserta dengan penuh tanggungjawab.

(32)

Di dalam setiap pertemuan guru agama berperan sebagai pendamping dan juga teman yang dapat bersahabat dengan peserta pelajaran komuni pertama. Sehingga diharapkan peserta dapat dengan mudah menerima pengajaran yang diberikan oleh pendamping. Sebagai seorang pendamping juga harus mempunyai wawasan iman yang luas mengenai pokok-pokok ajaran iman Gereja yang akan diberikan sebagai dasar pengetahuan megenai Gereja Katolik. Pokok-pokok ajaran iman Gereja haruslah diberikan dengan sederhana supaya anak-anak dapat memahaminya dengan mudah. Pendamping adalah seseorang yang beriman dan membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya, mendorong anak-anak untuk mewujudkan suasana doa dalam setiap acara pertemuan. Maka, doa menjadi unsur pokok dalam setiap pertemuan. Doa adalah wujud syukur kita sebagai manusia dari semua anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia.

(33)

3. Unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama

Untuk mendukung pelajaran Komuni Pertama, dibutuhkan tenaga-tenaga katekis yang siap untuk memberikan katekese kepada para calon penerima sakramen. Mereka akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi Katolik. Katekis sendiri juga diharapkan memiliki bekal yang cukup agar mampu mendampingi para calon dengan kesungguhan hati. Yang dimaksudkan mendampingi ialah mengajar, meneguhkan, dan bahkan menjadi saksi serta teladan bagi para calon. Dibutuhkan juga sarana-sarana yang menunjang, diantaranya adalah buku pegangan mengajar. Dengan buku yang ada, diharapkan katekis bisa terbantu baik dalam wawasan pengajaran, metode, maupun isi agar pendampingan menjadi optimal. Dan juga dibutuhkan waktu dan kesetiaan para calon untuk mengikuti pendampingan. Waktu menjadi sarana pengendapan sedangkan kesetiaan calon untuk hadir akan menjadi pertanda keseriusan tersebut untuk menjadi Katolik (Komkat KAS, 2012:11). Dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama adalah hal-hal yang bersangkutan dengan komuni pertama dan Ekaristi yang dapat mempengaruhi daya tangkap peserta komuni pertama supaya dapat memahami, mengetahui dan menerapkan semua hal yang telah dipelajari dan diberikan oleh guru agama atau pendamping yang berkaitan dengan penghayatan ekaristi.

a. Pendamping Komuni Pertama atau Guru Agama

(34)

pertama. Pendamping pelajaran komuni pertama ini adalah seorang beriman yang dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama secara matang dan terorganisir. Persiapan yang matang dan terorganisir ini memerlukan keterampilan dan kemampuan seorang pendamping untuk mengolah lebih lanjut bahan-bahan, sehingga akan terwujud dalam hal penyampaian materi secara sederhana dan mudah dimengerti oleh peserta. Seorang pendamping yang bertanggungjawab haruslah mengetahui nilai-nilai strategis dari peserta, supaya dapat masuk dalam pola pikir peserta dengan mudah. Seperti dalam hal umur, peserta lebih peka dengan kehidupan bersama dengan teman sebayanya. Pertumbuhan sikap dan tindak dalam hubungannya dengan teman sebaya, tampak lebih dominan. Pendamping dapat membantu peserta untuk mengembangkan pengertian penghayatan tentang cinta kasih yang dapat dilihat dalam kebersamaan dengan teman sebaya. Selanjutnya diharapkan bahwa peserta mampu untuk menghayatai kebersamaannya dalam merayakan Ekaristi itu sebagai peristiwa bersama untuk merayakan cinta kasih yang dihadiahkan oleh Yesus Kristus.

(35)

peraga, menggunakan LCD dan masih banyak yang lain. Dengan berbagai macam metode yang digunakan, peserta tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan karena selalu baru dan juga sesuai dengan semangatnya peserta.

Seorang pendamping mempunyai tugas untuk mempersiapkan dan mendampingi peserta untuk menerima komuni pertama. Setiap peserta pastilah mempunyai orang tua masing-masing, di sini orang tua juga mempunyai peran untuk mendampingi peserta pada saat di rumah. Maka, kerjasama antara pendamping atau guru agama, orang tua dan, peserta sangatlah diperlukan. Misalnya, apabila peserta diberikan tugas oleh pendamping untuk menghafalkan doa orang tua dengan setia membantu untuk mempersiapkannya. Apabila peserta diberi tugas untuk berdoa bersama keluarga, orang tua juga harus mendukung dengan cara mengajak anak-anaknya untuk berdoa bersama. Orang tua juga harus mendorong dan memberi semangat anaknya untuk pergi ke Gereja pada hari Minggu, untuk mengikuti kegiatan di lingkungan bila perlu orang tuanya juga ikut aktif dalam kegiatan di lingkungan tersebut. Usaha-usaha ini semua untuk membantu pendamping komuni pertama mencapai tujuan bersama yaitu mengantarkan peserta untuk menerima komuni pertama dan juga di dalam diri peserta tertanam rasa penghayatan Ekaristi.

b. Buku Pegangan dalam Proses Pendampingan Komuni Pertama

(36)

untuk mengatur atau membuat jadwal untuk pemberian materi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ada berbagai macam buku yang dapat digunakan pendamping untuk memberikan pelajaran komuni pertama. Dari penerbit kanisius ada tiga buah buku diantaranya “Persiapan Komuni Pertama” karangan Drs. Al. Amin Susanto, “Aku Menerima Komuni Pertama” karangan L. Prasetya, Pr, dan “Yesus Pokok Anggur” karangan Drs. A. Soenarto S.W dkk. Di dalamnya memuat tentang berbagai macam hal-hal yang diperlukan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang liturgi, roti hidup, tentang Yesus Kristus, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di dalam buku tersebut sudah berisi tentang metode pengajaraan, langkah-langkah pengajaran, berbagai macam nyanyian, permainan, ayat-ayat Kitab Suci dan juga tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh peserta. Ini sangat membantu dalam hal menyampaikan materi. Sebagai pendamping yang bertanggungjawab, sebaiknya memberikan variasi materi yang akan digunakan dalam pendampingan. Mempersiapkan materi dan sarana yang akan dipakai dalam pelajaran komuni pertama itu sifatnya wajib. Supaya pendamping dapat menyampaikan materi dengan lancar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh peserta.

(37)

c. Peserta Pelajaran Komuni Pertama

Peserta adalah unsur yang paling penting dalam pelajaran komuni pertama untuk mempersiapkan menerima Sakramen Ekaristi. Karena apabila tidak ada peserta yang mengikuti maka, tidak ada gunanya pendamping atau guru agama yang mempunyai wawasan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar para calon penerima Sakramen Ekaristi. Dan juga buku-buku yang digunakanpun tidak berguna apa-apa, sebab tidak ada yang menggunakan buku tersebut. Semuanya sia-sia belaka tanpa ada partisipasi dari peserta sendiri untuk mengikuti pelajaran komuni pertama.

B. PENGHAYATAN EKARISTI

1. Makna Penghayatan Ekaristi

(38)

Ekaristi adalah puncak dari semua Sakramen yang merupakan perayaan bersama. Pusatnya bukanlah roti dan anggur , melainkan Kristus yang karena iman hadir dalam seluruh umat. Penghayatan Ekaristi itu mengacu pada bagimana sikap dan tindakan kita dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Seperti dengan mengikuti Perayaan Ekaristi tidak terlambat datang dan tidak pulang terlebih dahulu sebelum Misanya selesai. Menggunakan baju yang rapi, tidak ngobrol dengan orang lain, tidak boleh menggunakan handphone (HP) untuk SMS maupun BBM, menghafalkan doa-doa yang sering didoakan pada saat Perayaan Ekaristi, berdoa dengan khidmat. Sebenarnya penghayatan ekaristi itu lebih kepada sikap dan tindakan kita dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Apakah itu sadar atau tidak sadar, atau apakah itu dengan paksaan dan hanya ikut-ikutan yang lain saja. Tetapi yang terpenting itu adalah menghayatai Perayaan Ekaristi dengan sadar, tanpa paksaan, sesuai dengan hati nurani diri kita sendiri supaya apa yang kita lakukan dapat membekas di hati kita dan imbas lainnya adalah di kehidupan kita sehari-hari dengan sesama. Kehidupan kita lebih tertata dan tidak mementingkan diri sendir saja dan kita juga dapat menjadi teladan bagi sesama kita.

(39)

Dengan demikian, hidup kita di dalam Perayaan Ekaristi dan hidup kita sehari-hari saling meresapi dan tidak saling terpisahkan. Penghubung antara hidup di dalam Perayaan Ekaristi dan hidup kita sehari-hari adalah hidup iman kita sendiri akan Tuhan yang hadir dan senantiasa menyertai dan bersama dengan kita. Di dalam hidup Perayaan Ekaristi kita, iman akan Tuhan yang hadir dan menyertai hidup kita itu diungkapkan secara nyata dan sadar. Tetapi di dalam kehidupan sehari-hari itu iman diungkapkan atau diwujudkan dalam tindakan dan aksi nyata dan konkret, walaupun dari kita sendiri tidak menyadari secara sungguh-sungguh iman tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghayatan Ekaristi

Hidup iman seseorang amat menetukan dalam seluruh penghayatan liturginya. Meskipun orang menguasai segala teori liturgi, mengerti seluruh makna dan simbol-simbol liturgi, cakap dalam segala urutan dan rangkaian perayaan liturgi, tetapi apabila hidup iman orang itu dangkal dan tidak mendalam, maka sangat mungkin liturginya kurang mengena dan tidak menyapanya (Martasudjita, 2002:10). Di bawah ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penghayatan Ekaristi seseorang :

a. Diri Kita

(40)

menghayatai liturgi dengan sukacita dan hidup (Martasudjita, 2002:37). Sebaik apapun dekorasinya, seindah apapun baju yang dikenakan oleh petugas liturginya, sebaik apapun petugas kor nya, tapi walaupun diri kita sendiri sebagai umat yang hadir dengan hati yang kacau, bisa dipastikan Perayaan Ekaristi tersebut tidak dapat mengena pada hidup kita.

Kita sebagai umat beriman diharapkan berpartisipasi secara sadar aktif dan penuh khidmat di dalam seluruh perayaan Ekaristi dari awal persiapan, pada saat pelaksanaan, dan juga pada saat pengalaman iman di dalam kehidupan kita sehari-hari (SC 48). Melalui kehadiran dan partisipasi kita di dalam seluruh perayaan ekaristi itu sendiri, umat beriman berpatisipasi aktif. Umat mengikuti Perayaan Ekaristi dari awal hingga akhir karena Perayaan Ekaristi adalah satu kesatuan dan merupakan tindakan ibadat (SC 56). Keikutsertaan umat secara sadar dan aktif di dalam sebuah Perayaan Ekaristi tersebut dilaksankan menurut tindakan, tugas, serta keikutsertaan mereka (SC 26). Ini mempunyai arti bahwa semua umat itu mempunnyai tugas dan peranan masing-masing. Di dalam “Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR)” dari antara umat dapat diambil untuk mempunyi peran dan tugas seperti, ada yang menjadi prodiakon, misdinar, lektor, pemazmur, petugas kor, koster, petugas musik, kolektan, dan sebagainya (PUMR 100-107).

(41)

(dengan atau tanpa alleluia), nyanyian persiapan persembahan, kudus, aklamasi anamnese, nyanyian pemecah hosti, madah pujian sesudah komuni, dan nyanyian penutup (PUMR 36).

b. Peran dan Tugas Imam

Dalam Perayaan Ekaristi seorang Imam berperan secara khas untuk membawakan pribadi Kristus atau bertindak in persona Christi, tetapi juga sekaligus menjadi saksi dan pelayan seluruh Gereja. Memimpin Perayaan Ekaristi adalah tugas utama seorang Imam (PUMR 92). Maka para Imam hendaknya merayakan Ekaristi setiap hari sebab itu dapat berguna bagi kehidupan imamat dan rohaninya sendiri tetapi juga demi keselamatan umat (PUMR 19). Di dalam Perayaan Ekaristi, Imam bertugas untuk membawakan doa-doa pemimpin atau doa-doa presidensial. Doa-doa tersebut mencakup pertama-tama dan utama, yaitu

(42)

boleh menyesuaikan dengan daya tangkap umat. Imam juga dipersilahkan untuk memberikan kata pengantar yang singkat pada saat ritus pembuka, sebelum masuk ke liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan sebelum berkat pengutusan pada ritus penutup. Imam juga wajib mendoakan doa-doa pribadi di dalam hati pada bagian tertentu, seperti doa sebelum pemakluman Injil, doa pada persiapan persemabahan, dan doa sebelum serta sesudah Komuni Imam (PUMR 33).

c. Tata Gerak dan Sikap Tubuh

Di dalam buku PUMR 2000 terdapat pedoman tata gerak dan sikap tubuh untuk para petugas liturgi dan semua umat beriman. Seluruh tata gerak dan sikap tubuh harus dilaksankan menurut tiga patokan :

1). Tata gerak dan sikap tubuh memancarkan keindahan dan sekaligus kesederhanaan yang anggun dari Perayaan Ekaristi.

2). Tata gerak dan sikap tubuh itu mengungkapkan dengan baik pemahaman yang tepat dan penuh atas aneka bagian perayaannya.

3). Tata gerak dan sikap tubuh itu membuat umat bisa sungguh berpartisipasi secara aktif.

(43)

Pada saat Doa Syukur Agung umat memang dianjurkan untuk berdiri, namun dapat juga berlutut pada saat memasuki kisah dan kata-kata institusi atau berlutut sejak sesudah kudus sampai DSA selesai.

Dengan ketentuan tata gerak dan sikap badan yang disarankan oleh PUMR tersebut, konferensi Uskup boleh melaksankan penyesuaian atau penyelarasan sesuai dengan keadaan dan ciri khas dari masing-masing daerah di Indosesia atau ciri khas dan tradisi dari masing-masing bangsa (PUMR 43). Pada PUMR bab IX dengan jelas tercantum bahwa Konferensi Uskup diperbolehkan mengadakan penyesuaian terhadap tata gerak dan sikap badan, termasuk masalah duduk, berdiri, berlutut dan soal salam damai. Pemberian wewenang kepada Konferensi Uskup ini dilatarbelakangi dengan situasi Gereja atau Kapel di Indonesia yang sangat beragam sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing.

d. Saat Hening pada saat Perayaan Ekaristi

(44)

keheningan itu tidak hanya diciptakan di dalam gedung Gereja dan sakristi saja, tetapi sudah diterapkan di sekitar gedung gereja (PUMR 45).

Arti dari suasana hening di dalam Perayaan Ekaristi itu ada banyak dan itu mempunyai makna yang berbeda-beda. Misalnya, hening pada saat sebelum doa pembuka mempunyai makna untuk menyampaikan ujud doa pribadi masing-masing dan nantinya akan dipersatukan dalam doa pembuka yang didoakan oleh Imam. Kemudian, hening pada saat sebelum pernyataan tobat mempunyai makna untuk mawas diri dan merenungkan kasih Allah dan tanggapan kita yang tidak sesuai melalui dosa dan kesalahan kita. Saat hening pada saat sesudah bacaan dan homili ialah untuk merenungkan Firman Tuhan. Kemudian, saat hening sesudah komuni dimaksudkan untuk bersyukur, memuji nama Tuhan, dan mengucapkan doa permohonan pribadi di kala Tuhan sendiri datang dalam wujur Hosti Suci di dalam komuni.

e. Makna Nyanyian dalam Perayaan Ekaristi

Musik mempunyai kedudukan yang amat penting di dalam liturgi. Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Conciliumpada bab IV yang berbicara tentang musik (bab IV: SC 112-121). Dari dokumen Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Conciliumtersebut, kita dapat mengambil tiga kesimpulan tentang makna musik di dalam Perayaan Ekaristi :

(45)

2). Musik memperjelas misteri Kristus. Karena musik liturgi menjadi sarana untuk memuliakan Allah dan menguduskan umat beriman (SC 112). Melalui kata-kata di dalam nyanyian dan melodinya, umat dibantu untuk mendalami misteri Kristus dan juga menghayati kehadiran Kristus di dalam Perayaan Ekaristi.

3). Musik dan nyanyian dapat membantu umat untuk berpartisipasi secara aktif di dalam Perayaan Ekaristi dengan ikut menyanyikan lagu-lagunya. Di dalam dokumen Konsili Vatikan II meminta partisipasi umat secara sadar dan aktif (SC 14).

Konstitusi Liturgi Sacrosanctum Conciliumno 116 mengatakan :

Gereja memandang nyanyian Gregorian sebagai nyanyian khas bagi Liturgi Romawi. Maka dari itu-bila tiada pertimbangan-pertimbangan yang lebih penting – nyanyian Gregorian hendaknya diutamakan dalam upacara-upacara Liturgi. Jenis-jenis lain Musik Liturgi, tertutama polifoni, sama sekali tidak dilarang dalam perayaan ibadat suci, asal saja selaras dengan jiwa upacara Liturgi, menurut ketentuan pada art. 30.

(46)

wajib dinyanyikan dan tidak wajib dinyanyiakan. Bisa melihat pedomannya di dalam PUMR 37 :

 Sebagian merupakan ritus atau kegiatan tersendiri, seperti Kemuliaan, mazmur tanggapan, bait pengantar Injil (dengan atau tanpa alleluya), Kudus, aklamasi anamnesis, madah syukur sesudah komuni;

 Sebagian lagi mengiringi ritus lain, seperti nyanyian pemecahan roti (Anak domba Allah), dan nyanyian komuni.

PUMR 40 mengatakan bahwa penggunaan nyanyian dalam perayaan Ekaristi harusnya dijunjung tinggi. Maka, nyanyian pembuka ini penting untuk membantu umat dalam mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam Perayaan Ekaristi. Nyanyian pembuka juga dapat membantu membangun kesatuan umat dan mengiringi perarakan masuk para petugas ke panti imam.

3. Bagian-bagian dalam Perayaan Ekaristi dan cara menghayatinya

Kini Tuhan Yesus hadir di dalam Perayaan Ekaristi, yaitu dalam Sabda-Nya (Liturgi Sabda) dan dalam rupa roti dan anggur (Liturgi Ekaristi). Maka dari itu, kita harus memahami Perayaan Ekaristi dalam detail-detailnya supaya kita dapat menghayatinya dan Perayaan Ekaristi tersebut menjadi bermakna bagi kita. Kita akan mendalami satu demi satu bagian-bagian Perayaan Ekaristi.

a. Ritus Pembuka

(47)

menundukan kepala dan berdoa di dalam hati, “Ya Tuhan, aku hadir di sini, memenuhi panggilan-Mu” (Supranto, 2012:5).

Tanda Salib dalam ritus pembuka pada Perayaan Ekaristi menunjuk pada pengakuan iman. Pengakuan bahwa keselamatan terjadi melalui Salib Kristus. Kekutan dan kemenangan orang Kristiani terletak pada Salib Kristus. Tanda Salib dengan mengucapkan seruan Tritunggal menunjuk pada inti iman yang diakui dan dinyatakan pada pembaptisan.

Pernyataan tobat biasanya menyanyiakan Tuhan Kasihanilah Kami atau menyatakan seruan tobat “Saya Mengaku”. Kata Tuhan dan Kristus dalam pernyataan tobat itu merupakan ungkapan pujian kepada Tuhan Yesus, sedangkan “Kasihanilah Kami” merupakan permohonan akan belas kasih dan kerahiman Allah. Pada saat pernyataan tobat, biasanya kita menebahkan dada sebanyak tiga kali, ini merupakan ungkapan kesedihan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Setelah pernyataan tobat, imam akan mengucapkan absolusi dengan tangan terkatup, tanpa memberikan berkat Salib dan umat tidak perlu membuat Tanda Salib karena absolusi ini tidak bersifat sakramental.

Menyanyiakan madah Kemuliaan dengan sepenuh hati dan dengan sadar. Madah kemuliaan akan terasa agung dengan menyanyikan setulus hati supaya bisa masuk ke dalam relung hati sehingga kita akan merasakan bulu kuduk berdiri.

(48)

melakukannya dengan cara yang simpatik, yaitu dengan membuka tangan dan bahkan dengan senyuman. Saat hening pada doa pembuka, imam dan umat sedang menyadari kehadiran Allah dan mengungkapan doa-doa atau ujud pribadi di dalam hati. Dan pada akhir doa pembuka umat berkata “Amin” ini menunjukan bahwa umat menyetujui. Oleh karena itu, doa pembuka menjadi doa setiap umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi.

b. Liturgi Sabda

(49)

Mazmur Tanggapan dinyanyikan di dalam Perayaan Ekaristi setelah mendengarkan bacaan pertama. Makna Mazmur Tanggapan adalah tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru saja diwartakan. Hendaknya umat ikut menyanyi pada saat ulangan atau refren. Ini berupa pujian atas karya-karya keselamatan Allah. Mazmur tanggapan harus bersumber pada Kitab Suci, itulah sebabnya mengapa Mazmur Tanggapan tidak bisa diganti dengan lagu-lagu yang lain. Sebab belum tentulah lagu tersebut isinya sesuai dengan bacaan saat itu.

Bait pengantar Injil masih berkaitan dengan isi Injil yang akan dibacakan. Umat juga ikut menyanyikan pada saat antifon Alleluia. Ketika Bait Pengantar Injil dinyanyikan, maka umat harus berdiri. Ini merupakan sikap hormat kepada Kristus yang hadir dan berbicara melalui Injil. Berdiri juga merupakan sikap kesiapan umat untuk menyambut Tuhan yang akan bersabda di dalam Injil.

Homili merupakan bagian tak terpisahkan dari Liturgi Sabda. Homili merupakan penjelasan dari bacaan pertama, kedua dan Injil. Homili merupakan tugas istimewa Imam, bukan prodiakon, bukan juga frater.

(50)

Doa umat mengakhiri liturgi Sabda. Dalam doa umat, umat bersama berdoa agar kita mampu mengamalkan Sabda-Nya dan sungguh menjadi serupa dengan Kristus, pembawa damai. Doa umat ditunjukkan untuk kepentingan Gereja dan Dunia, tetapi bukannya untuk kepentingan sendiri. Di siapkan satu kesempatan bagi umat untuk berdoa dalam hati untuk ujub-ujub pribadi. Sebab apabila tidak didokan di dalam hati maka suasana Perayaan Ekaristi menjadi riuh dan tidak khidmat lagi.

c. Liturgi Ekaristi

Sesudah liturgi sabda, kita memasuki liturgi Ekaristi. Di dalamnya sabda Allah dihadirkan untuk menjadi pengajaran bagi orang-orang beriman. Dalam liturgi Ekaristi juga Tubuh Kristus dihadirkan untuk menjadi makanan kekal bagi kita. Ada tiga bagian di dalam liturgi Ekaristi yaitu, persiapan persembahan, Doa Syukur Agung, Komuni.

Waktu persiapan persembahan merupakan saat kolekte dan segala masalah serta kegembiraan kita diserahkan bersama roti dan anggur kepada Imam di Altar. Pada saat bahan persembahan diarak, lagu persembahan dinyanyikan sampai bahan persemabahan sampai di Altar. Apabila tidak ada nyanyian persembahan dapat menggunkan iringan instrumen yang lembut untuk mencipatakan suasana yang hening. Perarakan persembahan adalah melambangkan pada saat Yesus diarak menuju kalvari untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban keselamatan.

(51)

berkata : “Tuhan bersamamu/Tuhan besertamu” dan umat menjawab “Dan bersama rohmu/dan sertamu juga”. Kemudian imam berkata “Marilah kita mengarahkan hati kepada Tuhan”. Umat menjawab “Sudah kami arahkan”. Kemudian imam bersyukur dengan berkata “Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita”. Umat menjawab “sudah layak dan sepantasnya”. Prefasi diakhiri dengan nyanyian kudus. Ini mempunyai maksud untuk mengungkapkan kegembiraan yang luar biasa atas keajaiban Allah bagi umat-Nya.

Doa Syukur Agung terdiri dari beberapa bagian penting, yang pertama adalah Epiklese, yaitu doa mohon turunnya Roh Kudus agar mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Umat tidak perlu membuat tanda Salib ketika Imam memberkati atas roti dan anggur tarsebut. Yang kedua adalah Doa Konsekrasi, ini merupakan kata-kata Yesus pada saat perjamuan malam terakhir.

(52)

Kristus dipenuhi dengan rahmat dan berkat. Yang kelima adalah Doa Permohonan. Di dalam doa permohonan ini yang paling pokok adalah berdoa untuk persatuan. Berdoa juga untuk Paus, Uskup, semua anggota gereja, dan diri kita sendiri. Keenam adalah Doksologi. Imam berkata “Dengan pengantaraan Kristus ...”. umat menjawab “Amin” yang berarti tanda persetujuan serta partisipasinya di dalam rangkaian Doa Syukur Agung (Supranto, 2012: 42-48).

Doa Bapa Kami merupakan persiapan dalam penyambutan komuni. Ada hubungan antara doa Bapa Kami dengan komuni. Karena di dalam doa Bapa Kami terdapat kata-kata “Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami”. Rezeki bagi orang Kristiani adalah Tubuh Kristus sendiri. Permohonan pengampunan dan damai merupakan persiapan yang paling pantas untuk menyambut Tubuh Kristus, sehingga doa Bapa Kami berhubungan erat dengan “Doa Damai”. Di dalam Doa Damai umat mempunyai niat untuk mengampuni orang lain yang bersalah terhadap kita dan meminta ampun kepada orang lain terhadap kesalahan yang telah kita perbuat. Pada saat Doa Damai ingatlah siapa saja yang membutuhkan pengampunan kita dan kepada siapa saja kita akan meminta ampun. Setelah Doa Damai kita kemudian memberikan salam damai dengan saling bersalaman dengan orang di kiri, kanan, depan dan belakang kita sebagai tanda persatuan dan pengampunan sebelum menerima komuni.

(53)

Paskah yang baru. Setelah memecahkan Hosti, Imam memperlihatkan-Nya kepada umat dan berkata “Inilah Anak Domba Allah Yang Menghapus Dosa Dunia. Berbahagialah kita yang diundang dalam Perjamuan Tuhan”. Bersama dengan Imam, umat menjawab : “Ya Tuhan saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”. Jawaban tersebut di ambil dari perikop Kitab Suci tentang seorang perwira yang meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Mat, 8:8). Setelah Imam meletakkan Hostinya kembali, umat dapat berdoa di dalam hati :”Semoga Tuhan melihat iman dalam hatiku sehingga mengabulkan permohonanku”. Dan kemudian disambung dengan berdoa secara pribadi di dalam hati.

(54)

untuk menguduskan kita dan semua manusia serta agar kita dapat mengasihi. Dan yang terakhir kita juga berdoa agar Tuhan Yesus dapat dikenal dan dikasihi oleh sebanyak mungkin orang.

Liturgi Ekaristi diakhiri dengan Doa sesudah komuni. Imam mendoakan Doa sesudah komuni dan umat menjawab Amin. Inti dari doa sesudah komuni adalah bersyukur atas Ekariati yang telah dirayakan, memohon berkat agar kita dapat bertekun dalam perutusan dan memohon agar nantinya diperkenankan mengikuti perjamuan di Surga.

d. Ritus Penutup

Ritus penutup mempunyai fungsi untuk menutup semua rangkaian Perayaan Ekaristi dan juga menghantar umat untuk melaksakan perutusannya di dalam kehidupan sehari-hari yang menyucikan dunia di mana umat berada. Ritus penutup terdiri dari pengumuman, berkat dan pengutusan, serta perarakan keluar.

Yang pertama adalah mendengarkan pengumuman. Di dalam pengumuman berisikan hal-hal penting, kegiatan-kegiatan umat di suatu paroki. Pengumuman tidak perlu panjang-panjang, hanya hal-hal yang perlu diumumkan saja menyangkut kepentingan bersama.

(55)

nyata. Ada tiga bentuk pengutusan yaitu, bertumbuh di dalam iman, bertumbuh di dalam persaudaraan, bertumbuh dalam pelayanan kasih.

Setelah memberikan hormat dan mencium Altar, Imam dan semua petugas liturgi keluar dari panti imam menuju sakristi dengan diiringi lagu penutup. Perarakan keluar ini mempunyai maka bahwa kita pulang dan meninggalkan Gereja dengan membawa sebuah tugas bersama, yaitu memberi arti kehidupan kita sehari-hari.

Inilah tadi beberapa cara untuk dapat menghayati ekaristi di dalam Perayaan Ekaristi. Dengan cara-cara tersebut diharapkan kita semakin mencintai Tuhan melalui Perayaan Ekaristi. Dengan adanya pelajaran komuni pertama pendamping dapat memberikan pengetahuan tentang cara-cara menghayati Perayaan Ekaristi. Sehingga anak-anak akan dapat menghayatai Perayaan Ekaristi sesuai dengan usianya. Fokus pembahasannya adalah apakah pelajaran komuni pertama mempunyai peranan terhadap penghayatan ekaristi pada saat Misa Kudus.

(56)

BAB III

PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA

TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI PAROKI ADMINISTRATIF

SANTA MARIA RATU BAYAT, KLATEN

Di dalam bab III ini, akan dibahas mengenai gambaran umum Paroki

Administratif Santa Maria Ratu Bayat seperti sejarah, lekat geografis, jumlah

umat, dan perkembangan umat di Lingkungan St. Fransiscus Xaverius. Kemudian

akan dibahas juga rancangan penelitian tentang pelajaran Komuni Pertama dan

penghayatan Ekaristi di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat. Di dalam

rancangan tersebut akan dibahas Tujuan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian,

Metode Penelitian, Responden Penelitian, Instrumen Penelitian dan Variabel

Penelitian.

A. Gambaran umum Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki

Administratif Santa Maria Ratu Bayat

1. Sejarah Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, bersumber dari

wawancara dengan Bp PC. Suwarno dan R. Purwanto.

Hidupnya Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat dimulai dengan

adanya baptisan yang pertama kalinya, yaitu Ibu Elisabeth Ngadinah yang

dibaptis oleh Romo Van Driessche, SJ pada tanggal 7 Juli 1935. Gereja Bayat

tumbuh berkembang dimulai dari beberapa keluarga yaitu keluarga Bp. Max.

Somawiharja, keluarga Bp. C. Doyo Sumarto, keluarga Bp. LYS. Mardi Susiswo,

(57)

keluarga Bp. Manto Sumitro, keluarga Bp. Suto dan keluarga Bp. Atmo Sipung.

Dahulu pada tahun 1964, Gereja Bayat terletak di SD Kanisius Bayat. Kemudian

Bayat menjadi bagian dari Paroki Wedi dan menjadi Stasi Bayat yang terdiri dari

tiga wilayah yaitu wilayah Barat dengan ketua wilayahnya adalah Bp. Max.

Somawiharjo, wilayah Tengah dengan ketua wilayahnya adalah Bp. Mardi

Subroto, dan wilayah Timur dengan ketua wilayahnya adalah Bp. C. Doyo

Sumarto.

Pada tanggal 17 Agustus 1966, Rm. FX. Purwowidiono di dalam

kotbahnya di pendopo kecamatan yang sekarang adalah bank BRI, memunculkan

ide untuk membangun Gereja dengan meminta bantuan kepada Bapak Camat

yaitu Bapak Umar Singgih. Dan kemudian beliau memberikan tanah di daerah

Sekarkalam, tetapi Romo Tan Kiong Hwat menganggap tanah tersebut terlalu ke

barat dan tidak setrategis. Pada tahun 1968 Romo Tan Kiong Hwat meminta tanah

kepada Yayasan Pangudi Luhur untuk menjadi kapel sementara dan Misa yang

pada awalnya di SD Kanisius dipindahkan ke SMP Pangudi Luhur. Kemudian,

pada tahun 1979, pemberian nama wilayah Barat menjadi St.Bernadeta, wilayah

Tengah menjadi St.Fransiscus Xaverius dan wilayah Timur menjadi St. Petrus dan

Paulus. Pada tahun 1980 Stasi Bayat membeli tanah di depan SMP Pangudi Luhur

Bayat dari Bp. Darmini Dolon dan lima tahun kemudian tepatnya tahun 1985

mulailah pembangunan Gereja Bayat.

Umat Katolik di Stasi Bayat mengalami perkembangan kemudian

wilayah-wilayah mulai dimekarkan. Wilayah Bernadeta menjadi lingkungan Bernadeta

(58)

Fransiscus Xaverius dan Yusup, dan Wilayah Petrus Paulus menjadi lingkungan

Petrus, Paulus, Nicolaus. Gereja Bayat diberkati pada tanggal 30 Juni 1990 oleh

Vikep Surakarta yaitu Rm. Purwo Hartono pada tanggal 22 Agustus adalah

peringatan St. Maria Ratuning Katentreman yang sekarang menjadi St. Maria

Ratu. Kemudian lingkungan Bernadeta dimekarkan lagi menjadi lingkungan

Bernadeta dan lingkungan Andreas Rasul.

2. Letak Geografis Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat

Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat terletak di Kabupaten Klaten

dan terletak di desa Lemah Miring, kelurahan Paseban. Secara geografis

Kabupaten Klaten, terletak di 7°32’19” LS 7°48’33” LS 110°26’14” BT

-110°47’51” BT, Pusat pemerintahan berada di Kota Klaten. Luas wilayah

kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan

kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten

Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan

kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan

dengan kabupaten Boyolali.

Kabupaten Klaten terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas

53 desa dan 103 kelurahan. Dan Gereja Bayat terletak di Kecamatan Bayat yang

berjarak kurang lebih 20 km dari pusat kota klaten. Gereja Bayat sendiri terletak

di kota kecamatan. Dari jalan raya Bayat-Cawas setelah pasar bayat ada pertigaan

ke kanan samping koramil, lurus kira-kira 100 m Gereja Bayat di kiri jalan di

depan SMP Pangudi Luhur Bayat. Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat

(59)

salah satu paroki yang berada di Kevikepan Surakarta. Paroki Administratif Santa

Maria Ratu Bayat beralamat di desa Lemah Miring, Paseban, Bayat, Klaten.

Kemudian dalam pembagian teritorial paroki-paroki di Kevikepan Surakarta,

Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat menjadi bagian dari Paroki Rayon

Barat Utara atau biasa disebut Barut. Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat

berbatasan dengan Paroki Administratif St. Maria Assumpta Cawas untuk sebelah

timur, sebelah barat berbatasan dengan Paroki St. Maria Bunda Kristus Wedi,

sebelah utara Paroki St. Theresia Jombor, sebelah selatan Paroki St. Petrus dan

Paulus Kelor Gunung Kidul.

3. Jumlah umat Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat

Menurut sensus umat yang diadakan oleh bidang Litbang Paroki

Administratif Santa Maria Ratu pada tahun 2012 jumlah umat sekitar 1260 jiwa.

Jumlah tersebut tersebar di 8 lingkungan, yaitu sebagai berikut :

NO LINGKUNGAN JUMLAH UMAT

1. St. ANA 85 jiwa

2. St. BERNADETA 218 jiwa

3. St. PETRUS 110 jiwa

4. St. PAULUS 123 jiwa

5. St. FX 228 jiwa

6. St. YOHANES PEMBAPTIS 109 jiwa

7. St. ANDREAS 168 jiwa

8. St. YUSUP 219 jiwa

Jumlah 1260 jiwa

4. Perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki

(60)

a. Letak geografis Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius di Paroki

Administratif Santa Maria Ratu Bayat

Letak Lingkungan St. Fransiscus Xaverius adalah di kota kecamatan Bayat

dan termasuk lingkungan yang paling dekat letaknya dengan Gereja Bayat.

Lingkungan ini mencakup tiga desa yaitu desa beluk, desa kalicangak, dan desa

babadan. Dan juga jumlah umatnya yang paling banyak dan belum mengalami

pemekaran. Di sebelah barat berbatasan dengan lingkungan andreas, sebelah timut

dengan lingkungan petrus, sebelah utara dengan lingkungan St. Yusup dan

sebelah selatan dengan lingkungan St. Yohanes Pembaptis. Di lingkungan

St.Fransiscus Xaverius ini medannya sangat landai di tengah kota kecamatan dan

juga tidak ada gunung dan bukit. Jalannya semua sudah halus.

b. Jumlah umat Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius

Umat di lingkungan St. Fransiscus Xaverius ini bisa dibilang paling

banyak dan potensi Orang Muda Katolik (OMK) cukup banyak.

Anak- anak OMK Orang dewasa Lansia

12 orang 118 orang 50 orang 42 orang

Namun yang sekarang ada di rumah hanya beberapa umat saja, kebanyakan

bekerja di luar kota. Tetapi umat yang ikut terlibat di lingkungan dan di gereja

(61)

c. Kehidupan menggereja umat lingkungan Santo Fransiscus Xaverius

Umat yang aktif di paroki cukup banyak. Ada yang menjadi prodiakon,

menjadi ketua lingkungan, menjadi ketua dewan harian, menjadi anggota dewan

harian, menjadi koster Gereja, menjadi pengurus Gua Maria, menjadi ketua OMK,

menjadi ketua Misdinar. Masih banyak yang belum disebutkan. Ini merupakan

potensi yang dimiliki oleh lingkungan St. Fransiscus Xaverius. Dengan ikut

terlibat di lingkungan maupun di Gereja umat menjadi rajin untuk mengikuti

berbagai kegiatan di lingkungan maupun di Gereja seperti, renungan,

sembayangan, misa harian, misa lingkungan, rapat dewan, kegiatan OMK,

kegiatan Misdinar, dll. Sehingga iman umat semakin tumbuh dengan mengikuti

berbagai kegiatan di Paroki.

B. Penelitian Peranan Pelajaran Komuni Pertama Di Lingkungan Santo

Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor dalam Penghayatan Ekaristi di

dalam Misa Kudus.

b. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur dalam Pelajaran

Komuni Pertama.

c. Untuk mengetahui peranan unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama

terhadap unsur-unsur Penghayatan Ekaristi.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksankan pada bulan November 2014 di Lingkungan St.

(62)

3. Metode Penelitian

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mencari peranan

unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama terhadap unsur-unsur-unsur-unsur Penghayatan

Ekaristi. Jenis penelitian yang dipakai adalah kualitatif. Cara memperoleh datanya

dengan penyebaran skala Likert yang diberikan kepada umat yang ditunjuk

sebagai responden untuk variabel Penghayatan Ekaristi di Lingkungan St.

Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat dan juga

didukung dengan wawancara untuk variabel Pelajaran Komuni Pertama, yang

ditujukan kepada katekis yang mengajar Komuni Pertama di Paroki Administratif

Santa Maria Ratu Bayat. Kemudian, barulah hasil dari kedua penelitian tersebut

dicari hubungannya. Supaya lebih menyakinkan lagi dipakailah dokumentasi

setiap kegiatan yang dilakukan selama penelitian berlangsung.

4. Responden Penelitian

Pengambilan sample pada penelitian ini menggunkan Quota Sampling yaitu jumlah subyek yang akan diteliti harus ditetapkan terlebih dahulu (Sutrisno,

2000:92). Jumlah subjek yang akan diteliti sebanyak 60 orang. Ini dibagi menjadi

dua kriteria yaitu umat yang belum mengikuti pelajaran Komuni Pertama dan

umat yang sudah pernah mengikuti pelajaran Komuni Pertama. Supaya hasilnya

dapat dibandingkan antara yang pernah mengikuti pelajaran Komuni Pertama dan

yang belum pernah mengikuti pelajaran Komuni Pertama. Apakah ada

peningkatan dalam hal pemaknaan Ekaristi, makna Komuni, tata gerak dalam

(63)

Masalah yang diteliti adalah mengenai peranan pelajaran komuni pertama

terhadap penghayatan ekaristi di lingkungan St. Fransiscus Xaverius Paroki

Administratif Santa Maria Ratu Bayat. Sampel yang digunakan adalah umat

lingkungan St.Fransiscus Xaverius yang bisa membaca dan menulis sehingga

dapat diminta untuk mengisi Skala Likert yang diberikan oleh penulis.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat pengumpul data (Moleong, 2012:168).

Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa Skala Likert dan

dokumentasi.

a. Skala Likert

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.

Jawaban akan diukur dengan skala Likert. Adapun skala Likert adalah skala yang

terdiri dari lima tingkat, dengan lima alternatif pilihan yakni Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Kurang Setuju (KR) dan Sangat Tidak Setuju (STS)

(Sutrisno Hardi. 1973: 177). Jawaban-jawaban yang ada berupa

pernyataan-pernyataan yang berbeda dari masing-masing jawaban. Penilaian akhir dari skala

Likert tersebut dilakukan dengan menjumlahkan seluruh skor tiap butir

pernyataan.

Peneliti akan membagikan lembar skala Likert dengan jawaban yang

terdiri dari emapat tingkatan pada subjek penelitian yang terdiri dari 60 orang

responden yang terdiri dari beberapa golongan yaitu orang dewasa, orang tua,

OMK dan remaja. Penel

Gambar

Tabel : 1. Variabel penelitian Penghayatan Ekaristi
Tabel : 2. Variabel Pelajaran Komuni Pertama
Tabel : 1. Penghayatan Ekaristi (sudah Komuni)
Tabel 2 : Penghayatan Ekaristi (Belum Komuni)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh Paroki HSP Maria Tak Bercela Kumetiran sudah sesuai dengan PTKAP KAS dalam hal