• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KOMUNI PERTAMA

A. Komuni Pertama

Komuni Pertama, pelajaran komuni pertama dan unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama.

Bagian yang kedua berisi membahas tentang makna penghayatan Ekaristi, faktor-faktor yang mempengaruhi penghayatan Ekaristi dan cara-cara menghayati Ekaristi.

BAB III PERANAN PELAJARAN KOMUNI PERTAMA BAGI PESERTA TERHADAP PENGHAYATAN EKARISTI DI LINGKUNGAN SANTO FRANSISCUS XAVERIUS PAROKI ADMINISTRATIF SANTA MARIA RATU BAYAT KLATEN

Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu gambaran umum Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten dan

Penelitian mengenai peranan pelajaran komuni pertama bagi peserta terhadap penghayatan ekaristi. Di dalam bagian yang pertama terdiri dari sejarah Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Letak Geografis paroki, jumlah umat, dan perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius. Di dalam perkembangan umat di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius sendiri masih ada tiga hal yang dibahas yaitu, letak geografis lingkungan Santo Fransiscus Xaverius, jumlah umat lingkungan, dan kehidupan menggereja umat di lingkungan Santo Fransiscus Xaverius.

Bagian yang kedua berisi tentang penelitian peranan Komuni Pertama bagi Peserta di Lingkungan Santo Fransiscus Xaverius yang terdiri dari tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian dan variabel penelitian.

Bagian ketiga berisi hasil penelitian variabel pertama yang sudah komuni dan juga yang belum komuni. Kemudian, juga ada hasil wawancara untuk variabel kedua.

BAB IV KESIMPULAN, SARAN DAN REFLEKSI PASTORAL

Di dalam bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari skripsi yang penulis buat, refleksi pastoral dan juga memaparkan saran untuk pendampingan komuni pertama di Paroki Administratif Santa Maria Ratu Bayat, Klaten.

BAB V USULAN PROGRAM

Bab ini berisikan tentng usulan program yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi pada saat Perayaan Ekaristi dan di kehidupan sehari-hari.

BAB II

KOMUNI PERTAMA

Di dalam Bab II ini penulis akan membahas tentang Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi. Bab II ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Komuni Pertama dan penghayatan Ekaristi. Karena kedua variabel ini saling berkaitan. Dengan adanya pelajaran komuni pertama ini diharapkan pendamping memberikan pengetahuan yang memadahi tentang Perayaan Ekaristi dan bagaimana peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan khidmat. Sehingga diharapkan untuk ke depannya peserta dapat mengikuti Perayaan Ekaristi dengan penghayatan Ekaristi yang mendalam. Pada bagian pertama di dalamnya terdapat makna komuni pertama, pelajaran komuni pertama, dan unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama. Dan kemudian di bagian kedua akan dibahas tentang penghayatan Ekaristi yang di dalamnya terdapat makna penghayatan ekaristi dan faktor-faktor mempengaruhi penghayatan Ekaristi.

A. KOMUNI PERTAMA

1. Makna Komuni Pertama

Komuni pertama diberikan kepada orang dewasa pada Misa Kudus pertama sesudah Pembaptisan. Bagi anak-anak, Komuni Pertama merupakan semacam tahap inisiasi, saat anak yang sudah lama dibaptis, untuk pertama kali dan dengan meriahnya diperbolehkan untuk mengambil bagian secara penuh dan sakramentali dalam Perayaan Ekaristi (Heuken,2005:19). Kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa Komuni Pertama adalah istilah untuk penerimaan komuni yang

pertama kalinya yakni roti dan anggur yang telah dikonsekrasi oleh seorang Imam atau Pastor. Menurut peraturan Gereja, Komuni Pertama untuk anak-anak hanya boleh diterima oleh anak-anak yang sudah dibaptis dan dipersiapkan untuk menyambut atau menerima Komuni Kudus. Biasanya dilaksanakan pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus dan jatuh pada bulan Juni. Di dalam Perayaan Ekaristi, komuni menjadi bagian terpenting di mana umat berpartisipasi dalam peristiwa karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang dikenangkan dan didoakan di dalam Doa Syukur Agung (DSA).

Istilah komuni sendiri adalah penerimaan roti dan anggur untuk umat di dalam Perayaan Ekaristi sesudah doa berkat atas roti dan piala oleh Imam atau pemimpin perjamuan korban. Di dalam Perayaan Ekaristi, Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur. Makna komuni yang lain adalah partisipasi umat beriman secara sakramental (dalam rupa roti dan atau anggur) dalam peristiwa karya penebusan Kristus yang tadi dikenangkan atau dihadirkan pada saat DSA yang diucapkan Imam atau diamini oleh umat (Martasudjita, 2005:397). Kehadiran nyata Kristus itu menjadi sumber kehidupan Gereja. Umat berpartisipasi penuh dalam Ekaristi dengan menyambut komuni. Tanpa menerima komuni, partisipasi umat belum terungkap secara sakramental. Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing-masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi tanda ikatan antar umat sendiri.

Untuk dapat menerima komuni, anak-anak harus sudah dapat menggunakan akal budinya dan mempunyai cukup pengertian dan telah dipersiapkan dengan saksama sehingga mereka dapat memahami misteri Ekaristi dan mampu

menyambut komuni dengan iman dan hormat (KHK kan. 914). Sebelum menerima Sakramen Ekaristi untuk pertama kalinya atau yang biasa disebut dengan Komuni Pertama, anak-anak harus selalu didahului dengan pengakuan dosa dan absolusi sakramen. Ini dimaksudkan agar anak-anak itu pada saat menerima Tubuh dan Darah Kristus mereka bersih dari dosa dan siap dengan budi dan hati untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.

2. Pelajaran Komuni Pertama

Persiapan Komuni Pertama adalah masa yang secara khusus untuk membina para calon Komuni Pertama selama beberapa bulan sambil melibatkan orang tua serta seluruh keluarga melalui katekese, latihan dan praktek liturgi beberapa pokok iman dijelaskan secara sistematis dan dirayakan bersama-sama sebelum penerimaan Komuni Pertama (Muller, 2003:7). Dapat diambil kesimpulan Pelajaran Komuni Pertama adalah usaha memberikan kesaksian iman guru agama terhadap anak peserta pelajaran komuni pertama, yang bermaksud menghayati imannya, khususnya dalam rangka menyambut komuni untuk pertama kalinya di dalam Perayaan Ekaristi.

Sebagai pendidikan iman dan pendidikan nilai, persiapan komuni pertama bertujuan agar anak-anak lebih mengerti dan menghayati Komuni Pertama untuk selanjutnya dapat menerapkan dalam perilaku dan sikapnya sehari-hari. Persiapan Komuni Pertama berfungsi sebagai pengantar. Mempersiapkan kehidupan Kristiani, menginisiasikan dirinya sebagai anggota Gereja, agar anak mengerti bagaimana menjadi orang Katolik yang baik. Pendidikan iman dalam persiapan komuni pertama bukanlah yang pertama dan terakhir, tetapi pendidikan iman

sudah lama dilakukan dalam keluarga sejak awal. Berkaitan dengan tujuan persiapan komuni pertama sebagai persiapan penerimaan Ekaristi supaya akhirnya anak secara sadar mengikuti dan ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi (Sumarno 2009:42).

Arah yang dituju adalah anak-anak siap untuk menerima Komuni. Dan juga supaya dengan pelajaran Komuni pertama tersebut dapat membantu dalam penghayatan Ekaristi. Di dalam proses ini guru agama yang memiliki peran sangat penting. Karena, guru agama dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan untuk menyambut komuni pertama secara sistematis. Persiapan yang sistematis itu harus mempunyai keterampilan dan kemampuan guru agama untuk dapat mengolah lebih lanjut bahan-bahan yang sudah ada, supaya dapat disampaikan kepada peserta dengan lebih sederhana dan dapat dipahami oleh peserta dengan penuh tanggungjawab.

Peserta pelajaran komuni pertama kurang lebih berumur 9-10 tahun . Pada umur ini, anak-anak mulai keluar dari lingkungan rumah, lebih menjalin relasi dengan teman sebaya. Pada umur ini Gereja mempunyai pendapat bahwa anak sudah mampu untuk mendapat, menangkap dan mengolah pendidikan iman yang diberikan secara khusus. Tahap selanjutnya peserta diharapkan supaya mampu menghayati kebersamaannya dalam merayakan Ekaristi sebagai peristiwa bersama untuk merayakan cinta kasih yang dianugerahkan oleh Yesus Kristus. Pelajaran komuni pertama pembinaan iman yang penting bagi anak untuk lebih memperdalam pengetahuan iman yang mereka ketahui sebelum menerima Sakramen Ekaristi.

Di dalam setiap pertemuan guru agama berperan sebagai pendamping dan juga teman yang dapat bersahabat dengan peserta pelajaran komuni pertama. Sehingga diharapkan peserta dapat dengan mudah menerima pengajaran yang diberikan oleh pendamping. Sebagai seorang pendamping juga harus mempunyai wawasan iman yang luas mengenai pokok-pokok ajaran iman Gereja yang akan diberikan sebagai dasar pengetahuan megenai Gereja Katolik. Pokok-pokok ajaran iman Gereja haruslah diberikan dengan sederhana supaya anak-anak dapat memahaminya dengan mudah. Pendamping adalah seseorang yang beriman dan membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya, mendorong anak-anak untuk mewujudkan suasana doa dalam setiap acara pertemuan. Maka, doa menjadi unsur pokok dalam setiap pertemuan. Doa adalah wujud syukur kita sebagai manusia dari semua anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia.

Di dalam pelajaran komuni pertama selain seorang pendamping yang mempunyai peran, ada yang lebih penting lagi yaitu peran orang tua. Orang tua adalah pendamping pertama yang dikenal oleh peserta. Di sini orang tua sebagai seorang Katolik wajib mendidik anak-anaknya menjadi Katolik juga, seperti janji perkawinan yang telah diucapkaan sewaktu menerima sakramen perkawinan. Maka dari itu orang tua wajib memberikan motivasi dan mendorong anaknya untuk mendaftar ikut pelajaran komuni pertama dan juga memberi semangat supaya rajin berangkat pertemuan, rajin mengikuti kegiatan lingkungan, dan kegiatan Gereja. Karena itu peran orang tua sangatlah penting di dalam proses anak mengikuti pelajaran komuni pertama.

3. Unsur-unsur dalam Pelajaran Komuni Pertama

Untuk mendukung pelajaran Komuni Pertama, dibutuhkan tenaga-tenaga katekis yang siap untuk memberikan katekese kepada para calon penerima sakramen. Mereka akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi Katolik. Katekis sendiri juga diharapkan memiliki bekal yang cukup agar mampu mendampingi para calon dengan kesungguhan hati. Yang dimaksudkan mendampingi ialah mengajar, meneguhkan, dan bahkan menjadi saksi serta teladan bagi para calon. Dibutuhkan juga sarana-sarana yang menunjang, diantaranya adalah buku pegangan mengajar. Dengan buku yang ada, diharapkan katekis bisa terbantu baik dalam wawasan pengajaran, metode, maupun isi agar pendampingan menjadi optimal. Dan juga dibutuhkan waktu dan kesetiaan para calon untuk mengikuti pendampingan. Waktu menjadi sarana pengendapan sedangkan kesetiaan calon untuk hadir akan menjadi pertanda keseriusan tersebut untuk menjadi Katolik (Komkat KAS, 2012:11). Dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dalam pelajaran komuni pertama adalah hal-hal yang bersangkutan dengan komuni pertama dan Ekaristi yang dapat mempengaruhi daya tangkap peserta komuni pertama supaya dapat memahami, mengetahui dan menerapkan semua hal yang telah dipelajari dan diberikan oleh guru agama atau pendamping yang berkaitan dengan penghayatan ekaristi.

a. Pendamping Komuni Pertama atau Guru Agama

Di dalam buku “Katekese Inisiasi” yang diterbitkan oleh Komisi Kateketik Keuskupan Agung Semarang bahwa pendamping komuni pertama atau yang biasa disebut guru agama adalah pendamping yang diperlukan dalam pelajaran komuni

pertama. Pendamping pelajaran komuni pertama ini adalah seorang beriman yang dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama secara matang dan terorganisir. Persiapan yang matang dan terorganisir ini memerlukan keterampilan dan kemampuan seorang pendamping untuk mengolah lebih lanjut bahan-bahan, sehingga akan terwujud dalam hal penyampaian materi secara sederhana dan mudah dimengerti oleh peserta. Seorang pendamping yang bertanggungjawab haruslah mengetahui nilai-nilai strategis dari peserta, supaya dapat masuk dalam pola pikir peserta dengan mudah. Seperti dalam hal umur, peserta lebih peka dengan kehidupan bersama dengan teman sebayanya. Pertumbuhan sikap dan tindak dalam hubungannya dengan teman sebaya, tampak lebih dominan. Pendamping dapat membantu peserta untuk mengembangkan pengertian penghayatan tentang cinta kasih yang dapat dilihat dalam kebersamaan dengan teman sebaya. Selanjutnya diharapkan bahwa peserta mampu untuk menghayatai kebersamaannya dalam merayakan Ekaristi itu sebagai peristiwa bersama untuk merayakan cinta kasih yang dihadiahkan oleh Yesus Kristus.

Seorang pendamping komuni pertama yang kreatif adalah harus dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Dengan cara pada saat memberikan pengajaran dapat disisipkan ayat-ayat Kitab Suci dan juga maknanya. Ini diharapkan supaya peserta mengenal, mengetahui isinya dan juga tahu bagaimana membuka Kitab Suci yang benar sesuai dengan bab dan ayat. Pendamping juga dapat menggunakan berbagai macam metode yang ada dalam mengajar. Seperti bercerita, ceramah, permainan, kuis, lomba cerdas cermat, menggunakan alat

peraga, menggunakan LCD dan masih banyak yang lain. Dengan berbagai macam metode yang digunakan, peserta tidak mudah bosan dengan materi yang diberikan karena selalu baru dan juga sesuai dengan semangatnya peserta.

Seorang pendamping mempunyai tugas untuk mempersiapkan dan mendampingi peserta untuk menerima komuni pertama. Setiap peserta pastilah mempunyai orang tua masing-masing, di sini orang tua juga mempunyai peran untuk mendampingi peserta pada saat di rumah. Maka, kerjasama antara pendamping atau guru agama, orang tua dan, peserta sangatlah diperlukan. Misalnya, apabila peserta diberikan tugas oleh pendamping untuk menghafalkan doa orang tua dengan setia membantu untuk mempersiapkannya. Apabila peserta diberi tugas untuk berdoa bersama keluarga, orang tua juga harus mendukung dengan cara mengajak anak-anaknya untuk berdoa bersama. Orang tua juga harus mendorong dan memberi semangat anaknya untuk pergi ke Gereja pada hari Minggu, untuk mengikuti kegiatan di lingkungan bila perlu orang tuanya juga ikut aktif dalam kegiatan di lingkungan tersebut. Usaha-usaha ini semua untuk membantu pendamping komuni pertama mencapai tujuan bersama yaitu mengantarkan peserta untuk menerima komuni pertama dan juga di dalam diri peserta tertanam rasa penghayatan Ekaristi.

b. Buku Pegangan dalam Proses Pendampingan Komuni Pertama

Di dalam setiap pertemuan pastilah menggunakan berbagai buku pegangan yang dipaikai oleh pendamping maupun peserta komuni pertama. Buku pegangan digunakan untuk membantu peserta dan pendamping agar dapat memahami hal-hal apa saja yang akan dipelajari. Buku pegangan juga membantu pendamping

untuk mengatur atau membuat jadwal untuk pemberian materi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ada berbagai macam buku yang dapat digunakan pendamping untuk memberikan pelajaran komuni pertama. Dari penerbit kanisius ada tiga buah buku diantaranya “Persiapan Komuni Pertama” karangan Drs. Al. Amin Susanto, “Aku Menerima Komuni Pertama” karangan L. Prasetya, Pr, dan “Yesus Pokok Anggur” karangan Drs. A. Soenarto S.W dkk. Di dalamnya memuat tentang berbagai macam hal-hal yang diperlukan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang liturgi, roti hidup, tentang Yesus Kristus, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di dalam buku tersebut sudah berisi tentang metode pengajaraan, langkah-langkah pengajaran, berbagai macam nyanyian, permainan, ayat-ayat Kitab Suci dan juga tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh peserta. Ini sangat membantu dalam hal menyampaikan materi. Sebagai pendamping yang bertanggungjawab, sebaiknya memberikan variasi materi yang akan digunakan dalam pendampingan. Mempersiapkan materi dan sarana yang akan dipakai dalam pelajaran komuni pertama itu sifatnya wajib. Supaya pendamping dapat menyampaikan materi dengan lancar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh peserta.

Selain buku pegangan ada juga buku lain yang digunakan dalam pelajaran komuni pertama seperti, Kitab Suci, Madah Bakti, Kidung Adi, Puji Syukur, dll. Buku-buku tersebut membantu peserta untuk lebih memahami tentang ayat-ayat Kitab Suci dan juga mengetahui urutan dalam Perayaan Ekaristi dan juga hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk dapat membantu dalam penghayatan ekaristi.

c. Peserta Pelajaran Komuni Pertama

Peserta adalah unsur yang paling penting dalam pelajaran komuni pertama untuk mempersiapkan menerima Sakramen Ekaristi. Karena apabila tidak ada peserta yang mengikuti maka, tidak ada gunanya pendamping atau guru agama yang mempunyai wawasan luas dan mempunyai keterampilan dalam mengajar para calon penerima Sakramen Ekaristi. Dan juga buku-buku yang digunakanpun tidak berguna apa-apa, sebab tidak ada yang menggunakan buku tersebut. Semuanya sia-sia belaka tanpa ada partisipasi dari peserta sendiri untuk mengikuti pelajaran komuni pertama.

Dokumen terkait