• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian ke 10 Perlindungan Anak

Dalam dokumen Catatan R KUHP Final (Halaman 148-152)

10.1. Pengantar

Konvensi Hak Anak (Child Right Convention) yang telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden No No 36 Tahun 1990, didalamnya telah mengatur prinsip-prinsip penting dalam memberikan perlindungan bagi anak. Hal demikian juga telah disampaikan dalam Undang - Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan regulasi-regulasi tersebut, maka melindungi anak dari segala bentuk tindak kejahatan (objek kejahatan) merupakan sebuah keharusan karena posisi anak yang rentan akan eksploitasi. Namun hal tersebut tidaklah lengkap jika di sisi lai a, ak i pe ggu aa i st u e pida a agi a ak a g diposisikan menyimpang da i huku just u dia aika . Ja ga sa pai i st u e pida a e ghila gka hak-hak asasi anak.

Berbagai kejahatan telah menjadikan banyak anak sebagai korban, misalkan kejahatan perkosaan, pencabulan dan kekerasan fisik yang mengakibatkan cedera hingga terenggutnya nyawa anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mencatat kalau kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun semakin meningkat, pada tahun 2011 tercatat sekitar 261 kasus, tahun 2012 ada 426 kasus, 2013 1615 kasus dan pada Januari hingga April 2014, tercatat ada 622 kasus.187

10.2. Perlindungan Anak di KUHP

Dari beberapa bentuk kejahatan yang ditujukan terhadap anak, saat ini yang diatur dalam KUHP adalah: persetubuhan di luar perkawinan (Pasal 287), persetubuhan yang disertai kekerasan(Pasal 288); pencabulan yang berlawanan jenis kelamin (Pasal 290), pencabulan yang berjenis kelamin sama (Pasal 292); perdagangan anak laki - laki (Pasal 297); membuat mabuk anak yang berumur 16 tahun (Pasal 300 Ayat 1); menyuruh untuk mengemis anak yang dibawah 12 tahun (Pasal 301); meninggalkan anak (Pasal 305); menyembunyikan orang yang belum dewasa (Pasal 331); melarikan wanita yang belum dewasa (Pasal 332 Ayat 1 Angka 1); merampas nyawa anak yang baru dilahirkan (Pasal 341); menganiaya anak (Pasal 356).

“eda gka u tuk kete tua pida a agi a ak a g telah diposisika e i pa g da i huku ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut:188

(1) Anak tidak dapat dipidana, maksudnya anak dikembalikan kepada orangtua atau wali asuhnya dengan ketentuan anak tersebut saat dituntut masih berusia 16 tahun serta belum mencapai usia 21 tahun tetapi belum pernah menikah189;

187

2014, Ada 622 Kasus Kekerasan Terhadap Anak, Okezone,

http://news.okezone.com/read/2014/06/16/337/999726/2014-ada-622-kasus-kekerasan-anak

188

Disarikan berdasarkan Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47 KUHP

189Kete tua usia te se ut dia ggap elu de asa se agai a a a g diatu dala L.N. No agi golo ga

(2) Anak tersebut dapat diserahkan kepada rumah pendidikan anak, ketentuan ini berlaku kepada anak sampai berusia 18 tahun;

(3) Anak dapat dikenakan pidana dengan dikurangi 1/3 (sepertiga)190 dari pidana orang dewasa tetapi anak tidak mendapatkan sanksi hukuman mati maupun penjara seumur hidup, ketentuan seumur hidup diganti dengan pidana pembinaan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Bila dikaji lebih serius ternyata KUHP masih belum mengatur secara keseluruhan bentuk – bentuk kejahatan yang menjadikannya anak sebagai korbannya. Kelemahan perlindungan yang diatur oleh KUHP adalah sebagai berikut:

Penentuan batasan kategori usia anak inkonsisten, bahkan masih memandang status perkawinan sebagai standar kedewasaan. Unsur – unsur perbuatan pidana yang telah menjadikan anak korban dipersamakan ketentuannya yang diberlakukan kepada orang dewasa. Misalkan kejahatan perkosaan, perdagangan perempuan, penganiayaan dan sebagainya.

Masih sempitnya lingkup kejahatan yang diatur dalam KUHP, misalkan:

a. Pornografi yang tidak mengatur kejahatan yang menjadikan anak sebagai objeknya; b. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang dewasa yang tidak hanya terbatas hanya orang

tua saja;

Batasan perdagangan orang yang hanya bertujuan untuk prostitusi saja

Perkosaan yang hanya mengatur tentang persetubuhan dalam hal penetrasi saja dengan tidak mengakomodir persetubuhan dengan cara lain. Ataupun cara yang digunakan dalam hal perbuatan perkosaan tidak hanya berupa ancaman kekerasan maupun kekerasan saja tetapi bisa menggunakan bujuk rayu atau iming – iming.

Penelantaran yang diatur hanya yang dilakukan oleh ibu. Penelantaran ini tidak termasuk jika anak telah dititipkan pada keluarga yang dapat mengasuhnya (HR 16 Desember 1947).

Anak dianggap sebagai miniatur orang dewasa dalam hal penentuan dan penetapan pemidanaannya.

Disamping itu meskipun kekerasan seksual dan kekerasan fisik telah diakomodir dalam UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan UU No 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak (UU PA, pen) dan UU No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tetapi kelemahannya adalah kedua UU tersebut masih mempersamakan elemen – elemen kejahatannya dengan orang dewasa. Bahkan dalam UU PA tidak diuraikan apa yang dimaksud dengan kekerasan fisik dan kekerasan seksual serta bentuk – bentuk eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonominya. Sedangkan dalam UU PKdRT kekhususan terhadap anak tidak ada karena dibatasi dengan lingkup perlindungannya yang hanya berfungsi bagi orang – orang yang tinggal menetap di dalam rumah tangga.

10.3. Beberapa Masalah Perlindungan Anak Di Dalam R KUHP

Batasan usia anak yang berbeda-beda. Di dalam R KUHP pengkategorian anak yang tertuang dalam rumusan Pasal–Pasal ditentukan secara berbeda – beda, diantaranya adalah sebagai berikut:

190

Akan tetapi apabila hakim menganggap bahwa anak – anak berumur 13 atau 15 tahun yang melakukan kejahatan itu telah berakal yang cukup mampu untuk membeda-bedakan maka dapat dikenakan pemidanaan tetapi tidak boleh lebih dari 2/3 (dua pertiga) hukuman yang dicantumkan. (Ibid. Hal 53)

A ak , dala Pasal 384.... yang tanpa hak melakukan tindak pidana yang berkaitan dengan pornografi anak....

Belu e u u tahu , dala Pasal 493...melakukan perbuatan cabul dengan seseorang yang diketahui atau patut diduga belum berumur 18 (delapan belas) tahun...

Belu e u u tahu , dalam Pasal 503 ...Setiap orang yang memberikan atau menyerahkan kepada orang lain anak yang ada di bawah kekuasaannya yang sah dan belum berumur 12 (dua belas) tahun...

Belu e u u tahu , dala Pasal 495 ....perbuatan cabul dengan orang lain yang sama jenis kelaminnya yang diketahui atau patut diduga belum berumur 18 (delapan belas) tahun...

Belu e u u tahu da elu ka i , dala Pasal 496 ....keadaan atau dengan penyesatan menggerakkan orang yang diketahui atau patut diduga belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin...

Belu ukup u u , dala Pasal 530 ...memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur.... Dasar pembedaan dalam menentukan klasifikasi anak tidak dijelaskan dalam rumusannya oleh karena itu perumusan ini cenderung melahirkan diskriminasi perlindungan. Standar usia seharusnya berpedoman pada ketetapan pada Konvensi Hak Anak, yakni dibawah usia 18 tahun. Sebagaimana bentuk komitmen dan konsekuensi Indonesia sebagai salah satu negara yang turut menandatangani konvensi tersebut.

10.4. Rumusan Kejahatan yang Kurang Memadai.

Bagi anak yang terposisikan sebagai korban dalam berbagai kejahatan, maka rumusan R KUHP belumlah progresif dalam memberikan perlindungan anak. Dalam kejahatan Perdagangan Anak, R KUHP hanya mengatur secara khusus tentang perdagangan bagi anak yang terbatas bertujuan untuk pencabulan dan pengemisan. Namun dalam BAB Khusus mengenai perdagangan manusia, tidak ada rumusan perdagangan bagi anak, rumusan kejahatannya dipersamakan dengan orang dewasa. Demikian juga dalam kejahatan Pornografi, tidak ada perbedaannya dengan rumusan perbuatan yang objeknya adalah orang dewasa atau anak.

Dalam kejahatan Penganiayaan Anak, yang diatur menurut R KUHP adalah perbuatan penganiayaan yang dilakukan secara sengaja maupun kealpaan,serta adanya pemberatan pidana apabila penganiayaan dilakukan oleh orang tua. Tetapi di dalam penjelasannya R KUHP menyebutkan bahwa penganiayaan dapat dikategorikan sebagai kejahatan atau bukan tergantung pada penafsiran hakim, dengan mengingat bahwa kekerasan dapat berlaku karena budaya atau tidak merugikan secara medikal (fisik, pen).191 Rumusan ini sama dengan yang di rumuskan di dalam KUHP, dan karena bentuk rumusan inilah yang justru melanggengkan dan membiarkan penganiayaan terhadap anak terus terjadi.

10.5. Masalah Pemidanaan Anak

Menurut Pasal 113, anak yang tidak dapat dipidana adalah yang berusia dibawah 12 tahun sedangkan yang dikategorikan menerima pidana anak adalah yang berusia diantara 12 sampai dengan 18 tahun. Aturan inilah yang dianggap tidak tepat diberikan bagi anak.

Beban yang diterima bagi anak adalah pidana pokok dan pidana tambahan, diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) Pidana pokok bagi anak terdiri atas : (a)Pidana peringatan;

(b)Pidana dengan syarat: pidana pembinaan di luar lembaga; pelayanan masyarakat; pengawasan;

(c)Pelatihan kerja; atau

(d)Pidana pembinaan dalam lembaga; (e)Pidana penjara.

(2) Pidana tambahan terdiri atas :

(a) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau (b) Pemenuhan kewajiban adat.

Dengan ketentuan pidana penjara sebagai upaya terakhir yang harus ditempuh meskipun terpaksa dilakukan oleh hukum maka penempatan anak yang diputuskan penjara berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Selain itu, hukuman mati tidak diberlakukan bagi anak maka ditentukan hukuman pengganti berupa penjara maksimal 10 tahun.

10.6. Rekomendasi

Meskipun anak bukan sebagai individu yang bebas, namun anak memiliki hak khusus yang harus dilindungi, yakni memiliki hak hidup untuk hidup aman dan nyaman dalam lingkungan tempat tinggalnya yang sehat baik secara materil maupun imateril. Oleh karena itu maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam R KUHP adalah:

a. Menekankan prinsip non diskriminasi, Prinsip kepentingan terbaik untuk anak, Hak hidup dan partisipasi anak dalam setiap rumusannya.

b. Memberikan ketetapan batasan usia anak yang disesuaikan dengan Konvensi Hak Anak. c. Memperluas kejahatan dengan mengakomodir bentuk – bentuk kejahatan yang selama

ini terjadi terhadap anak.

d. Meniadakan ancaman pidana bagi anak yang sedang berkonflik dengan hukum oleh karena itu solusi hukumnya adalah dengan menggunakan Sistem Restorative Justice yang bertujuan melakukan upaya pembinaan dan pemulihan.

Bagian ke 11

Dalam dokumen Catatan R KUHP Final (Halaman 148-152)