• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Perkosaan bagi Anak yang Masih Minim

Dalam dokumen Catatan R KUHP Final (Halaman 171-176)

Tindak Pidana Perkosaan

12.8. Konsep Perkosaan bagi Anak yang Masih Minim

Problem yang penting dalam Pasal-Pasal perkosaan di R KUHP adalah masalah perkosaan terhadap anak. Untuk masalah ini ada dua hal yang patut di kemukakan. Pertama dalam R KUHP yakni dalam Pasal 491 (1) huruf e dinyatakan bahwa: laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan yang berusia di bawah 18 (empat belas) tahun, dengan persetujuannya; sehingga dalam perkosaan huruf e objek perempuannya yang berusia di bawah 18 tahun dan adanya unsur persetujuan dari perempuan tersebut.

R KUHP menjelaskan bahwa ketentuan dalam huruf e ini mengatur mengenai tindak pidana yang dike al se agai statuto ape aitu ah a eskipu pihak pe e pua e e ika persetujuan, namun karena perempuan tersebut belum mencapai 18 (delapan belas) tahun, maka persetubuhan ini dikategorikan sebagai perkosaan menurut peraturan perundang- undangan.221

Namun R KUHP ternyata telah menyamaratakan persetubuhan bagi anak perempuan baik dengan persetujuan (korban)nya atau tanpa persetujuannya (perkosaan). Padahal dua perbuatan tersebut baik unsur maupun implikasi perbuatannya sangat berbeda. Dengan persetujuan atau tanpa persetujuan seharusnya memiliki konsekswensi hukum yang berbeda pula. Namun ketiadaan rumusan perkosaan bagi anak perempuan (dan laki-laki) tanpa persetujuannya akan memberikan implikasi minimnya perlindungan perkosaan bagi anak-anak.

220

Pada Pasal 8 UU PKDRT dinyatakan bahwa yang termasuk dalam Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi: (a) pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; (b) pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

221

Me asukka Statutory rape ke dala ti dak pida a pe kosaa te tu a aka le ih melindungi anak-anak perempuan dari tindak kejahatan dan eksploitasi seksual. Lagi pula persetujuan yang diberikan anak perempuan lebih disebabkan ketidaktahuan, kepolosan atau karena bujuk rayu dan sebagainya. Seorang anak perempuan dianggap tidak dapat memberi persetujuan (secara hukum) untuk melakukan persetubuhan. Dengan kata lain seorang anak perempuan (a female juvenile) dapat secara pribadi setuju untuk berhubungan seksual namun huku tidak e gakui ke a pua u tuk e etujui oleh ka e a itu seo a g p ia a g

e setu uh de ga a dia ggap ta pa pe setujua si a ak pe e pua .222

Hal yang harus diklarifikasi adalah hampir samanya rumusan Pasal ini dengan Pasal 486 RKUHP yakni setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan anak-anak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Kategori IV dan paling banyak Kategori VI. Perbedaanya adalah anak-anak dalam Pasal ini bisa anak laki-laki atau perempuan sedangkan dalam Pasal 489 hanya diperuntukkan persetubuhan terhadap anak perempuan.

Namun problemnya dalam R KUHP terutama dalam Pasal ini adalah bahwa perkosaan bagi anak- anak hanyalah diperuntukkan bagi anak perempuan sedangkan perkosaan bagi anak laki-laki tidak dicantumkan karena akan diatur dalam Pasal-Pasal pencabulan. Hal kedua, ialah R KUHP menyamakan posisi pelaku perkosaan terhadap anak sama dengan posisi perkosaan orang dewasa223, dengan tidak adanya pemberian pemberatan pidananya.

222

Lihat Edward Eldofonso dan Alan R Coffey, Criminal Law History-Philosophy-Enforcement, Harper & Row Publihers, New York, 1981.

223

Pasal Catatan Rekomendasi Pasal 491

(1) Dipidana

karena melakukan tindak pidana perkosaan, dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun:

a. laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perem- puan di luar perkawinan, bertentangan dengan kehendak perempuan tersebut;

perlu penjelasan yang memadai mengenai pengertian dari persetubuhan.

sebaiknya persetubuhan di ak ai se agai pe et asi sedala apapu , hal u tuk mencegah doktrin doktrin yang menyempitkan makna perkosaan persetubuhan

pengertian bertentangan dengan kehendak harus di tafsirkan secara luas yakni pengertiannya harus mencakup perbuatan apapun yang bertentangan dengan kehendak korban, termasuk perbuatan yang tidak di inginkan (no consent) dari korban.

tambahan penjelasan Pasal 491 huruf a

pe setu uha di ak ai se agai pe et asi sedala apapu , hal untuk mencegah doktrin

doktrin yang menyempitkan makna perkosaan persetubuhan. tambahan penjelasan pe ge tia bertentangan dengan kehendak harus di tafsirkan secara luas yakni pengertiannya harus mencakup perbuatan

apapun yang

bertentangan dengan kehendak korban, termasuk perbuatan yang tidak di inginkan (no consent) dari korban b. laki-laki yang melakukan

persetubuhan dengan perem- puan di luar perkawinan, tanpa persetujuan perempuan tersebut;

ketentuan terkait situasi situasi khusus belum begitu memadai dalam Pasal ini. Rancangan perlu memasukkan situasi khusus seperti kerentanan atau tidak dapat melawan secara fisik atau mental (psikis) atau di pancing melakukan perbuatan dengan cara mengejutkan atau mirepresentasi (penyelewengan fakta) atau mengambil keuntungan dari situasi korban yang tidak berdaya

perlu menembahkan penjelasan a dan b:

kete tua i i juga ha us mencakup situasi khusus seperti kerentanan atau tidak dapat melawan secara fisik atau mental (psikis) atau di pancing melakukan perbuatan dengan cara mengejutkan atau mirepresentasi (penyelewengan fakta) atau mengambil keuntungan dari situasi korban yang tidak

e da a c. laki-laki yang melakukan

persetubuhan dengan perem- puan, dengan persetujuan perempuan tersebut, tetapi persetujuan tersebut dicapai melalui ancaman untuk dibunuh atau dilukai;

idem

d. laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perem- puan, dengan persetujuan perempuan tersebut karena perempuan tersebut percaya bahwa laki-laki tersebut adalah suaminya yang sah;

idem

e. laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan yang berusia di bawah 18 (delapan belas)

tahun, dengan

persetujuannya; atau

idem

f. laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan perempuan, padahal diketahui bahwa perempuan tersebut dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya.

idem

(2) Dianggap juga melakukan tindak pidana perkosaan, jika dalam keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) :

a. laki-laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut perempuan; atau b. laki-laki memasukkan suatu

benda yang bukan merupakan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan.

ketentuan ini masih lemah dan elu e akup ele e memasukkan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan

perlu penambahan yakni laki-laki memasukkan bagian tubuhnya ke dalam vagina atau anus perempuan.

Jika salah satu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 491 mengakibatkan luka berat atau mengakibatkan matinya orang maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Penjelasan : Pasal 491

Dalam ketentuan ini, perkosaan tidak hanya persetubuhan dengan perempuan di luar perkawinan yang bertentangan dengan kehendak perempuan tersebut, melainkan diperluas, termasuk laki laki memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus atau mulut perempuan.

Bagian Ke 13

Dalam dokumen Catatan R KUHP Final (Halaman 171-176)