• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan-bahan yang digunakan adalah peta, yang terdiri dari : Peta Administrasi Provinsi Jambi, Peta HPH Provinsi Jambi, Peta HPHTI Provinsi Jambi, Peta IPHHK Provinsi Jambi, Peta Kawasan Hutan Provinsi Jambi, Peta Jaringan Jalan Provinsi Jambi, dan Peta Sungai Provinsi Jambi, masing-masing peta dibuat dengan skala 1 : 250.000 dan tahun 2003.

4.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan, antara lain : satu set komputer dengan perangkat lunak ArcView GIS, Microsoft Access, Microsoft Word, dan Microsoft Excel.

4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Pengumpulan Data A Identifikasi Data

1) Hasil hutan, meliputi : jenis hasil hutan kayu bulat, kelompok jenis kayu bulat, asal dan tujuan peredaran, volume peredaran kayu bulat, alat angkut yang digunakan, dan jalur transportasi yang digunakan.

2) Data administrasi, meliputi : luas kabupaten/kota, luas provinsi, batas kabupaten/kota, dan batas provinsi.

3) Peta, meliputi :

a. Peta Administrasi Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003 b. Peta HPH Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003

c. Peta HPHTI Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003 d. Peta IPHHK Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003

e. Peta Kawasan Hutan Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003 f. Peta Jaringan Jalan Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003 g. Peta Sungai Provinsi Jambi, skala 1 : 250.000 dan tahun 2003

4) Data Penduduk, meliputi : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan jumlah tenaga kerja tiap industri. Data jumlah penduduk dan kepadatan penduduk bersumber pada data potensi desa Provinsi Jambi tahun 2003, sedangkan jumlah tenaga kerja tiap industri bersumber pada Dinas Kehutanan Provinsi Jambi tahun 2004.

B Sumber Data

Data sekunder berasal dari : Departemen Kehutanan (Badan Planologi Kehutanan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan), Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan (BSPHH) Wilayah IV Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi, UPTD Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan (BIPHUT) Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, dan BPS Provinsi Jambi.

4.3.2Pengolahan Data A Peredaran Hasil Hutan

1) Basis data

Basis data yang tersedia dibuat oleh Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan (BSPHH) Wilayah IV Jambi dengan program Microsoft Access, yang terdiri dari sejumlah data peredaran hasil hutan sesuai dengan masing-masing nomor seri Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH) yang diterbitkan, dengan tujuan untuk mempermudah dalam penggabungan hasil input data oleh beberapa pengentry data peredaran hasil hutan, sehingga basis data yang ada sebanyak nomor seri yang telah diterbitkan.

Basis data ini terdiri dari entity dan atribut sebagai berikut : a. Entity Pengirim, Tujuan, dan Penerbit SKSHH

Atribut-atributnya terdiri : tanggal, nomor seri (primekey), masa berlaku, asal perusahaan, alamat kantor, via pengangkutan, alat angkut, alamat muat, asal produksi, penerbit SKSHH, nomor register, tujuan perusahaan, alamat pembeli, alamat bongkar, keterangan, dan pengentry.

b. Entity Hasil Hutan

Atribut-atributnya terdiri : nomor seri (foreignkey), jenis hasil hutan, jenis Kayu Meranti, jenis Kayu Campuran, jenis Kayu Indah, jenis Kayu Mewah, jumlah, satuan jumlah, volume Kayu Meranti, volume Kayu Indah, dan volume Kayu Campuran.

2) Pemanfaatan Basis data

Basis data hasil hutan tersebut dimanfaatkan untuk pengambilan data peredaran kayu bulat, yang terdiri dari : jenis kayu bulat, volume kayu bulat, asal peredaran kayu bulat, tujuan peredaran kayu bulat, dan alat angkut yang digunakan. Pada tahap ini dilakukan query untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan langkah sebagai berikut :

a. Penyiapan basis data peredaran hasil hutan b. Query

Query dilakukan untuk identifikasi data-data sebagai berikut : b.1. Identifikasi asal dan tujuan peredaran kayu bulat dan kayu

olahan.

Identifikasi asal dan tujuan peredaran kayu bulat dan kayu olahan dilakukan untuk mengetahui asal dan tujuan peredaran kayu bulat dan kayu olahan, yaitu : kabupaten/kota asal dan tujuan peredaran kayu bulat.

b.2. Identifikasi volume kayu bulat yang beredar dan kayu olahan. Identifikasi volume kayu bulat dan kayu olahan dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah volume kayu bulat dan kayu olahan yang beredar, dengan proses menghitung jumlah volume per kelompok jenis kayu, yaitu : Kayu Meranti, Kayu Campuran, dan Kayu Indah.

b.3. Identifikasi kelompok jenis kayu bulat dan kayu olahan.

Identifikasi kelompok jenis kayu bulat dan kayu olahan dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok jenis yang beredar, yaitu : Kelompok Jenis Kayu Meranti, Kelompok Jenis Kayu Campuran, dan Kelompok Jenis Kayu Indah.

b.4. Identifikasi alat angkut yang digunakan.

Identifikasi alat angkut yang digunakan dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis alat angkut yang digunakan, yaitu : alat angkut darat (truk) dan sungai (rakit dan ponton), dengan menghitung volume per alat angkut dan per kabupaten/kota. 3) Peta Perusahaan

Lokasi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sebagai asal peredaran kayu bulat dan Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) sebagai tujuan peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi disajikan dalam peta perusahaan. Peta HPH dan HPHTI dibuat oleh Badan Planologi Kehutanan (2003) dan Peta IPHHK oleh Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan Provinsi Jambi (2003).

B Pembuatan Peta

1) Peta Hutan Produksi

Pembuatan Peta Hutan Produksi dengan langkah-langkah : a. Penyiapan Peta Kawasan Hutan.

b. Melakukan query dengan SIG terhadap kawasan hutan produksi. c. Menampilkan kawasan hutan produksi sebagai peta sendiri. d. Peta Hutan Produksi telah terbentuk.

2) Peta Jaringan Jalan Utama

Pembuatan Peta Jaringan Jalan Utama dengan langkah-langkah : a. Penyiapan Peta Jaringan Jalan.

b. Melakukan query dengan SIG terhadap jaringan jalan utama. c. Menampilkan jaringan jalan utama sebagai peta sendiri. d. Peta Jaringan Jalan Utama telah terbentuk.

3) Peta Sungai Batanghari

Pembuatan Peta Sungai Batanghari dengan langkah-langkah : a. Penyiapan Peta Sungai.

b. Melakukan query dengan SIG terhadap Sungai Batanghari. c. Menampilkan Sungai Batanghari sebagai peta sendiri. d. Peta Sungai Batanghari telah terbentuk.

4) Peta Volume Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat

Pembuatan peta tersebut dengan langkah-kangkah sebagai beikut : a. Penyiapan Peta Administrasi.

b. Input data volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dalam atribut Peta Administrasi.

c. Penentuan kelas kriteria volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dengan pengklasifikasian 5 (lima) kelas volume dengan pendekatan SIG (classify of natural breaks type), yaitu :

- Kelas volume asal peredaran, terdiri dari : 0-11.194 m3, 11.195- 81.105 m3, 81.106-179.801 m3, 179.802-599.795 m3, dan 599.796- 1.224.996 m3.

- Kelas volume tujuan peredaran, terdiri dari : 0-5.726 m3, 5.727- 16.600 m3, 16.601-50.416 m3, 50.417-181.860 m3, dan 181.861- 2.006.494 m3.

d. Peta Volume Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat telah terbentuk berdasarkan masing-masing kriteria yang telah ditentukan.

4.3.3Analisis Data

A Analisis Peredaran Kayu Bulat

Analisis peredaran kayu bulat dilakukan dengan melakukan query Basis data Hasil Hutan Provinsi Jambi. Analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Analisis Kabupaten/kota Asal dan Tujuan Peredaran Hasil Hutan.

Analisis kabupaten/kota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dilakukan untuk menganalisis asal dan tujuan peredaran hasil hutan dari dan ke kabupaten/kota.

Analisis ini menjelaskan tentang kesesuaian kondisi lokasi kabupaten/kota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dan pola asal dan tujuannya. Kesesuaian kondisi lokasi asal dengan mengkaji data distribusi lokasi HPH dan HPHTI di masing-masing kabupaten dan distribusi pada kawasan hutan (hutan produksi). Kesesuaian kondisi lokasi tujuan peredaran kayu bulat dengan mengkaji data lokasi industri kayu (IPHHK) di tiap kabupaten/kota, jumlah penduduk, dan jalur transportasi yang digunakan.

2) Analisis Volume Peredaran Hasil Hutan.

Analisis volume peredaran hasil hutan dilakukan untuk menganalisis besarnya volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dari dan ke kabupaten/kota.

Analisis ini menjelaskan tentang kesesuaian kondisi lokasi kabupaten/kota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dengan besarnya volume peredaran masing-masing kabupaten/kota asal dan tujuan. Kesesuaian kondisi lokasi asal dengan mengkaji data distribusi lokasi HPH dan HPHTI di masing-masing kabupaten, distribusi kawasan hutan (hutan produksi). Kesesuaian kondisi lokasi tujuan peredaran kayu bulat dengan mengkaji data lokasi industri kayu (IPHHK) yang aktif di tiap kabupaten/kota, kebutuhan bahan baku kayu bulat tiap kabupaten/kota berdasarkan jumlah industri dan kapasitasnya, jumlah penduduk, dan jalur transportasi yang digunakan.

3) Analisis Kelompok Jenis Hasil Hutan.

Analisis kelompok jenis hasil hutan dilakukan untuk menganalisis kelompok jenis yang beredar, terdiri dari : Kelompok Jenis Kayu Meranti, Kelompok Jenis Kayu Campuran, dan Kelompok Jenis Kayu Indah.

Pada analisis ini dijelaskan tentang dasar pengelompokan jenis kayu bulat oleh Departemen Kehutanan dan volume peredaran masing-masing kelompok jenis tiap kabupaten/kota. Volume peredaran dibandingkan dengan jatah tebang yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.

4) Analisis Jalur Transportasi yang Digunakan.

Analisis jalur transportasi yang digunakan dilakukan untuk menganalisis jenis-jenis alat angkut yang digunakan, terdiri dari : analisis

alat angkut darat dan sungai yang digunakan, serta jumlah volume per alat angkut/kabupaten.

B Analisis Spasial

Analisis spasial dilakukan untuk menganalisis data spasial yang terkait dengan peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG), dengan metode overlay (tumpang tindih). Tumpang tindih beberapa peta dilakukan untuk mendapatkan beberapa peta yang diinginkan untuk analisis data spasial yang terkait dengan peredaran kayu bulat. Proses yang dilakukan pada metode ini, antara lain :

1) Penentuan Lokasi Kabupaten/kota Asal Peredaran Hasil Hutan.

Penentuan lokasi ini dengan melakukan tumpang tindih Peta HPH dan Peta HPHTI dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Lokasi HPH dan HPHTI Provinsi Jambi. Lokasi masing-masing HPH dan HPHTI pada masing-masing kabupaten sebagai lokasi asal peredaran kayu bulat. Keberadaan HPH dan HPHTI pada masing-masing kabupaten mempunyai pengaruh terhadap volume asal peredaran kayu bulat.

2) Penentuan Lokasi Kabupaten/kota Tujuan Peredaran Hasil Hutan.

Penentuan lokasi ini dengan melakukan tumpang tindih Peta IPHHK dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Lokasi IPHHK Provinsi Jambi. Lokasi masing-masing IPHHK pada masing-masing kabupaten/kota sebagai lokasi tujuan peredaran kayu bulat. Keberadaan IPHHK pada masing-masing kabupaten/kota mempunyai pengaruh terhadap volume tujuan peredaran hasil hutan.

3) Penentuan Jalur Peredaran Hasil Hutan.

Penentuan jalur peredaran hasil hutan dengan melakukan tumpang tindih Peta Jaringan Jalan dan Sungai dengan Peta Administarsi untuk mendapatkan Peta Jalur Darat dan Sungai Provinsi Jambi. Pemetaan jalur peredaran yang digunakan dengan menggunakan Peta Jalur Darat dan Sungai, sehingga dapat digambarkan melalui jalur mana saja peredaran terjadi dan berapa besar volume pada masing-masing jalur peredaran yang digunakan tiap kabupaten/kota.

4) Penentuan Distribusi Kawasan Hutan.

Penentuan distribusi kawasan hutan, khususnya hutan produksi pada masing-masing kabupaten dengan melakukan tumpang tindih Peta Kawasan Hutan dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Distribusi Kawasan Hutan Provinsi Jambi.

Hasil tumpang tindih khususnya keberadaan hutan produksi pada tiap kabupaten memberikan indikasi sebagai faktor yang mempengaruhi besarnya asal peredaran kayu bulat.

5) Penentuan Peta Peredaran Kayu Bulat Provinsi Jambi

Penentuan peta ini dengan melakukan tumpang tindih Peta Administrasi, Peta HPH, Peta HPHTI, Peta IPHHK, Peta Hutan Produksi, Peta Jaringan Jalan Utama, dan Peta Sungai untuk mendapatkan Peta Peredaran Kayu Bulat Provinsi Jambi.

C Analisis Kebutuhan Bahan Baku Kayu Bulat Industri

1) Analisis kebutuhan berdasarkan kapasitas izin industri tiap kabupaten. Analisis ini dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap kebutuhan bahan baku kayu bulat dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : - Total kapasitas adalah total kapasitas industri tiap kabupaten. - Rendemen adalah persentase hasil bersih produk pengolahan, besarnya berdasarkan masing-masing jenis kayu olahan (SK Dirjen BPK Nomor S.948/VI-BPPHH/2004).

Hasil perhitungan ini untuk mengetahui kemampuan Provinsi Jambi dalam

supply bahan baku kayu bulat untuk industri.

2) Analisis kebutuhan riil berdasarkan jumlah volume peredaran kayu olahan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung kebutuhan kayu bulat dengan rumus sebagai berikut :

Kebutuhan Kayu Bulat = Total Kapasitas Izin x 1/Rendemen

Dimana : - Total peredaran kayu olahan adalah produksi kayu olahan hasil pengolahan basis data hasil hutan.

- Rendemen adalah persentase hasil bersih produk pengolahan, besarnya berdasarkan masing-masing jenis kayu olahan (SK Dirjen BPK Nomor S.948/VI-BPPHH/2004).

Hasil perhitungan ini untuk mengetahui kemampuan riil Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri.

D Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peredaran kayu bulat yang terjadi, terkait dengan asal, tujuan, volume, kelompok jenis kayu bulat, alat angkut yang digunakan, dan kaitan dengan data spasial yang ada.

Jenis data yang digunakan, sumber data, teknik analisis, dan output yang ingin dicapai berdasarkan setiap tujuan penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

4.3.4Rekomendasi Peredaran Kayu Bulat

Rekomendasi peredaran hasil hutan didasarkan atas analisis-analisis yang telah dilakukan, seperti : hasil analisis peredaran kayu bulat, analisis spasial, analisis kebutuhan bahan baku, dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam memberikan rekomendasi yang terkait dengan : 1) Asal, tujuan, volume, jenis kayu bulat dan kayu olahan, alat angkut yang

digunakan dalam peredaran kayu bulat.

2) Kesesuaian peredaran kayu bulat dengan jumlah industri yang ada. 3) Kebutuhan kayu bulat yang harus dipenuhi.

Tabel 1 Jenis data, sumber data, teknis analisis data, dan output berdasarkan tujuan penelitian

No Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik

Analisis

Output 1 Mengidentifikasi

asal, tujuan volume, jenis kayu bulat dan alat angkut yang digunakan dalam peredaran kayu bulat tiap kab/ kota di Provinsi Jambi.

- Asal peredaran - Tujuan peredaran

- Volume

peredaran - Jenis kayu bulat - Alat angkut yang

digunakan ƒ Ditjen BPK ƒ Baplan Kehutanan ƒ BSPHH Wil IV Jambi ƒ Dinhut Provinsi Jambi ƒ Query Basis data ƒ Deskriptif Kuantitatif

Data kayu bulat yang beredar, yaitu asal, tujuan, volume, jenis dan alat angkut yang digunakan. 2 3 4 Memetakan peredaran kayu bulat tiap kabupaten/kota di Provinsi Jambi. Mengkaji kebutuhan bahan baku kayu bulat untuk mengetahui kemampuan Provinsi Jambi dalam supply

bahan baku kayu bulat untuk industri di Provinsi Jambi Rekomendasi Peredaran Kayu Bulat. - Data Penduduk - Asal peredaran - Tujuan peredaran - Jenis kayu bulat - Volume kayu bulat - Alat angkut - Peta Adm - Peta HPH - Peta HPHTI - Peta IPHHK - Peta Jalan - Peta Sungai - Peta Kawasan Hutan

- Volume asal dan tujuan peredaran - Data jumlah industri dan kapasitas per kab/kota. - Data rendemen kayu olahan

Hasil analisis yang telah dilakukan : analisis peredaran, analisis spasial, analisis kebutuhan kayu bulat dan analisis deskriptif kuantitatif. ƒ Ditjen BPK ƒ Baplan Kehutanan ƒ BSPHH Wil IV Jambi ƒ Dinhut Provinsi Jambi ƒ UPTD Biphut Provinsi Jambi ƒ BPS Provinsi Jambi ƒ Ditjen BPK ƒ BSPHH Wil IV Jambi ƒ Dinhut Provinsi Jambi ƒ Ditjen BPK ƒ Baplan Kehutanan ƒ BSPHH Wil IV Jambi ƒ Dinhut Provinsi Jambi ƒ UPTD Biphut Provinsi Jambi ƒ BPS Provinsi Jambi ƒ Tumpang tindih Peta ƒ Query Basis data ƒ Deskriptif Kuantitatif ƒ Deskriptif Kuantitatif ƒ Analisis Kebutuhan Bahan Baku ƒ Deskriptif Kuantitatif Peta-peta hasil tumpang tindih untuk menggambarkan lokasi administrasi, lokasi perusahaan, kepadatan penduduk, jalur transportasi, arah peredaran kayu bulat, serta kondisi kawasan hutan Provinsi Jambi. Jumlah kebutuhan kayu bulat yang harus dipenuhi oleh industri tiap kabupaten/kota dan kemampuan Provinsi Jambi dalam supply

bahan baku kayu bulat industri. Rekomendasi yang terkait dengan kebijakan peredaran kayu bulat.

Gambar 4 Diagram alir metode penelitian. Peta Administrasi Peta Perusahaan Peta Sungai REKOMENDASI PEREDARAN KAYU BULAT Data Peredaran

Kayu Bulat

ANALISISPEREDARAN KAYU BULAT 1. Asal, Tujuan, dan Volume 2. Kelompok Jenis Hasil Hutan 3. Jalur Transportasi

ANALISIS SPASIAL 1. Penentuan Lokasi Asal Peredaran 2. Penentuan Lokasi Tujuan Peredaran 3. Penentuan Jalur Peredaran

4. Penentuan Distribusi Kawasan Hutan 5. Penentuan Peta Peredaran Kayu Bulat

ANALISIS DATA Peredaran Hasil Hutan

OVERLAY 1 Peta HPH 2 Peta HPHTI 3 Peta IPHHK PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Database Hasil Hutan Pemanfaatan Database

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKU KAYU BULAT

DAN

ANALISIS DESKRIPTIF KUANTITATIF

Peta

Kawasan Hutan Peta

Jaringan Jalan Peta Sungai Batanghari Peta Jalan Utama Peta Hutan Produksi Jalur Transportasi Kondisi Hutan Input Data Peredaran Kayu Bulat Peta Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat

5.1 Letak Geografis

Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 00 45’ sampai 20 45’ Lintang Selatan dan antara 1010 10’ sampai 1040 55’ Bujur Timur. Batas-batas Provinsi Jambi adalah sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur berbatasan dengan Selat Berhala, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Luas wilayah Provinsi Jambi sebesar 53.435 km2 dengan perincian luas per kabupaten/kota disajikan pada Tabel 2. Peta Administrasi Provinsi Jambi disajikan pada Gambar 5.

Tabel 2 Luas wilayah dirinci per kabupaten/kota di Provinsi Jambi

No Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase (%)

1 Kerinci 4.200 8.3

2 Merangin 7.679 15.2

3 Sarolangun 6.184 12.2

4 Batanghari 5.804 11.5

5 Muaro Jambi 5.326 10.5

6 Tanjung Jabung Timur 5.445 10.7

7 Tanjung Jabung Barat 4.650 9.2

8 Tebo 6.461 12.8

9 Bungo 4.659 9.2

10 Kota Jambi 205 0.4

Jumlah 53.435 100.0

Sumber : BPS Provinsi Jambi (2003).

Jarak dari Kota Jambi sebagai ibukota Provinsi ke ibukota kabupaten, adalah Kota Jambi ke Sungai Penuh (Kabupaten Kerinci) berjarak 419.21 km, ke Bangko (Kabupaten Merangin) berjarak 255.03 km, ke Sarolangun (Kabupaten Sarolangun) berjarak 179.29 km, ke Muara Bulian (Kabupaten Batanghari) berjarak 58.93 km, ke Sengeti (Kabupaten Muaro Jambi) berjarak 27.00 km, ke Muara Sabak (Kabupaten Tanjung Jabung Timur) berjarak 129.44 km, ke Kuala Tungkal (Kabupaten Tanjung Jabung Barat) berjarak 130.78 km, ke Muara Tebo (Kabupaten Tebo) berjarak 205.80 km, dan ke Muara Bungo (Kabupaten Bungo) berjarak 251.60 km.

Ga

m

bar 5 Peta Adm

inistrasi Provinsi Jam

5.2 Pemerintahan

Provinsi Jambi terdiri dari 9 (sembilan) kabupaten dan 1 (satu) kota, 77 kecamatan, 117 kelurahan, dan 1.068 desa, dengan rincian per kabupaten/kota disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah kecamatan, kelurahan, dan desa dirinci per kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2003

No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Desa 1 Kerinci 11 6 272 2 Merangin 7 8 157 3 Sarolangun 6 4 107 4 Batanghari 8 13 93 5 Muaro Jambi 7 4 120

6 Tanjung Jabung Timur 6 3 60

7 Tanjung Jabung Barat 5 5 52

8 Tebo 9 5 89

9 Bungo 10 7 118

10 Kota Jambi 8 62 0

Jumlah 77 117 1.068

Sumber : BPS Provinsi Jambi (2003).

5.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Jambi Tahun 2003 sebesar 2.568.598 jiwa, sedangkan pada tahun 2002 sebanyak 2.479.469 dan selama kurun waktu tersebut terjadi pertumbuhan sebesar 3.59 % (BPS Provinsi Jambi 2003). Jumlah dan kepadatan penduduk Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan kepadatan penduduk dirinci per kabupaten/kota di Provinsi Jambi tahun 2003

No Kabupaten/Kota Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan

(Km2) Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa/Km2)

1 Kerinci 4.200 150.421 158.912 309.333 74

2 Merangin 7.679 140.431 124.683 265.114 35

3 Sarolangun 6.184 92.580 94.301 186.881 30

4 Batanghari 5.804 105.342 95.356 200.698 35

5 Muaro Jambi 5.326 131.512 123.915 255.427 48

6 Tanjung Jabung Timur 5.445 107.539 100.546 208.085 38

7 Tanjung Jabung Barat 4.650 107.031 103.360 210.391 45

8 Tebo 6.461 140.738 121.011 261.749 41

9 Bungo 4.659 114.782 114.313 229.095 49

10 Kota Jambi 205 206.613 207.086 413.699 2.015

Jumlah 53.435 1.296.989 1.243.483 2.540.472 48

Dokumen terkait