• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume Asal Peredaran Kayu Bulat

Berdasarkan hasil pengolahan basis data pada Tabel 9, volume peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi pada tahun 2004 sebesar 2.407.237 m3 dengan melibatkan peredaran di 9 kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Kerinci. Volume peredaran kayu bulat terbesar berasal dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 1.224.996 m3 (50.9%), sedangkan yang paling kecil adalah Kabupaten Merangin sebesar 11.194 m3 (0.5%) dari total volume peredaran kayu bulat sebesar 2.407.237 m3. Grafik volume asal peredaran kayu bulat disajikan pada Gambar 8. Data volume asal peredaran kayu bulat selengkapnya dirinci per kelompok jenis kayu disajikan pada Lampiran 4.

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000

Kerinci M erangin Sarolangun Batanghari M uaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat

Tebo Bungo Kota Jambi Kabupaten/Kota Asal Vo lu m e ( m 3 )

Gambar 8 Volume asal peredaran kayu bulat Provinsi Jambi tahun 2004.

Peta volume asal peredaran kayu bulat dibuat berdasarkan 3 kriteria kelas volume, yaitu : kriteria kecil (≤ 400.000 m3), sedang (400.001-800.000 m3), dan besar (≥ 800.001 m3). Berdasarkan pembagian kriteria tersebut, Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergolong kriteria besar, Kabupaten Batanghari tergolong kriteria sedang, sedangkan kriteria kecil adalah semua kabupaten/kota, kecuali kedua kabupaten tersebut. Peta volume asal peredaran kayu bulat tahun 2004 disajikan pada Gambar 9.

Peredaran kayu di Provinsi Jambi tahun 2004 didominasi oleh Jenis Kayu Rimba Campuran, dan sebagian kecil adalah jenis Kayu Meranti dan Kayu Indah, sedangkan jenis kayu Ebony tidak ada. Volume peredaran Jenis Kayu Rimba Campuran sebesar 2.271.481 m3 (94.36%), sedangkan volume peredaran Jenis Kayu Meranti sebesar 135.435 m3 (5.63%), dan volume peredaran Jenis Kayu Indah sebesar 321 m3 (0.01%) dari total peredaran sebesar 2.407.237 m3.

Perkiraan potensi kayu bulat tegakan berdiri Provinsi Jambi dapat dihitung dengan pendekatan jumlah potensi hutan per ha dikalikan dengan luas hutan produksi. Penentuan potensi tegakan hutan didasarkan pada data potensi tegakan berdiri jenis komersil dengan diameter +20 cm dan +50 cm (Tabel 9). Jumlah potensi kayu bulat tegakan berdiri diameter +20 cm sebesar 16.438.759 dan diameter +50 cm sebesar 7.002.793 m3, sehingga total potensi kayu bulat tegakan berdiri jenis komersil sebesar 23.441.552 m3 (Tabel 10). Dengan demikian jumlah peredaran kayu bulat tahun 2004 sebesar 2.407.237 m3 masih tercakup dalam potensi kayu bulat yang ada.

Tabel 9 Potensi tegakan berdiri hasil re-enumerasi PSP Provinsi Jambi

Potensi (m3/ha)

Seluruh Jenis Jenis Komersil

No Kabupaten Jumlah Klaster/ kelompok + 20 cm + 50 cm + 20 cm + 50 cm 1 Batanghari 9 173.84 71.44 28.45 6.87 2 Bungo Tebo 9 78.51 32.79 7.41 3.99 3 Sarolangun Bangko 11 136.33 45.06 11.46 8.04 4 Kerinci - - - 5 Muaro Jambi - - - 6 Tanjung Jabung 8 114.82 51.71 8.06 4.89 Rata-rata 9 125.88 50.25 13.85 5.90

Sumber : Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan (2003).

Tabel 10 Potensi kayu bulat pada hutan produksi Provinsi Jambi berdasarkan potensi tegakan berdiri

Potensi Tegakan Berdiri Kayu Bulat Jenis Komersil (m3/ha)

Lokasi Diameter + 20 cm Diameter + 50 cm

Luas Hutan Produksi

(Ha) Potensi Rata-rata (m3

/ha) Potensi Kayu Bulat (m3) Potensi Rata-rata (m3/ha) Potensi Kayu Bulat (m3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Provinsi Jambi 1.186 914 13.85 16 438 759 5.90 7 002 793

Sumber : Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan (2003) dan pengolahan (2005). Keterangan : - (4) = (2) x (3)

6.2.1 Sebaran Hutan Produksi

Berdasarkan fungsinya, hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hasil perhitungan luas dari Peta Kawasan Hutan Provinsi Jambi, diketahui bahwa luas Hutan Produksi Tetap (HP) sebesar 885.331 ha (42.6%) dan luas Hutan Produksi Terbatas (HPT) sebesar 301.603 ha (14.5%) dari total luas kawasan hutan Provinsi Jambi sebesar 2.079.100 ha. Luas kawasan hutan Provinsi Jambi berdasarkan fungsinya selengkapnya disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Luas kawasan hutan Provinsi Jambi berdasarkan fungsinya

No Kabupaten Kawasan Hutan

APL HL WA/CA HP HPT HPK Jumlah

1 Kerinci 1 885 0 225 056 0 0 31 479 258 420

2 Merangin 31 932 88 033 140 713 167 365 61 500 0 489 543

3 Sarolangun 0 0 9 388 67 602 53 978 0 130 968

4 Batanghari 0 0 29 271 123 489 62 920 0 215 680

5 Muaro Jambi 0 19 790 46 983 106 55 859 0 122 738

6 Tanjung Jabung Timur 0 29 511 116 500 50 346 0 0 196 357

7 Tanjung Jabung Barat 0 17 279 12 214 149 145 41 736 0 220 374

8 Tebo 14 705 0 21 949 120 507 25 428 0 182 589

9 Bungo 1 320 17 216 36 962 206 751 182 0 262 431

10 Kota Jambi 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 49 842 171 829 639 036 885 311 301 603 31 479 2 079 100

Sumber : Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan Provinsi Jambi (2004).

Keterangan : - Luas kawasan hutan berdasarkan hasil perhitungan Peta Kawasan Hutan. - APL : Areal Penggunaan Lain

- HL : Hutan Lindung

- WA/CA : Wisata Alam/Cagar Alam

- HP/HPT : Hutan Produksi Tetap/Hutan Produksi Terbatas - HPK : Hutan Produksi yang dapat dikonversi

Kawasan hutan Provinsi Jambi berdasarkan fungsinya sebagai HP dan HPT mempunyai luas total sebesar 1.186.914 ha. Persentase terbesar di Kabupaten Merangin sebesar 19.3% dan terkecil Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 4,2%. Persentase hutan produksi terhadap luas kawasan hutan tiap kabupaten/ kota selengkapnya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Luas kawasan hutan dan hutan produksi Provinsi Jambi

No Kabupaten/Kota Luas Kawasan Luas Hutan Produksi *) Persentase

Hutan (ha) HP (Ha) HPT (Ha) Total (Ha) (%)

1 Kerinci 258 420 0 0 0 0

2 Merangin 489 543 167 365 61 500 228 865 19.3

3 Sarolangun 130 968 67 602 53 978 121 580 10.2

4 Batanghari 215 680 123 489 62 920 186 409 15.7

5 Muaro Jambi 122 738 106 55 859 55 965 4.7

6 Tanjung Jabung Timur 196 357 50 346 0 50 346 4.2

7 Tanjung Jabung Barat 220 374 149 145 41 736 190 881 16.1

8 Tebo 182 589 120 507 25 428 145 935 12.3

9 Bungo 262 431 206 751 182 206 933 17.5

10 Kota Jambi 0 0 0 0 0

Jumlah 2.079 100 885 311 301 603 1.186 914 100.0

Sumber : Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan Provinsi Jambi (2004). Keterangan : - *) Berdasarkan hasil perhitungan.

- HP: Hutan Produksi Tetap. - HPT : Hutan Produksi Terbatas.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat mempunyai HP seluas 149.145 ha dan HPT seluas 41.736 ha, sehingga total hutan produksi seluas 190.881 ha atau 16.1% dari total luas kawasan hutan produksi Provinsi Jambi sebesar 1.186.914 ha. Ini merupakan luas hutan produksi terbesar ketiga di Provinsi Jambi setelah Kabupaten Merangin sebesar 19.3% dan Kabupaten Bungo sebesar 17.5% (Tabel 12). Jumlah tersebut menggambarkan bahwa dari total kawasan hutan sebesar 220.374 ha di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat 190.881 ha (86.7%) adalah hutan produksi yang dapat dieksploitasi untuk menghasilkan kayu bulat. Kondisi ini menjadi salah satu sebab Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai asal peredaran kayu bulat yang paling besar dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Jambi.

Kabupaten Merangin mempunyai hutan produksi seluas 19.3% dan merupakan luas terbesar dibandingkan kabupaten lain (Tabel 12), tetapi mempunyai volume asal peredaran kayu bulat yang paling kecil sebesar 0.5%. Hal ini menunjukkan bahwa luas hutan produksi di Kabupaten Merangin tidak mendukung besarnya volume asal peredaran yang besar pula. Hal ini dikarenakan hutan di Kabupaten Merangin telah mengalami kerusakan atau penurunan potensi. Berdasarkan data potensi tegakan hutan berdiri hasil re-enumerasi pada Petak

Sampling Percobaan (PSP) tidak menunjukkan potensi hutan (Tabel 9). Peta hutan produksi Provinsi Jambi disajikan pada Gambar 10.

Ga

m

b

ar 10 Peta Hutan Produksi Provinsi Jam

b

6.2.2 Sebaran Lokasi HPH dan HPHTI

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sebagai penghasil kayu bulat dari hutan alam dan hutan tanaman di suatu kabupaten/kota dapat mempengaruhi besarnya volume asal peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi. Sebaran luas lokasi masing-masing HPH dan HPHTI per kabupaten/kota di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran lokasi HPH dan HPHTI di Provinsi Jambi dirinci per kabupaten/kota

HPH HTI Total Persen

No Kabupaten

/Kota Nama Luas (ha) Nama Luas (ha) (Ha) (%)

1 Kerinci 1. PT Nusalease TC. 672 - -

2. PT Serestra II 24 424

Jumlah 25 096 25 096 3.1

2 Merangin 1. PT Bina Lestari 55 700 1. PT Inhutani V 2 244 2. PT Injapsi Lestari 57 944

2. PT Nusalease TC. 64 734

3. PT RKI 8 396

4. PT Serestra II 81 547

Jumlah 268 944 Jumlah 2 244 270 565 33.6

3 Sarolangun 1. PT Asialog 28 877 1. PT Limbah KU. 1 744 2. PT Bina Lestari 1 653 2. PT Samihutani 27 114 3. PT Wana KN. 8 908

Jumlah 30 530 Jumlah 37 766 68 296 8.5

4 Batanghari 1. PT Asialog 36 638 1. PT Limbah KU. 5 151 2. PT Wana Perintis 6 661

3. PT WKS 25 408

Jumlah 36638 Jumlah 37 220 73 858 9.2

5 Muaro Jambi 1. PT Putra Duta IW. 54 295 - -

2. PT RKI 28 586

Jumlah 82 881 82 881 10.3

6 Tanjabtim - - 1. PT Dyera HL. 7 333

2. PT WKS 11 730

Jumlah 19 063 19 063 2.4

7 Tanjabbar 1. PT Dalek HE. 87 1. PT WKS 51 136

2. PT Wana Teladan 8 389

Jumlah 87 Jumlah 59 525 59 612 7.4

8 Tebo 1. PT Dalek HE. 50 018 1. PT Gamasia H. 28 611

2. PT Wana Perintis 12 123

Jumlah 50 018 Jumlah 40 734 90 752 11.2

9 Bungo 1. PT RKI 53 440 1. PT Arangan HL. 9 401

2. PT Gamasia H. 146 3. PT Inhutani V 43 565 4. PT Wana MW. 9 308

Jumlah 53 440 Jumlah 62 420 115 860 14.3

Total 547 011 258 972 805 983 100.0

Sumber : Badan Planologi Kehutanan (2003).

HPH atau Hak Pengusahaan Hutan sekarang ini berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Kpts-II/2003 tentang Penatausahaan Hasil Hutan disebut dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan

alam, sedangkan HPHTI atau Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri disebut Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan tanaman. Kedua izin tersebut merupakan izin memanfaatkan hutan produksi pada hutan alam dan hutan tanaman untuk pemanenan kayu bulat.

Provinsi Jambi terdapat HPH sebanyak 8 buah dan HPHTI sebanyak 11 buah, dengan sebaran lokasinya hampir di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, kecuali Kota Jambi. HPH terluas adalah PT Serestra II dengan luas lokasi sebesar 105.971 ha (19.4%) dan HPHTI terluas adalah PT Wira Karya Sakti seluas 88.274 ha (34.1%). Nama-nama HPH, luas, dan lokasinya disajikan pada Lampiran 15, sedangkan Nama-nama HPHTI, luas, dan lokasinya disajikan pada Lampiran 19.

Berdasarkan perhitungan luas HPH dan HPHTI, Kabupaten Merangin merupakan kabupaten sebagai lokasi HPH dan HPHTI yang paling luas dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain, yaitu seluas 270.565 ha (33.6%), dengan jumlah HPH sebanyak 4 buah dan HPHTI sebanyak 1 (satu) buah, akan tetapi volume asal peredaran kayu bulat dari kabupaten tersebut yang paling kecil yaitu sebesar 11.194 m3 (0.5%). Hal ini tentunya cukup memprihatinkan, karena keberadaan HPH dan HPHTI di Kabupaten Merangin tidak memberikan kontribusi terhadap produksi kayu bulat. Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan laporan produksi yang masuk ke Departemen Kehutanan selama tahun 2004, keempat HPH di Kabupaten Merangin tidak aktif berproduksi.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan volume asal peredaran kayu bulat yang paling besar, yaitu sebesar 1.224.996 m3 (50.9%), akan tetapi pada kabupaten tersebut hanya terdapat 1 (satu) HPH dan 2 (dua) HPHTI dengan total luas 59.612 ha (7.4%). Keberadaan HPH dan HPHTI memberikan kontribusi terhadap besarnya volume asal peredaran kayu bulat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh keberadaan HPHTI PT Wira Karya Sakti yang merupakan HPHTI terluas di Provinsi Jambi dengan luas sebesar 88.274 ha (34.1%) dari total luas HPHTI seluas 258.972 ha, dengan lokasi terluas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat seluas 51.136 ha (57.9%), dan sisanya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Batanghari.

Kabupaten Batanghari merupakan asal peredaran kayu bulat dengan volume yang terbesar kedua setelah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu sebesar 599.795 m3 (24.9%). Kabupaten Batanghari terdapat 1 (satu) HPH dan 3 (tiga) HPHTI dengan total luas sebesar 73.858 ha (9.2%). Keberadaan HPH dan HPHTI ini ternyata memberikan kontribusi terhadap besarnya volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Batanghari. Hal ini tentunya didukung oleh keberadaan HPH PT Asialog dan HPHTI PT Wira Karya Sakti yang yang merupakan HPH dan HPHTI yang masih aktif di Provinsi Jambi.

Hasil tumpang tindih Peta HPH dan HPHTI ternyata terjadi tumpang tindih areal konsesi pada tiga areal kombinasi antara kedua peta tersebut. Pertama terjadi tumpang tindih antara areal HPH PT Rimba Karya Indah dengan HPHTI PT Inhutani V dengan luas mencapai 14.390 ha yang berlokasi di Kabupaten Bungo dan Merangin, yang kedua terjadi tumpang tindih antara HPH PT Asialog dengan HPHTI PT. Wana Kasita Nusantara seluas 5.052 ha yang berlokasi di Kabupaten Sarolangun, serta yang ketiga terjadi tumpang tindih antara HPH PT. Asialog dengan HPHTI PT. Samihutani seluas 253 ha yang berlokasi di Kabupaten Sarolangun. Hal ini hendaknya tidak perlu terjadi, sehingga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan tentang adanya tumpang tindih izin HPH dan HPHTI, sehingga tidak terjadi masalah antar perusahaan pemegang izin di kemudian hari.

Lokasi HPH seharusnya berada pada areal hutan produksi, sesuai dengan fungsi hutan produksi untuk menghasilkan kayu bulat. Hasil tumpang tindih Peta HPH dengan Peta Hutan Produksi dihasilkan bahwa hanya 323.763 ha (59.2%) dari total luas HPH sebesar 547.011 ha yang berada pada hutan produksi, sedangkan 40.8% berada di luar hutan produksi. Persentase terkecil adalah HPH PT Serestra II sebesar 38.4%, sedangkan terbesar adalah HPH PT Dalek Hutani Esa sebesar 99.1%. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dari Departemen Kehutanan, terkait dengan kebijakan pemberian izin areal HPH. Perbandingan luas selengkapnya untuk 8 (delapan) HPH disajikan pada Lampiran 16. Grafik perbandingan luas tersebut disajikan pada Gambar 11. Peta hutan produksi dan HPH pada hutan produksi disajikan pada Lampiran 18.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 PT Asialog PT Bina Lestari PT Dalek Hutani Esa PT Injapsi Lestari PT Nusalease T imber Corp. PT Putra Duta Indah Wood PT Rimba Karya Indah PT Serestra II Nama HPH L u as ( H a)

Luas HPH Luas Overlay

Gambar 11 Perbandingan luas HPH dan luas tumpang tindih Peta HPH dengan Peta Hutan Produksi.

Hasil tumpang tindih Peta HPHTI dengan Peta Hutan Produksi dihasilkan bahwa 213.725 ha (82.5%) dari total luas HPHTI sebesar 258.972 ha, yang berada pada hutan produksi, sedangkan 40.8% berada di luar hutan produksi. Persentase yang paling kecil adalah HPHTI PT Gamasia Hutani sebesar 56.7%, sedangkan yang paling besar adalah HPH PT Limbah Kayu Utama sebesar 100%. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dari Departemen Kehutanan, terkait dengan kebijakan pemberian izin areal HPHTI. Perbandingan luas selengkapnya disajikan pada Lampiran 20. Grafik perbandingan luas tersebut disajikan pada Gambar 12. Peta hutan produksi dan HPHTI pada hutan produksi disajikan pada Lampiran 22.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 PT Arangan Hutani Lestari PT Dyera Hutan Lestari PT Gamasia Hutani PT Inhutani V PT Limbah Kayu Utama PT Samihutani PT Wana Kasita Nusantara PT Wana Mukti Wisesa PT Wana Perintis PT Wana T eladan Nama HPHTI Lu a s ( H a )

Luas HPHTI Luas Overlay

Gambar 12 Perbandingan luas HPHTI dan luas tumpang tindih Peta HPHTI dengan Peta Hutan Produksi.

Dokumen terkait