• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalur Transportasi Peredaran Kayu Bulat

Hasil pengolahan basis data yang ada, alat angkut yang digunakan dalam kegiatan peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi, yaitu : alat angkut via sungai, terdiri dari : rakit dan ponton, sedangkan alat angkut via darat adalah truk. Penggunaan alat angkut ini tergantung dari jalur transportasi tujuan kabupaten/kota lokasi industri dan kapasitas alat angkut. Sebagai contoh dari Kabupaten Batanghari dengan tujuan ke Kabupaten Muaro Jambi menggunakan rakit via Sungai Batanghari dan truk via darat, sedangkan dari Kabupaten Batanghari ke Kota Jambi menggunakan truk dan rakit via Sungai Batanghari. Pada dasarnya transportasi via Sungai Batanghari berasal dari hulu ke hilir, sedangkan jika arah sebaliknya menggunakan truk.

Volume asal peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi yang digunakan dengan truk sebesar 2.126.793 m3 (88.3%), sedangkan dengan rakit dan ponton sebesar 280.444 m3 (11.7%). Volume tujuan peredaran kayu bulat ke Provinsi Jambi sebesar 2.351.363 m3 (97.7%), melalui darat sebesar 2.085.523 m3 (86.7%) dan sungai sebesar 265.840 m3 (11.0%), sedangkan yang keluar Provinsi Jambi sebesar 55.874 m3 (2.3%), melalui darat sebesar 41.270 m3 (1.7%) dan melalui sungai/laut sebesar 14.604 m3 (0.6%).

Peredaran kayu bulat dengan truk terbesar dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat menuju Tanjung Jabung Barat sebesar 1.210.572 m3 (56.9%) dari total volume peredaran via darat sebesar 2.126.793 m3, sedangkan peredaran kayu bulat dengan rakit dan ponton terbesar berasal dari Kabupaten Muaro Jambi menuju Kabupaten Muaro Jambi sebesar 107.090 m3 (38.2%) dari total volume peredaran via sungai/laut sebesar 280.444 m3. Matrik volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat berdasarkan jalur transportasi yang digunakan Provinsi Jambi tahun 2004 disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Matrik volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat berdasarkan jalur transportasi di Provinsi Jambi tahun 2004

Volume Volume Tujuan Peredaran Kayu Bulat (m3)

Asal Peredaran

Kayu Bulat (m3) Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro

Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat

Tebo Bungo Kota

Jambi Luar Provinsi Jambi Total Volume (m3) Kerinci Darat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sungai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Merangin Darat 0 5 726 0 0 8 0 0 0 0 0 154 5 888 Sungai 0 0 0 0 3 110 0 0 0 0 2 196 0 5 306 Sarolangun Darat 0 10 491 194 1 109 0 0 0 0 5 361 10 306 27 461 Sungai 0 0 6 109 1 274 32 657 1 400 0 0 0 7 108 0 48 548 Batanghari Darat 0 0 0 121 0 571 187 783 0 353 0 572 444 Sungai 0 0 0 8 518 13 625 0 0 0 0 5 208 0 27 351 Muaro Darat 0 0 0 0 860 0 35 659 0 0 1 756 0 38 275 Jambi Sungai 0 0 0 0 106 230 170 5 895 0 0 11 070 3 274 126 639 Tanjabtim Darat 0 0 0 0 0 0 179 801 0 0 0 0 179 801 Sungai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tanjabbar Darat 0 0 0 0 814 0 1 210 572 0 0 0 0 1 211 386 Sungai 0 0 0 0 0 0 3 380 0 0 0 10 230 13 610 Tebo Darat 0 0 0 0 5 674 0 0 4 090 100 526 70 10 433 Sungai 0 0 0 904 17 751 0 0 30 788 0 8 447 1 100 58 990 Bungo Darat 0 0 0 0 49 0 0 0 50 316 0 30 740 81 105 Sungai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kota Darat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jambi Sungai 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah Darat 0 5 726 10 491 315 8 487 0 1 997 219 4 873 50 416 7 996 41 270 2 126 793 Total (m3) Sungai 0 0 6 109 10 696 173 373 1 570 9 275 30 788 0 33 029 14 604 280 444

Kota Jambi merupakan pusat kota di Provinsi Jambi, sebagai pusat berbagai kegiatan pemerintahan/politik, ekonomi, sosial, dan lainnya. Kecenderungan kabupaten yang relatif dekat dengan pusat kota mempunyai infrastruktur yang lebih baik. Kegiatan kehutanan khususnya peredaran kayu bulat dan keberadaan industri kayu sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh untuk mengangkut bahan baku dan kemudahan akses jalan darat tersebut. Berdasarkan teori Analisis Weber tentang Titik Transport Minimum dijelaskan bahwa kedekatan asal bahan baku dan lokasi pasar atau konsumen merupakan salah satu faktor penentu keberadaan lokasi industri, yaitu pertimbangan biaya angkutan yang sekecil mungkin (Rustiadi et al. 2004). Jaringan jalan utama di Provinsi Jambi menghubungkan semua kabupaten/kota yang ada, sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh para pelaku industri dalam melakukan peredaran kayu bulat. Kemudahan akses peredaran melalui jalan darat ini sebagian besar dimanfaatkan sebagai media peredaran dengan ditunjukkan volume asal peredaran kayu bulat Provinsi Jambi tahun 2004 sebesar 88.3%. Peta jaringan jalan utama di Provinsi Jambi yang menghubungkan semua kabupaten disajikan pada Lampiran 23.

Peredaran via sungai dengan memanfaatkan aliran Sungai Batanghari yang melewati hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, kecuali Kabupaten Kerinci dan Merangin. Sungai Batanghari mempunyai lebar mencapi 90 m menjadi sarana transportasi sungai untuk angkutan orang dan barang bagi masyarakat Provinsi Jambi. Salah satu angkutan barang adalah untuk angkutan peredaran hasil hutan antar kabupaten dalam Provinsi Jambi maupun dengan provinsi lain. Sungai Batanghari mengalir dari hulu Kabupaten Bungo melewati Kabupaten Tebo, Batanghari, Sarolangun, Kota Jambi, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, dan Tanjung Jabung Timur. Pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat pelabuhan laut sebagai akses peredaran barang (hasil hutan) yang keluar Provinsi Jambi. Peta Sungai Batanghari disajikan pada Lampiran 24.

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Merangin bertujuan ke Kabupaten Merangin, Muaro Jambi, Kota Jambi, Provinsi Banten, dan Provinsi Sumatera Selatan, dengan volume sebesar 11.194 m3. Peredaran melalui jalur darat sebesar 5.888 m3 (52.6%) dan jalur sungai sebesar 5.306 m3 (47.4%). Peredaran jalur darat didominasi tujuan ke Kabupaten Merangin, sedangkan jalur sungai

didominasi tujuan ke kabupaten yang dilewati oleh Sungai Batanghari, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi. Peredaran menuju Kabupaten Muaro Jambi sebesar 3.118 m3 (27.8%) dan Kota Jambi sebesar 2.196 m3 (19.6%) didominasi melalui jalur sungai (Tabel 18). Peredaran melalui jalur sungai ini dengan memanfaatkan aliran Sungai Batanghari dan arah sungai yang menuju ke lokasi tujuan Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi. Hal ini dimanfaatkan Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi untuk mempermudah pengangkutan bahan baku kayu bulat sampai ke industri, karena sebagian besar industri kayu berada di dekat Sungai Batanghari. Kabupaten Merangin tidak dilewati langsung Sungai Batanghari, tetapi malalui cabang sungai yang menuju aliran Sungai Batanghari yang terdekat (Kabupaten Bungo atau Sarolangun). Peredaran ke luar Provinsi Jambi bertujuan ke Provinsi Banten sebesar 34 m3 (0.3%) dan Sumatera Selatan sebesar 120 m3 (1.1%) melalui jalur darat. Peredaran menuju Provinsi Sumatera Selatan melalui jalur darat karena jarak yang relatif dekat dengan berbatasan langsung dengan Kabupaten Merangin, sedangkan menuju Provinsi Banten melalui jalur darat melalui beberapa kabupaten/kota dan lintas provinsi, yaitu : Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Merangin hanya berasal dari Kabupaten Merangin sendiri sebesar 5.726 m3 melalui jalur darat, karena lokasi tujuan dalam satu kabupaten, sehingga jaraknya relatif dekat dan ditempuh dengan waktu yang relatif cepat. Peredaran ini dilakukan untuk memenuhi supply bahan baku kayu bulat untuk industri di Kabupaten Merangin sebanyak 3 buah dengan total kapasitas izin sebesar 15.000 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 24.000 m3 (Lampiran 26). Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Merangin disajikan pada Gambar 18. Grafik volume peredaran kayu bulat berdasarkan jalur transportasi yang digunakan disajikan pada Gambar 19.

Gambar 18 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Merangin Tahun 2004. Sumatera Selatan Banten Keterangan : Asal peredaran Tujuan peredan

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Merangin Muaro Jambi Kota Jambi Banten Sumatera Selatan

Kabupaten/Kota/Provinsi Tujuan Vo lu m e ( m 3 )

Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 19 Volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Merangin tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Sarolangun bertujuan ke Kabupaten Sarolangun, Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Kota Jambi, dan Provinsi Sumatera Selatan dengan volume sebesar 76.008 m3. Peredaran melalui jalur darat sebesar 27.461 m3 (36.1%) dan jalur sungai sebesar 45.548 m3 (63.9%). Peredaran jalur darat didominasi tujuan ke Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Sumatera Selatan, sedangkan jalur sungai didominasi tujuan ke kabupaten yang dilewati oleh Sungai Batanghari, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi. Peredaran menuju Kabupaten Batanghari sebesar 1.468 m3 (1.9%), Muaro Jambi sebesar 33.766 m3 (44.4%), Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 1.400 m3 (1.8%), dan Kota Jambi sebesar 12.469 m3 (16.4%), sebagian besar didominasi melalui jalur sungai (Tabel 18). Peredaran melalui jalur sungai ini dengan memanfaatkan aliran Sungai Batanghari dan arah sungai yang menuju ke lokasi tujuan. Hal ini dimanfaatkan kabupaten/kota tujuan untuk mempermudah pengangkutan bahan baku kayu bulat sampai ke industri, karena sebagian besar industri kayu berada di sepanjang Sungai Batanghari. Peredaran ke luar Provinsi Jambi bertujuan ke Provinsi Sumatera Selatan sebesar 10.306 m3 (13.6%) melalui jalur darat. Peredaran melalui jalur darat karena jarak yang relatif dekat dengan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Sarolangun hanya berasal dari Kabupaten Sarolangun sendiri sebesar 16.600 m3, melalui jalur darat sebesar 10.491 m3 (63.2%) dan jalur sungai sebesar 6.109 m3 (36.8%) (Tabel 18). Jalur sungai digunakan untuk supply bahan baku kayu bulat untuk industri yang berlokasi di dekat Sungai Batanghari, sedangkan jalur darat digunakan karena lokasi tujuan dalam satu kabupaten, sehingga jaraknya relatif dekat dan ditempuh dengan waktu yang relatif cepat. Peredaran ini untuk memenuhi supply bahan baku kayu bulat industri di Kabupaten Sarolangun sebesar 11 buah dengan total kapasitas izin sebesar 68.700 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 121.920 m3 (Lampiran 26). Grafik volume peredaran kayu bulat Kabupaten Sarolangun berdasarkan jalur transportasi disajikan pada Gambar 20. Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Sarolangun disajikan pada Gambar 21.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur

Kota Jambi Sumatera Selatan

Kabupaten/Kota/Provinsi Tujuan Vo lu m e ( m 3 )

Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 20 Volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Sarolangun tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Gambar 21 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Sarolangun Tahun 2004.

Keterangan :

Asal peredaran

Tujuan peredan Sumatera Selatan

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Batanghari bertujuan ke Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tebo, dan Kota Jambi dengan volume sebesar 599.795 m3. Peredaran melalui jalur darat sebesar 572.444 m3 (95.4%) dan jalur sungai sebesar 27.351 m3 (4.6%). Peredaran jalur darat didominasi tujuan ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sedangkan jalur sungai didominasi tujuan ke kabupaten yang dilewati oleh Sungai Batanghari, yaitu : Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, dan Kota Jambi. Peredaran menuju Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 571.187 m3 (95.2%) dan Tebo sebesar 783 m3 (0.1%), semuanya melalui jalur darat (Tabel 18). Peredaran melalui jalur darat ini karena kedekatan dengan lokasi tujuan yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Batanghari. Kabupaten Batangahari mempunyai akses jalan darat yang cukup baik, sehingga dapat memperlancar aliran peredaran kayu bulat dari Kabupaten Batanghari ke tujuan. Kabupaten Batanghari berbatasan dengan 5 kabupaten lainnya, yaitu : Kabupaten Sarolangun, Tebo, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Muaro Jambi, sehingga mempermudah aliran kayu bulat dari Kabupaten Batanghari ke kabupaten lainnya. Peredaran menuju Kabupaten Batanghari sebesar 8.639 m3 (1.4%), Muaro Jambi sebesar 13.625 m3 (2.3%), dan Kota Jambi sebesar 5.561 m3 (1.0%), didominasi melalui jalur sungai. Peredaran tersebut dengan memanfaatkan Sungai Batanghari yang mengalir dari Kabupaten Batanghari melalui Kabupaten Batanghari sendiri, Muaro Jambi, dan Kota Jambi. Lokasi industri di tempat tujuan sebagian besar berada di dekat Sungai Batanghari, sehingga mempermudah distribusi bahan baku kayu bulat ke industri tujuan.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Batanghari berasal dari Kabupaten Sarolangun, Batanghari, dan Tebo sebesar 11.011 m3 melalui jalur darat sebesar 315 m3 (2.9%) dan jalur sungai sebesar 10.696 m3 (97.1%) (Tabel 18). Jalur sungai digunakan untuk supply bahan baku kayu bulat untuk industri yang berlokasi di dekat Sungai Batanghari di Kabupaten Batnghari, sedangkan jalur darat digunakan karena lokasi tujuan Kabupaten Batanghari yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Tebo, sehingga jaraknya relatif dekat dan ditempuh dengan waktu yang relatif singkat. Peredaran ini untuk memenuhi supply bahan baku kayu bulat industri di Kabupaten Batanghari

sebanyak 17 buah dengan total kapasitas izin sebesar 224.800 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 433.360 m3 (Lampiran 26). Grafik volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Batanghari berdasarkan jalur transportasi disajikan pada Gambar 22 dan Gambar 23. Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Batanghari disajikan pada Gambar 24.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000

Batanghari Muaro Jambi Tanjung Jabung Barat

Tebo Kota Jambi

Kabupate n/Kota Tujuan

Vo lu m e ( m 3 )

Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 22 Volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Batanghari tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

Sarolangun Batanghari Tebo

Kabupaten/Kota Asal Vol u m e ( m 3) Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 23 Volume tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Batanghari tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Gambar 24 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Batanghari Tahun 2004.

Keterangan :

Asal peredaran

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Muaro Jambi bertujuan ke Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi, Provinsi DKI Jakarta, dan Riau dengan volume sebesar 164.914 m3. Peredaran melalui jalur darat sebesar 38.725 m3 (23.2%) dan jalur sungai sebesar 126.639 m3 (76.8%). Peredaran jalur darat didominasi tujuan ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sedangkan jalur sungai didominasi tujuan ke kabupaten yang dilewati oleh Sungai Batanghari, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi. Peredaran menuju Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 41.554 m3 (25.2%), didominasi melalui jalur darat. Peredaran melalui jalur darat ini karena kedekatan dengan lokasi tujuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Peredaran menuju Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebesar 170 m3 (0.1%), Kota Jambi sebesar 12.826 m3 (7.8%), DKI Jakarta sebesar 81 m3 (0.1%), dan Riau sebesar 3.193 m3 (1.9%), didominasi melalui jalur sungai/laut. Peredaran tersebut dengan memanfaatkan Sungai Batanghari yang mengalir dari Kabupaten Muaro Jambi melalui Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi. Lokasi industri di tempat tujuan sebagian besar berada di dekat Sungai Batanghari, sehingga mempermudah distribusi ke industri tujuan. Peredaran kayu bulat menuju Riau dan DKI Jakarta melalui sungai dan laut.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Muaro Jambi berasal dari Kabupaten Merangin, Sarolangun, Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, dan Tebo sebesar 181.860 m3, dengan melalui jalur darat sebesar 8.487 m3 (4.7%) dan jalur sungai sebesar 173.373 m3 (95.3%). Jalur sungai digunakan untuk supply bahan baku kayu bulat untuk industri yang berlokasi di dekat Sungai Batanghari di Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan jalur darat digunakan karena lokasi tujuan Kabupaten Muaro Jambi yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Batanghari, sehingga jaraknya relatif dekat dan ditempuh dengan waktu yang relatif singkat. Peredaran ini dimungkinkan untuk memenuhi supply bahan baku kayu bulat industri di Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 23 buah dengan total kapasitas izin sebesar 1.515.590 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 3.016.644 m3 (Lampiran 26). Grafik volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Muaro Jambi

berdasarkan jalur transportasi disajikan pada Gambar 25 dan Gambar 26. Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Gambar 27.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur

Tanjung Jabung Barat

Kota Jambi DKI Jakarta Riau

Kabupaten/Kota/Provinsi Tujuan Vo lu m e (m 3 )

Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 25 Volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Muaro Jambi tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Kabupaten/Kota Asal Vo lu m e (m 3 )

Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 26 Volume tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Muaro Jambi tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Gambar 27 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2004. Keterangan : Asal peredaran Tujuan peredan DKI Jakarta Riau

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Tanjung Jabung Timur bertujuan ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan volume sebesar 179.801 m3 melalui peredaran darat (Tabel 18). Peredaran ini dilakukan karena kedekatan antara Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan lokasi tujuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbatasan langsung, sehingga jarak yang ditempuh relatif dekat dan waktu yang diperlukan dalam distribusi kayu bulat relatif cepat.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur berasal dari Kabupaten Sarolangun dan Muaro Jambi sebesar 1.570 m3 melalui jalur sungai (Tabel 18). Jalur sungai digunakan untuk supply bahan baku kayu bulat untuk industri yang berlokasi di dekat Sungai Batanghari di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yang berasal dari Kabupaten Sarolangun dan Muaro Jambi. Sungai Batanghari mengalir dari kedua kabupaten tersebut menuju Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Peredaran ini untuk memenuhi supply bahan baku kayu bulat industri di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 2 buah dengan total kapasitas izin sebesar 160.492 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 328.984 m3 (Lampiran 26). Grafik volume tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdasarkan jalur transportasi disajikan pada Gambar 28. Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Tanjung Jabung Timur disajikan pada Gambar 29.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Sarolangun Muaro Jambi

Kabupaten/Kota Asal Vol u m e ( m 3) Jalur Sungai Total

Gambar 28 Volume tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Gambar 29 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2004.

Keterangan :

Asal peredaran

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat bertujuan ke Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, dan Provinsi Riau dengan volume sebesar 1.224.996 m3. Peredaran melalui darat sebesar 1.211.386 m3 (98.9%) dan melalui peredaran sungai/laut sebesar 13.610 m3 (1.1%). Peredaran melalui darat didominasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sedanglan melalui sungai/laut didominasi tujuan ke Riau. Peredaran menuju Kabupaten Muaro Jambi sebesar 814 m3 (0.1%) dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebesar 1.210.572 m3 (99.1%), didominasi melalui jalur darat. Peredaran melalui jalur darat ini karena kedekatan dengan lokasi tujuan Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sendiri, sehingga memerlukan waktu yang relatif cepat. Peredaran menuju Riau sebesar 10.230 m3 (0.8%) melalui jalur laut (Tabel 18). Peredaran tersebut dengan memanfaatkan pelabuhan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat melalui laut menuju Provinsi Riau.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat berasal dari Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, dan Tanjung Jabung Barat sebesar 2.006.494 m3. Peredaran melalui jalur darat sebesar 1.997.219 m (99.5%) didominasi oleh Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Batanghari, sedangkan melalui jalur sungai sebesar 9.275 m3 (0.5%) (Tabel 18). Jalur darat digunakan asal peredaran yang berdekatan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu : Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Batanghari, dan Muaro Jambi, sehingga memerlukan waktu peredaran yang relatif cepat. Peredaran melalui sungai untuk supply bahan baku kayu bulat untuk industri yang berlokasi di dekat Sungai Batanghari di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yang berasal dari Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat, sehingga mempermudah distribusi bahan baku kayu bulat menuju industri yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sebagian besar berlokasi di dekat Sungai Batnghari. Sungai Batanghari mengalir dari kedua kabupaten tersebut menuju Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Peredaran ini untuk memenuhi supply bahan baku kayu bulat industri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 11 buah dengan total kapasitas izin sebesar 498.000 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 983.280 m3 (Tabel 20). Grafik volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan jalur transportasi disajikan

pada Gambar 30 dan Gambar 31. Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Tanjung Jabung Barat disajikan pada Gambar 32.

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000

Muaro Jambi Tanjung Jabung Barat Riau

Kabupaten/Kota/Provinsi Tujuan Vo lu m e (m 3 ) Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 30 Volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000

Batanghari Muaro Jambi Tanjung Jabung

Timur Tanjung Jabung Barat Kabupaten/Kota Asal Vo lu m e ( m 3 ) Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 31 Volume peredaran kayu bulat menuju Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Gambar 32 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004.

Keterangan :

Asal peredaran

Tujuan peredan Riau

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Tebo bertujuan ke Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Tebo, Bungo, Kota Jambi, DKI Jakarta, dan Riau dengan volume sebesar 69.423 m3. Peredaran melalui jalur darat sebesar 10.433 m3 (15.0%) dan jalur sungai sebesar 58.990 m3 (85.0%). Peredaran jalur darat didominasi tujuan ke Kabupaten Muaro Jambi dan Tebo, sedangkan jalur sungai didominasi tujuan ke kabupaten yang dilewati oleh Sungai Batanghari, yaitu : Kabupaten Muaro Jambi, Tebo, dan Kota Jambi. Peredaran menuju Kabupaten Bungo sebesar 100 m3 (0.2%) dan DKI Jakarta sebesar 70 m3 (0.1%) melalui jalur darat. Peredaran melalui jalur darat ini karena kedekatan dengan lokasi tujuan Kabupaten Bungo yang berbatasan langsung, sehingga diperlukan waktu peredaran melalui darat yng relatif cepat. Tujuan peredaran ke DKI Jakarta dengan jalur darat melalui beberapa kabupaten dan lintas provinsi. Peredaran yang mendominasi peredaran darat bertujuan ke Kabupaten Muaro Jambi sebesar 5.647 m3 dan Tebo sebesar 4.090 m3. Peredaran darat menuju kedua kabupaten tersebut karena kedekatan jarak menuju Kabupaten Tebo sendiri dan Kabupaten Muaro Jambi, sehingga diperlukan waktu peredaran yang relatif cepat. Peredaran menuju Kabupaten Muaro Jambi sebesar 23.398 m3 (33.7%), Tebo sebesar 34.878 m3 (50.2%), dan Kota Jambi sebesar 8.873 m3 (12.9%), didominasi peredaran melalui sungai. Peredaran menuju Kabupaten Muaro Jambi melalui sungai sebesar 17.751 m3, Tebo sendiri sebesar 30.788 m3, dan Kota Jambi sebesar 8.447 m3 (Tabel 18). Peredaran tersebut dengan memanfaatkan Sungai Batanghari yang mengalir dari Kabupaten Tebo menuju Kabupaten Muaro Jambi, Tebo, dan Kota Jambi. Lokasi industri sebagian besar berada di dekat Sungai Batanghari, sehingga mempermudah distribusi bahan baku kayu bulat menuju industri tujuan.

Peredaran yang bertujuan ke Kabupaten Tebo berasal dari Kabupaten Batanghari dan Tebo sebesar 35.661 m3, melalui jalur darat sebesar 4.873 m3 (13.7%) dan jalur sungai sebesar 30.788.m3 (86.3%) (Tabel 18). Jalur sungai digunakan untuk supply bahan baku kayu bulat untuk industri yang berlokasi di dekat Sungai Batanghari di Kabupaten Tebo yang berasal dari Kabupaten Tebo sendiri. Peredaran melalui jalur darat digunakan karena lokasi tujuan Kabupaten Tebo yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo sendiri yang berada dalam satu kabupaten, sehingga jaraknya relatif dekat

dan ditempuh dengan waktu yang relatif singkat. Peredaran ini untuk memenuhi

supply bahan baku kayu bulat industri di Kabupaten Tebo sebanyak 14 buah dengan total kapasitas izin sebesar 238.650 m3/tahun, dengan jumlah kebutuhan kayu bulat sebesar 455.406 m3 (Lampiran 26). Grafik volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Tebo berdasarkan jalur transportasi disajikan pada Gambar 33 dan Gambar 34. Peta peredaran kayu bulat Kabupaten Tebo disajikan pada Gambar 35.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Batanghari Muaro Jambi

Tebo Bungo Kota Jambi DKI Jakarta Riau

Kabupate n/Kota/Provinsi Tujuan

Vo lu m e ( m 3 )

Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 33 Volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Tebo tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 Batanghari Tebo Kabupaten/Kota Asal Vo lum e ( m 3 ) Jalur Darat Jalur Sungai Total

Gambar 34 Volume tujuan peredaran kayu bulat Kabupaten Tebo tahun 2004 berdasarkan jalur transportasi.

Gambar 35 Peta Peredaran Kayu Bulat Kabupaten Tebo Tahun 2004. Keterangan : Asal peredaran Tujuan peredan Riau DKI Jakarta

Peredaran kayu bulat dari Kabupaten Bungo bertujuan ke Kabupaten Muaro Jambi, Bungo, Riau, dan Sumatera Barat dengan volume sebesar 81.105 m3 melalui jalur darat. Peredaran jalur darat didominasi tujuan ke Kabupaten Bungo dan Riau, sedangkan yang melewati jalur sungai tidak ada. Peredaran menuju

Dokumen terkait