• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

G. Bahan- Bahan Tambahan dalam Multiemulsi A/M/A

Surfaktan adalah rantai asam lemak pendek yang bersifat amfifilik atau amfifatik, yang memiliki bagian dengan afinitas polar dan nonpolar. Surfaktan merupakan molekul yang dapat berorientasi dengan menurunkan tegangan permukaan pada media dispersi. Sifat hidrofilik terdapat pada bagian kelompok kepala dan lipofilik terdapat pada rantai (atau ekor) pada molekul surfaktan (Schramm, 2000).

Menurut ionisasi dalam air, surfaktan di klasifikasikan menjadi:

a. Surfaktan anionik. Surfaktan anionik adalah surfaktan yang terionisasi dalam air pada ampifilik berupa anion dan kation, yang pada umumnya merupakan logam alkali (Na+ dan K+) atau amonium. Surfaktan anionik dapat berupa alkilbenzen sulfonat (detergen), asam lemak (sabun), dialkil sulfosiksinat (wetting agent), lignosulfonat (dispersant), dan lain lain.

b. Surfaktan nonionik. Surfaktan nonionik merupakan surfaktan yang tidak mengalami ionisasi pada larutan air, karena gugus hidrofobik merupakan tipe dissociable, seperti alkohol, fenol, eter, ester, atau amida. Surfaktan nonionik terbentuk dari hidrofobik yang terdiri dari rantai polietilen glikol. Surfaktan nonionik merupakan detergen, wetting agent dan emulsifier yang baik.

c. Surfaktan kationik. Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang terionisasi dalam air menjadi kation yang umumnya berupa halogen dan anion.

(Salager, 2002). Surfaktan memiliki rentang dari komponen larut minyak untuk menstabilkan emulsi A/M hingga material larut air yang memberikan produk M/A. Surfaktan biasa digunakan dalam kombinasi surfaktan larut air dan larut minyak untuk mengurangi tegangan antarmuka pada lapisan antarmuka yang penting dalam stabilitas emulsi yang optimum. Surfaktan nonionik memiliki toksisitas dan iritasi yang rendah (Billany, 2002).

Surfaktan nonionik memiliki bermacam-macam nilai hydrophile-lipophile balances (HLB) yang dapat menstabilkan emulsi M/A atau A/M. Penggunaan surfaktan nonionik yang baik bila menghasilkan nilai HLB yang seimbang antara dua surfaktan nonionik, di mana salah satu bersifat hidrofilik dan yang lain bersifat hidrofobik. Surfaktan nonionik bekerja dengan menurunkan tegangan antar muka pada lapisan antarmuka dari droplet-droplet dalam medium dispersi, namun tidak memiliki muatan untuk menstabilkan

emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan adanya gugus polar dari surfaktan yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan halangan sterik antar droplet dan mencegah koalesen (Kim, 2005).

Surfaktan nonionik merupakan emulgator yang memiliki kesetimbangan hidrofilik-lipofilik yang seimbang di dalam molekulnya. Tidak seperti emulgator anionik dan kationik, emulgator nonionik tidak mudah di-pengaruhi oleh perubahan pH dan adanya elektrolit (Gennaro, 1990).

a. Tween 80® H3C H2 C C H2 H2 C H C H2 C C H2 H2 C C H2 H2 C C CH3 CH2 CH H C HC CH2 CH2 H2 C C H2 H2 C H3C CH2 C H2 H2 C H3C y x w z w + x + y + z = 20

Gambar 5. Struktur Tween 80®(Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)

Tween 80® atau polysorbate 80 (gambar 5) merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida. Tween 80® berupa cairan kental berwarna kuning dan agak pahit (Rowe dkk., 2009). Polysorbate digunakan sebagai surfaktan pada emulsi topikal tipe minyak dalam air, dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada salep, dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Tween 80® digunakan secara luas pada kosmetik sebagai surfaktan dengan HLB 15 (Smolinske, 1992). Tween 80® larut

dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable oil (Rowe dkk., 2009).

b. Span 80®

Span 80® (gambar 6) mempunyai nama lain sorbitan monooleat dengan nilai HLB 4,3. Pemeriannya berupa warna kuning gading, cairan seperti minyak kental, bau khas tajam, terasa lunak. Kelarutannya tidak larut tetapi terdispersi dalam air, bercampur dengan alkohol, tidak larut dalam propilen glikol, larut dalam hampir semua minyak mineral dan nabati, dan sedikit larut dalam eter (Rowe dkk.., 2009).

HC OH OH O H2C OH O O

Gambar 6. Struktur Span 80 (Rowe dkk., 2009)

Span 80® secara luas digunakan dalam kosmetik, produk makanan, dan obat sebagai surfaktan nonionik lipofilik. Ester sorbitan secara umum dalam formulasi berfungsi sebagai surfaktan dalam pembuatan krim, emulsi, dan salep untuk penggunaan topikal. Ketika digunakan sebagai surfaktan tunggal, ester sorbitan menghasilkan emulsi air dalam minyak yang stabil dan mikroemulsi, namun ester sorbitan lebih sering digunakan dalam kombinasi bersama bermacam-macam proporsi polysorbate untuk menghasilkan emulsi atau krim, baik tipe M/A atau A/M (Rowe dkk., 2009).

2. Parafin cair

Dalam formulasi topikal parafin cair umumnya digunakan untuk formulasi krim dan salep karena tidak menyebabkan iritasi kulit. Parafin cair berbentuk berupa cairan kental bening tidak berwarna. Konsentrasi parafin cair yang digunakan dalam sediaan topikal adalah 1,0 - 32,0% (Rowe dkk., 2009).

3. Setil alkohol

Setil alkohol (gambar 7) dengan nama lain alcohol cetylicus. Setil alkohol berupa butiran putih, tidak larut air yang secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan farmasetis seperti supositoria, modifield-realease solid dosage form, emulsi, lotion, krim, dan salep. Aplikasi setil alcohol bidang farmasetis berfungsi sebagai coating agent, emulsifer, stiffening agent dan meningkatkan konsistensi pada emulsi A/M. Setil alkohol memiliki titik lebur

45–52 C dan stabil terhadap keberadaan asam, basa, cahaya dan pada udara

tidak mengumpal. Konsentrasi setil alkohol sebagai stiffening agent adalah 2-10% (Rowe dkk., 2009).

Gambar 7. Struktur setil alkohol (Rowe dkk., 2009)

4. Dimethicone

Dimethicone (gambar 8) dengan nama lain ABIL® atau dimetilsilikon cair. Dimethicone digunakan pada bidang kefarmasian sebagai antifoaming agent, water-repelling agent dan emolient dengan konsentrasi

dimethicone dalam sediaan krim, lotion, dan ointment adalah 10%-30% (Rowe dkk., 2009).

Gambar 8. Struktur dimethicone (Rowe dkk., 2009)

5. Xanthan gum

Gambar 9. Struktur xanthan gum (Rowe dkk., 2009)

Xanthan gum (gambar 9) merupakan golongan gum polisakarida yang memiliki molekul besar. Xanthan gum memiliki warna krem keputih-putihan, tidak berbau, mudah mengalir, dan berbentuk berupa serbuk halus. Xanthan gum sedikit larut dalam etanol dan eter, dan larut dalam air dingin dan panas. Xanthan gum berfungsi sebagai gelling agent, suspending agent, susteined-release agent,

dan agen peningkat viskositas karena berbentuk hidrokoloid. Xanthan gum dapat memberikan peningkatan viskositas atau pengental, penstabil dalam penyimpanan jangka panjang dengan temperatur tinggi (Rowe dkk., 2009).

6. Aquadest

Aquadest merupakan air yang telah mengalami proses destilasi. Aquadest, digunakan secara luas sebagai bahan baku, dan bahan pelarut selama proses produksi dan formulasi produk farmasetis, bahan aktif farmasi (API) dan intermediet, dan reagen analitis (Rowe dkk., 2009).

Dokumen terkait