• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan baku yang bermutu baik

PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

5.3. Pelaksanaan GMP

5.3.1 Bahan baku yang bermutu baik

Hanya dari bahan baku yang ber- mutu baik dapat diperoleh produk akhir yang baik. Penilaian terha- dap bahan baku dapat didasari dengan penilaian secara fisik, kimiawi, dan mikrobiologis.

Beberapa kriteria penilaian bahan baku adalah : Darimana bahan baku berasal ?, bagaimana cara panennya ?, bagaimana cara pe- nanganan awalnya ?, dan bagai- mana cara penanganan selama pengangkutan ?

Informasi mengenai sumber asal dari bahan baku sangat menentu- kan mutunya. Bahan baku yang berasal dari daerah tercemar ke- mungkinan besar sudah menga- lami pencemaran.

Sayuran yang dipanen dari lokasi yang tercemar limbah pabrik cen- derung mengandung logam ber- bahaya. Contoh, pada tanaman kangkung yang mempunyai sifat sebagai penyaring biologis akan mampu menyerap logam berat dari perairan sekitarnya. Dengan demikian, pada tanaman kang- kung yang dipanen di daerah aliran limbah industri akan me-

ngandung logam berat yang berasal dari limbah tersebut dengan konsentrasi beberapa kali lebih tinggi dibandingkan konsen- trasi di sekitarnya.

Ikan yang sengaja dipelihara atau ditangkap dari perairan yang tercemar juga diketahui mengan- dung bahan pencemar yang sama. Contohnya, kerang atau keong yang bersifat filter biologis akan memiliki kecenderungan da- gingnya mengandung bahan pencemar lebih tinggi dibanding- kan konsentrasi bahan tersebut di lingkungannya.

Pilihlah bahan baku yang berasal dari daerah yang diketahui tidak tercemar. Hal ini dilakukan untuk memperkecil resiko mendapatkan bahan baku berkualitas rendah. Hewan ternak yang didatangkan dari daerah wabah penyakit mulut dan kuku atau sapi gila banyak ditolak oleh negara konsumen. Hal ini dikhawatirkan akan me- nimbulkan masalah serius bagi konsumen yang mengkonsumsi- nya.

Cara panen juga perlu diperhati- kan karena sangat mempenga- ruhi mutu bahan baku. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah penurunan mutu yang diakibatkan tingginya suhu lingkungan. Buah-buahan yang dipanen pagi hari memiliki kualitas lebih baik dibandingkan buah yang dipanen siang atau sore hari. Ikan yang dipanen pagi hari memiliki kualitas lebih baik

dibandingkan ikan yang di-panen siang hari. Ikan yang dipanen pada siang hari lebih stres. Ikan stres akan banyak mengeluarkan energi, sehingga cadangan energinya berkurang. Ikan mati yang memiliki cadang-an energi kecil merupakan ikan dengan kualitas lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang memiliki cadangan energi lebih besar. Ikan yang dipanen pada siang hari akan mengalami penurunan mutu, meskipun secara morfologis masih terlihat segar.

Tanaman sayur termasuk bahan pangan yang cepat mengalami proses penurunan mutu. Tanam- an sayuran yang dipanen pada siang hari akan mengalami de- hidrasi sehingga tampak layu (Gambar 5.1.).

Gambar 5.1. Bayam yang menga- lami dehidrasi

Penggunaan suhu rendah dapat menghambat penurunan mutu.

Salah satu cara yang dapat di- lakukan untuk menurunkan suhu lingkungan adalah dengan meng- gunakan ruangan ber-AC atau es batu (Gambar 5.2.).

Gambar 5.2. Penggunaan es untuk menurunkan suhu bahan pangan

Namun harus diperhatikan, tidak semua bahan pangan dapat di- simpan pada ruangan bersuhu rendah (Gambar 5.3). Jambu, pisang, alpukat dan beberapa bahan pangan lainnya tidak dapat disimpan dalam lemari pendingin.

Gambar 5.3. Buah jambu yang disimpan pada suhu rendah teksturnya menjadi lunak Bahan pangan tersebut tetap beraktivitas dalam suhu rendah. Hal ini akan terlihat jelas dari perubahan nyata yang dialami pada permukaan kulit.

Penilaian berikutnya dapat dilaku- kan terhadap cara penanganan bahan baku tersebut di tempat asalnya. Apakah penanganan awal terhadap bahan baku sudah mampu mengurangi atau meng- hilangkan penyebab penurunan mutu bahan baku ? Buah-buahan yang kulitnya terkelupas akan berpengaruh terhadap penurunan kesegaran (Gambar 5.4.). Ikan yang tidak segera diberi es (Gambar 5.5) atau ditangani di tempat yang tidak bersih (Gambar 5.6) akan mengalami penurunan mutu.

Gambar 5.4. Apel yang terkelupas kulitnya (pelindung alaminya) akan mengalami proses pen- coklatan sehingga menurun- kan mutu

Gambar 5.5., Ikan hasil panen yang tidak segera diberi es akan meningkat suhunya sehing- ga memacu pertumbuhan dan aktivitas mikroba mau- pun enzim proteolitik

Gambar 5.6. Geladak kapal penang- kapan ikan yang tidak bersih dapat menjadi sumber mi- kroba

Apakah bahan baku sudah dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk mengurangi atau meng- hilangkan penyebab penurunan mutu ? Apakah terjadi kontak antara ikan utuh dengan ikan yang sudah terbuka ? (Gambar 5.7).

Gambar 5.7. Pemasaran ikan di pasar tradisional tanpa fasilitas pendingin dan air bersih, serta terjadi pencam- puran ikan utuh dengan ikan yang sudah ’terbuka’ meru- pakan penyebab penurunan mutu

Penanganan udang yang tidak didasarkan pada prosedur baku, tidak mampu menghentikan pro- ses kimiawi. Pada permukaan tubuh udang demikian terbentuk warna kuning hingga orange di beberapa bagian tubuhnya. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan melanosis.

Bila udang segar yang ditangani seperti di atas maka di permu- kaan kulitnya dapat terlihat noda hitam (black spot) (Gambar 5.8). Meskipun tidak membahayakan dan udang masih tetap dapat dikonsumsi, namun kondisi ini menunjukkan bahwa udang tidak ditangani dengan benar.

Gambar 5.8. Udang segar yang tidak ditangani secara baik akan menyebabkan timbul- nya noda hitam (black spot). Meskipun tidak berbahaya, munculnya bintik hitam akan menurunkan mutu udang

Tempat kegiatan perikanan harus memiliki sanitasi yang baik, dimana kotoran tidak berserakan karena sudah dibuang pada

tempatnya. Saluran air berfungsi dengan baik untuk mengeluarkan sampah dan limbah bahan pangan. Tidak ada air yang menggenang (Gambar 5.9 dan 5.10).

Gambar 5.9. Saluran air yang tidak diperhatikan kebersihannya

Gambar 5.10. Sanitasi lingkungan yang kurang diperhatikan da- pat menjadi sumber mikroba Bagaimana pengangkutan bahan baku dari tempat asalnya ? Berapa lama pengangkutannya ? Apakah media pengangkut sudah dilengkapi dengan fasilitas pendingin untuk menghambat aktivitas enzim dan mikroba pembusuk ? Beberapa bahan pangan masih diangkut secara tradisional (Gambar 5.11),

sehingga berpengaruh terhadap kecepatan penurunan mutu.

Gambar 5.11. Pengangkutan ikan tanpa dilengkapi fasilitas pendingin akan memperce- pat proses penurunan mutu 5.3.2 Lingkungan terkontrol Lingkungan tempat penanganan dan pengolahan harus terkontrol agar dapat menghambat penu- runan kualitas, sehingga dihasil- kan produk pangan dengan mutu terjamin. Pengontrolan lingkung- an harus dilakukan secara cermat dan terus menerus terhadap sanitasi lingkungan, bahan dan peralatan yang digunakan, suhu lingkungan, dan pekerja yang terlibat.

Sanitasi lingkungan dapat men- jadi sumber mikroba yang dapat mencemari produk pangan. Pengontrolan sanitasi lingkungan harus dilaksanakan sesuai prosedur operasional sanitas standar (SSOP) yang telah ditentukan.

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi sebaiknya steril sehingga tidak

menimbulkan rekontaminasi pada produk pangan yang dihasilkan. Proses sterilisasi peralatan sebaiknya dilakukan setelah peralatan tersebut digunakan sehingga dapat langsung digu- nakan pada saat pengolahan berikutnya.

Bagi sebagian besar jenis produk pangan, suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap mutu. Suhu di Indonesia sangat sesuai bagi pertumbuhan dan aktivitas mikroba maupun enzim pembu- suk. Dengan demikian, selama proses pengolahan bahan pa- ngan suhu lingkungan sebaiknya diturunkan.

Pekerja yang terlibat dalam pro- ses pengolahan sangat berpe- ngaruh terhadap mutu produk pangan yang dihasilkan. Kese- hatan, kebersihan dan perilaku pekerja perlu diperhatikan.

Pekerja yang sedang sakit tidak diperkenankan bekerja di bagian pengolahan karena dikhawatirkan mikroba penyebab penyakit akan mengkontaminasi produk yang sedang diolah.

Kebersihan badan dan pakaian para pekerja perlu diperhatikan. Sebaiknya pekerja sudah mem- bersihkan badan dan menggu- nakan pakaian bersih yang telah disiapkan oleh perusahaan sebe- lum memasuki ruang pengolahan (Gambar 5.12).

Gambar 5.12. Badan dan pakaian pekerja yang kurang bersih dapat menjadi sumber pen- cemar bagi produk pangan

Kewajiban mencuci tangan dan kaki sebaiknya diterapkan bagi pekerja yang akan memasuki ruang pengolahan atau pindah ke ruang lain.

5.3.3 Pengolahan yang cermat