• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

F. Bahan Formulasi

1. Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil (Jatmika, 1998).

Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan

pelarut (solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak (Genaro, 1990).

Gambar 2. Sodium lauril eter sulfat (Anonim, 2000)

Texapon® N70 atau Sodium Lauryl Ether Sulphate (SLES) merupakan suatu surfaktan yang memiliki sifat seperti detergen. Karakteristik Texapon® N70 antara lain: agen emulsifikasi, dispersi, pembasah, dan pembusa yang baik; merupakan solvensi dan bahan pengental yang baik; kompatibilitas baik; serta tingkat iritasi pada mata dan kulit yang rendah (Anonim, 2000). Sodium lauril sulfat atau sodium lauril eter sulfat merupakan surfaktan anionik pada penggunaan konsentrasi 0,5-2,5% (Rowe dkk., 2006).

2. Basis

Basis salep yang digunakan dalam sediaan krim dibagi dalam 4 kelompok: 1. Basis hidrokarbon

Basis hidrokarbon memiliki sifat minyak yang dominan dan menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit. Basis ini juga mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki sifat moisturizer dan emollient (Allen, 2002).

2. Basis serap

Basis ini dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki sifat hidrofil kemampuan menyerap kelebihan air (Allen, 2002).

3. Basis yang dapat dicuci dengan air

Basis ini merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci menggunakan air. Yang termasuk basis jenis ini adalah salep hidrofobik (Allen, 2002).

4. Basis larut dalam air

Basis jenis ini hanya mengandung komponen yang larut dalam air dan tidak mengandung bahan berlemak, serta dapat dicuci dengan air. Basis jenis ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan bahan padat atau tidak berair, karena sangat mudah melunak dengan penambahan air (Allen, 2002).

Gambar 3. Polietilen glikol (Rowe dkk., 2006)

Polietilen glikol (PEG) adalah bahan kimia, putih seperti lilin yang menyerupai parafin. Berupa bentuk padat dalam pada suhu kamar, mencair pada suhu 104°F, memiliki berat molekul rata-rata 1000, mudah larut dalam air hangat, tidak beracun, non-korosif, tidak berbau, tidak berwarna dan memiliki titik lebur yang sangat tinggi (580°F). PEG tersedia dalam berbagai

macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. PEG yang memiliki berat molekul rata-rata kurang dari 1000 berupa cairan bening tidak berwarna, sedangkan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Dalam industri farmasi PEG digunakan untuk melarutkan obat-obat yang tidak larut air. Penggunaan PEG sebagai basis sekaligus pelarut bahan yang tidak larut air juga dapat meningkatkan penyebaran obat di dalam tubuh manusia (Mitchell, 1972).

PEG 6000 atau Makrogol 6000 merupakan campuran produk polikondensasi dari etilenoksida dan air. PEG 6000 berupa serbuk putih licin atau potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau, dan tidak berasa. Mudah larut dalam air, etanol 95% P, dan kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P (Dirjen POM, 1979).

3. Asam Stearat

Gambar 4. Asam stearat (Rowe dkk., 2009)

Asam stearat merupakan campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam stearat (C18H36O2) dan asam palmitat (C16H36O2) dengan berat molekul 284,47 (Boylan dkk., 1986). Asam

starat praktis tidak larut dalam air. Asam stearat dalam bentuk serbuk mungkin mengiritasi, namun mudah dihilangkan dengan cara netralisasi menggnakan suatu basa. Asam stearat dapat mengentalkan lotion (Boylan dkk., 1986). Titik leleh asam stearat 69-70°C dan konsentrasi yang umumnya digunakan dalam sediaan krim sebesar 1-20% (Rowe dkk., 2009).

4. Trietanolamin (TEA)

Gambar 5. Trietanolamin (Rowe dkk.,2009)

Trietanolamin (TEA) merupakan turunan dari ammonia yag berupa cairan kental, tidak berwarna, atau kuning pucat. Trietanolamin bersifat larut air, alkohol, dan kloroform (Boylan dkk., 1986). Trietanolamin memiliki titik leleh 20-21°C dan pH 10,5 (Rowe dkk., 2009).

Trietanolamin digunakan sebagai bahan pengemulsi anionik untuk membentuk emulsi minyak-air yang homogen dan stabil (Rowe dkk., 2009). Trietanolamin bila direaksikan dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam olet akan membentuk sabun yang dapat digunakan sebagai emulgator untuk menghasilkan emulsi yang stabil, berbutir halus pada emulsi M/A (Reynold, 1982). Sabun trietanolamin bebas dari efek mengiritasi pada kulit. Sabunnya membentuk emulsi yang sangat stabil pada penggunaan sebagian

besar minyak, lemak, dan lilin sebagai fase eksternal. Trietanolamin tidak bersifat toksik saat terabsorpsi di kulit (Boylan dkk., 1986).

5. Propilen Glikol

Gambar 6. Propilen glikol (Rowe dkk., 2009)

Humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang memiliki sifat mengikat air dari udara yang lembab serta dapat mempertahankan air yang ada di dalam sediaan (Soeratri, 2004). Propilenglikol biasa digunakan sebagai antimikrobial preservatif, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen stabilitas, dan cosolvent. Pemeriannya adalah jernih, tidak berwarna, kental, biasanya tidak berbau, dengan rasa manis, sedikit tajam seperti gliserol. Pada konsentrasi sekitar 15% dari formula, propilenglikol berfungsi sebagai humektan. Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, kelarutannya adalah 1 bagian dalam 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan minyak mineral, tetapi dapat terlarut dalam beberapa minyak esensial. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air, dan larutannya dapat disterilisasi dengan autoklaf (Rowe dkk., 2009).

6. Metil Paraben

Gambar 7. Metil Paraben (Rowe dkk., 2009)

Metil paraben secara luas digunakan sebagai antimikroba pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Paraben efektif pada range pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, meskipun paraben paling efektif menghambat yeast dan fungi. Aktivitas antimikroba meningkat seiring dengan peningkatan rantai gugus alkil, tetapi kelarutannya dalam air menjadi menurun. Oleh karena itu, penggunaan campuran paraben sering digunakan untuk menghasilkan efek antimikroba yang lebih efektif. Konsentrasi penggunaan metil paraben sebagai antimikroba pada sediaan topikal adalah 0,02-0,3%. Metil paraben bersifat nonmutagenik, nonteratogenik, dan nonkarsinogenik (Rowe dkk.,2009).

7. Aquadest

Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau dengan cara yang sesuai. Air murni

harus bebas dari kotoran atau mikroba. Air murni dapat digunakan untuk sediaan-sediaan yang membutuhkan air sebagai pelarut, kecuali pada sediaan parenteral (Lachman, 1994).

Dokumen terkait