• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNTUK TANAMAN CABAI ( Capsicum annuum L.) PADA TANAH INCEPTISOL

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Pembuatan status K tanah di lahan petani SP-1 Prafi Manokwari, Papua Barat dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai April 2013. Penelitian kalibrasi uji K tanah pada lahan yang sama dilaksanakan dari bulan Mei sampai Agustus 2013. Sifat kimia tanah Inceptisol yang digunakan sebagai lahan penelitian mempunyai pH 4.68 (air:tanah=1:5), C/N rasio 8.26 (Kjeldahl), P tersedia 3.02 ppm P (Bray-I), K-dd 0.13 cmol.kg-1 (CH3COONH4 1M pH 7), dan KTK 11.25 cmol.kg-1 (CH3COONH4 1M pH 7).

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang diperlukan adalah: bibit cabai varietas F1-Horison, KCl (60% K2O), pupuk Urea (46% N), dan SP-36 (35% P2O5). Kantong plastik, karung dan tali rapia. Pupuk kandang ayam yang telah menjadi kompos, beberapa pestisida dan fungisida yang berbahan aktif : Permetrin 200 g/L dan Mankozeb 48%, digunakan untuk pengendalian serangan hama maupun penyakit yang dapat mempengaruhi pertanaman dan bahan-bahan pengekstrak.

Peralatan yang digunakan mulai dari persemaian sampai dengan penanaman dilapangnan yaitu trey semai, cangkul, sekop, ember, gembor, wangkil, parang, hand-sprayer kapasitas 15 L, timbangan 10 kg, penggaris dengan panjang 1 m.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan lokasi tunggal (single location) yaitu dengan membuat status hara buatan dari sangat rendah hingga sangat tinggi, kemudian melaksanakan percobaan pemupukan pada setiap status hara tanah.

dengan tiga ulangan. Perlakuan pada petak utama adalah pembuatan status hara K tanah melalui pemberian pupuk K dengan 5 dosis, yaitu : 0, ¼ X, ½ X, ¾ X, dan X. Dosis X adalah jumlah K sebanyak 367.54 kg K ha-1 yang diberikan untuk mencapai kadar K sangat tinggi, yaitu 0.6 me K 100 g-1 dengan pengekstrak NH4OAc pH 7.0 (Sulaeman et al. 2000). Perlakuan pada anak petak adalah dosis pupuk K, yaitu 0, 40, 80, 160 dan 320 kg K2Oha-1. Penelitian ini terdiri atas 25 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 75 satuan percobaan.

Model linier aditif rancangan yang digunakan (Mattjik dan Sumertajaya 2000) adalah :

Yijk = µ + ρk + αi + δik + βj + (αβ)ij + Єijk Dimana :

Yijk = Nilai pengamatan dari status K tanah ke-i dan dosis pupuk K ke-j pada ulangan ke-k

µ = nilai tengah umum ρk = Pengaruh ulangan ke-k

αi = Pengaruh status K tanah ke-i βj = Pengaruh dosis pupuk K ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari status K tanah ke-i dan dosis pupuk K ke-j δik = Pengaruh acak status K tanah ke-i pada ulangan ke-k

Єijk = Pengaruh acak dari status K tanah ke-i, dosis pupuk K ke-j dan ulangan ke-k

i = 1, 2,..., 5 j = 1, 2,..., 5 k = 1, 2, 3

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Status K Tanah

Lahan dibersihkan kemudian diolah sebanyak dua kali menggunakan handtraktor. Setelah pengolahan tanah ke dua dibuat bedengan sebagai petak utama dengan ukuran lebar 1.5 m, panjang 25 m, dan tinggi 0.4 m. Selanjutnya, pembuatan status hara K tanah untuk status sangat rendah sampai sangat tinggi dilakukan penambahan pupuk KCl dengan dosis masing-masing, yaitu : 0, 1.109; 2.218; 3.327; dan 4.436 kg petak-1. Masing-masing dosis tersebut dilarutkan dalam air hingga mencapai volume 20 liter dan disiram merata keseluruh permukaan bedeng. Agar semua K yang berasal dari pupuk KCl berubah menjadi larutan K tanah, maka lahan diinkubasi selama empat bulan. Selama masa inkubasi tersebut, setiap 2 minggu tanah diaduk agar pupuk KCl tercampur merata, dan dibiarkan agar tumbuh rumput untuk mempercepat perubahan K pupuk menjadi hara K tanah.

Setelah petak utama diinkubasi selama 4 bulan, selanjutnya displit menjadi anak petak yang berukuran lebar 1.5 m, panjang 5 m, dan tinggi 0.4 m. Pupuk K yang digunakan adalah KCl dengan kandungan 60% K2O . Pupuk KCl untuk masing-masing dosis perlakuan ditimbang sesuai kebutuhan setiap petaknya, yaitu: 0, 50, 100, 200, dan 400 gram KCl petak-1. Pemberian perlakuan dosis pupuk K pada anak petak dilakukan seminggu sebelum bibit ditanam, dengan cara menaburkan ke permukaan tanah dan diaduk hingga rata.

Penanaman dan Pemeliharaan

Bibit cabai yang sehat ditanam sebanyak 1 tanaman per lubang tanam, dengan jarak tanam double row 40 cm x 60 cm, sehingga setiap petak percobaan terdapat 26 tanaman. Untuk menunjang pertumbuhan, tanaman diberi pupuk N dan P dengan dosis 200 kg N ha-1 dan 150 kg P2O5 ha-1 . Aplikasi pupuk dilakukan dua kali, yaitu 50% pupuk urea + 100% pupuk SP-36 diberikan sehari sebelum tanam, dan 50% pupuk urea sisanya diberikan pada saat umur 4 minggu setelah bibit ditanam. Selama pertumbuhan dilakukan pemeliharaan berupa pemberian air, pengendalian hama dan penyakit secara periodik.

Variabel Pengamatan

1. Analisis P tanah. Tanah yang telah diinkubasi diambil sebanyak lima titik dari setiap petak untuk dianalisis kandungan K tanah menggunakan metode ekstraksi terbaik untuk tanaman cabai pada tanah Inceptisol (hasil penelitian sebelumnya), yaitu Morgan Vanema.

2. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah sampai pucuk dari cabang tertinggi.

3. Bobot kering tajuk dan akar (g). Tanaman dipotong pada pangkal batang untuk memisahkan bagian tajuk dan akar. Bagian tajuk dan akar dikeringanginkan, kemudian dimasukan dalam oven pada suhu 70oC selama 2-4 hari.

4. Jumlah buah panen per tanaman. Pemanenan dilakukan apabila 50% dari permukaan buah telah mengalami perubahan warna menjadi merah. Jumlah buah panen dihitung secara komulatif hingga panen terakhir.

5. Bobot buah panen per tanaman (g). Penimbangan dilakukan terhadap semua buah yang dipanen, kemudian dihitung secara komulatif hingga panen terakhir

6. Bobot per buah (g). Dihitung dari bobot buah panen dibagi jumlah buah panen.

Analisis Data

Penentuan kelas ketersediaan hara K tanah mengacu pada Kidder (1993) yang mengelompokkannya menjadi 5 kelas berdasarkan hasil relatif, yaitu : sangat

sangat tinggi (< 100%). Batas kritis untuk membedakan nilai K terekstrak dari setiap kelas ditentukan dengan persamaan regresi dari kurva kalibrasi yang menghubungkan antara nilai K terekstrak (X) dengan hasil relatif (Y), seperti pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Kurva kalibrasi untuk menentukan batas kritis setiap kelas ketersediaan hara K pada tanaman cabai

Perhitungan kebutuhan pupuk K menggunakan analisis regresi dari kurva respon hasil untuk setiap kelas ketersediaan hara K tanah. Persamaan garis regresinya adalah: Y = a + bX + cX2, dimana: a, b, c = koefisien regresi, X = dosis pupuk K (kg K2O.ha-1), dan Y = hasil relatif buah panen (%). Dosis pupuk yang direkomendasikan adalah dosis pupuk maksimum yang dibutuhkan untuk mencapai hasil relatif 100%.

Pengaruh perlakuan pemupukan K dan status K tanah terhadap respon tanaman cabai diketahui melalui analisis ragam. Jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan regresi ortogonal polinomial untuk mengetahui pola responnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN