• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Fasilitas penunjang a. MCK

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Bahasan Terangkum

Penentuan komoditas unggulan memberikan arahan untuk pengembangan selanjutnya tentang komoditas ikan apa yang akan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Pandeglang. Komoditas unggulan dapat diartikan dengan komoditas ikan yang memberikan nilai lebih. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis komoditas ikan unggulan adalah metode location quotient (LQ). Teknik location quotient (LQ) banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur kosentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Teori ekonomi mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis adalah kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk diekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan internasional. Sektor non basis adalah kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Sektor basis mencerminkan nilai LQ > 1 dan non basis mencerminkan nilai LQ < 1, dari bobot LQ tersebut didapatkan 7 komoditas ikan unggulan yang ada di Kabupaten Pandeglang yaitu julung-julung, tongkol, tenggiri, sebelah, biji nangka, kurisi, dan bawal hitam sedangkan ada 12 jenis ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di daerah PPP Labuan adalah ikan kuwe, cumi-cumi, tongkol, tenggiri, kembung, layur, manyung, kakap, kerapu, kurisi, pari, dan tembang. Tiga jenis ikan diantaranya merupakan komoditas yang ada di Kabupaten Pandeglang yaitu ikan tongkol, tenggiri, dan kurisi. Ikan-ikan inilah yang akan memberikan kontribusi perekonomian yang lebih jika bisa dikembangkan.

56

Gambar 20 Diagram alir pemikiran pengembangan usaha penangkapan ikan di PPP Labuan.

Penyeleksian alat tangkap yang ramah lingkungan dipergunakan untuk mengelola sumberdaya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup tanpa mempengaruhi / mengganggu kualitas dari lingkungan hidup. Alat tangkap ramah lingkungan dapat diartikan sebagai jenis teknologi penangkapan ikan yang tidak merusak ekosistem dan layak untuk dikembangkan. Jenis-jenis komoditas unggulan ditangkap menggunakan alat tangkap payang (tongkol, tenggiri, julung-julung), mini purse seine (tongkol, tenggiri, julung-julung), jaring rampus (sebelah, kurisi), gillnet (tongkol, tenggiri, kurisi), pancing rawai (tenggiri, tongkol), dan dogol (biji nangka, sebelah, bawal hitam).

Melimpahnya potensi perikanan tangkap di Kabupaten Pandeglang menjadikan PPP Labuan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan usaha penangkapan. Pembangunan di PPP Labuan perlu

Penyeleksian alat tangkap ramah lingkungan

Kendala-kendala yang dihadapi

Arah pengembangan Penentuan komoditas unggulan

Dukungan pelabuhan perikanan dan permasalahannya

ditunjang dengan keberadaan fasilitas pelabuhan yang memadai. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah pertama, penyediaan perbekalan melaut seperti solar, air bersih, dan es. Fasilitas SPDN mulai diresmikan pada tahun 2005. Penyediaan solar langsung dipasok dari pertamina bekerjasama dengan PT. Elnusa Petrovin.

Namun karena pengelolaannya yang kurang baik, pada awal tahun 2008 SPDN ditutup karena mengalami kebangkrutan sehingga untuk kebutuhan solar di PPP Labuan hingga saat ini masih didatangkan dari luar pelabuhan. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan melaut, sebagian besar dipasok dari PDAM dan rumah masing-masing nelayan dan kebutuhannya sudah mencukupi. Sama halnya dengan solar, penyediaan kebutuhan es masih didatangkan dari luar pelabuhan yaitu daerah sekitar Pandeglang dan Serang. Pabrik es yang dimiliki PPP Labuan mulai dibuka pada tahun 2005, tetapi karena alat yang kurang baik dan kualitas es yang dihasilkan masih rendah seperti cepat mencair dan air yang keruh pada akhirnya pabrik es ini ditutup. Kedua, sarana penyediaan tempat pendaratan seperti dermaga, kolam pelabuhan, dan alur pelayaran. Sarana tersebut masih perlu perbaikan dan penataan oleh pihak pelabuhan seperti jauhnya jarak antar dermaga dengan tempat pendaratan ikan, pengerukan kolam pelabuhan dan alur pelayaran agar kapal-kapal yang berukuran > 50 GT dapat masuk ke area kolam pelabuhan. Ketiga, sarana penyediaan tempat perbaikan seperti tempat perbaikan jaring, slipways, dan bengkel. Fasilitas perbaikan jaring dan bengkel ini belum disediakan oleh pihak pelabuhan tetapi diusahakan perorangan oleh penduduk setempat. Sedangkan fasilitas slipways masih dalam tahap perbaikan. Keempat, sarana pengolahan dan distribusi seperti TPI, tempat pengolahan ikan dan pasar ikan. Tempat pelelangan ikan di PPP Labuan berjalan aktif dengan proses lelang yang murni dan menjadi satu-satunya fasilitas yang dikelola dengan baik sehingga nelayan banyak mendaratkan hasil tangkapan di PPP Labuan. Kelima, sarana pendukung modal usaha penangkapan salah satunya adalah koperasi.

Keterbatasannya adalah dalam segi peminjaman modal usaha penangkapan ikan.

Biasanya untuk melakukan usaha penangkapan nelayan memiliki modal sendiri atau meminjam modal usaha ke langgan atau juragan. Langgan adalah pedagang besar (juragan ikan) yang menampung ikan hasil tangkapan dari nelayan dan menjualnya/mendistribusikannya ke pasaran. Biasanya hasil tangkapan jaring

58

arad yang masuk ke langgan, sedangkan juragan adalah nelayan pemilik modal yang membiayai operasi penangkapan ikan dan hasil tangkapannya langsung masuk ke TPI.

Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha penangkapan ikan di PPP Labuan disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam Laporan Tahunan Bidang Kelautan di Kabupaten Pandeglang 2008 menjelaskan ada beberapa masalah dan kendala yang dihadapi yaitu:

1) Masalah sumberdaya alam diantaranya adalah ketidakseimbangan ekosistem laut akibat rusaknya ekosistem terumbu kerang, hutan mangrove dan padang lamun yang fungsinya sebagai habitat dan tempat berkembangbiaknya biota laut (fishing ground), penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan berakibat rusaknya dan berkurangnya sumber daya alam yang ada, serta mengancam biota laut lainnya,

2) Masalah sumberdaya manusia/masyarakat pesisir diantaranya adalah pada umumnya penangkapan ikan masih didominasi oleh nelayan kecil/tradisional, permodalan masyarakat sangat lemah, masih tergantung pada juragan/pemilik kapal motor, umumnya nelayan menggunakan sarana tangkap masih sangat terbatas yang dibuktikan dengan didominasinya kapal/perahu < 5 GT, alat tangkap dan alat bantu penangkapan sangat terbatas sehingga untuk menjangkau daerah fishing ground ikan belum semua nelayan mampu, sedikitnya BBM dan harga tinggi tidak seimbang dengan hasil yang didapat, kondisi sosial dan masyarakat yang masih kumuh dan menganut kebiasaan lama, kegiatan usaha nelayan sulit berkembang dikarenakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat yang masih rendah, sering terjadi konflik sosial sesama nelayan, masih rendahnya penanganan hasil tangkapan ikan baik oleh nelayan atau para pengolah ikan dan penerapan teknologi pasca panen masih kurang.

Kaitannya dengan pengembangan usaha penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang khususnya di PPP Labuan, maka pemanfaatan sumberdaya ikan diarahkan untuk memanfaatkan komoditas unggulan yang ada baik dari kelompok ikan pelagis (tongkol, tenggiri), demersal (kurisi). Jenis-jenis ikan inilah yang akan diutamakan untuk dimanfaatkan. Unit penangkapan ikan yang prospek

untuk dikembangkan adalah unit penangkapan ikan yang ramah lingkungan seperti pancing rawai dan gillnet. Khususnya alat tangkap pancing rawai memiliki selektivitas yang tinggi. Kategori yang masuk kedalam kurang ramah lingkungan seperti mini purse seine, payang, jaring rampus, dan dogol perlu diarahkan bukan untuk meningkatkan efektivitas penangkapan ikan maupun udang yang selama ini dilaksanakan, tetapi hendaknya lebih diarahkan kepada perbaikan selektivitas alat yang diikuti pengurangan jumlah tangkapan ikan non target atau hasil tangkapan sampingan yang kurang dimanfaatkan. Kemudian perlu adanya penertiban alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti jaring arad yang paling dominan di PPP Labuan karena jika terus dibiarkan akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan berakibat rusaknya sumber daya alam yang ada. Dukungan pelabuhan perikanan sangat diharapkan dalam mengembangkan usaha penangkapan ikan di PPP Labuan. Pelabuhan perikanan yang memiliki fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan sudah seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah terutama pada jenis alat tangkap pancing rawai dan gillnet yang menangkap ikan unggulan seperti tongkol, tenggiri, dan kurisi. Fasilitas-fasilitas di PPP Labuan yang harus menunjang dalam kegiatan usaha penangkapan tersebut adalah solar, es, air bersih karena pengoperasian pancing rawai dan gillnet dilakukan selama 5-7 hari. Selain itu fasilitas dermaga, alur pelayaran, kolam pelabuhan, bengkel, TPI, slipways, bengkel, dan pasar ikan sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran usaha penangkapan ikan pancing rawai dan gillnet.

Fasilitas-fasilitas ini sangat diperlukan untuk kelancaran usaha penangkapan ikan sehingga perlu ada upaya perbaikan terhadap fasilitas kolam pelabuhan dan alur pelayaran, SPDN, pabrik es, slipways, bengkel, tempat perbaikan jaring, dan tempat pengolahan ikan. Selain itu, perlu dibangun fasilitas komunikasi dan navigasi seperti rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas untuk kelancaran keluar masuknya kapal.

60

Dokumen terkait