• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahaya egosentrisme Judul: Bahaya egosentrisme

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 57-61)

Perikop kita hari ini merupakan catatan terakhir pelayanan Tuhan Yesus di Galilea. Sadar waktu-Nya tidak lama lagi untuk mempersiapkan para murid-waktu-Nya, Yesus mulai menujukan arah

perjalanan-Nya ke Yerusalem (51). Para murid sudah dipersiapkan untuk itu (22-27, 44-45). Sayangnya mereka belum sepenuhnya mengerti, apalagi memberi dukungan moral kepada Guru mereka! Mereka memiliki motivasi yang salah dalam mengikut Dia. Motivasi mereka bersifat egosentris.

Buktinya ialah mereka saling memperebutkan kedudukan untuk mendampingi Yesus. Yesus membandingkan mereka dengan seorang anak kecil, untuk menunjukkan bahwa orientasi yang egosentris tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, menyambut seorang anak kecil, berarti mengarahkan perhatian keluar dari diri sendiri. Sikap seperti inilah yang harus dibangunkan dalam diri seorang murid Tuhan.

Sikap eksklusif mereka dengan menolak orang lain yang mengusir roh jahat dalam nama Yesus merupakan contoh egosentrisme. Artinya, Yesus hanya untuk mereka, merekalah yang berhak mengatasnamakan diri-Nya untuk melakukan pelayanan. Pelayanan bukan demi Dia dan demi orang yang membutuhkannya, melainkan demi kemuliaan diri sendiri.

Sikap keras yang ditunjukkan Yohanes dan Yakobus terhadap penduduk satu kota di Samaria yang menolak menerima Yesus semakin memperjelas eksklusivisme para murid. Memang Yesus sendiri memberikan petunjuk kelak bagaimana bersikap ketika ada kota atau masyarakat yang menolak pemberitaan mereka (10:10-12), akan tetapi tidak dalam bentuk penghukuman langsung melainkan peringatan keras.

Seperti para murid perlu belajar merendahkan diri dengan berfokus pada Kristus, belajar memurnikan motivasi mereka, demikian juga kita. Dunia selalu menggoda kita untuk fokus kepada diri sendiri, tetapi ingat kita sudah ditebus dari perbudakan dosa dan daya tarik dunia untuk mengabdikan diri pada Kristus. Dan demi Kristus, kepada sesama.

Diskusi renungan ini di Facebook:

58 Kamis, 5 Februari 2015 Bacaan : Lukas 9:57-62

(5-2-2015)

Lukas 9:57-62

Prioritas Yesus!

Judul: Prioritas Yesus!

Melangkahkan kaki menuju Yerusalem bukan perkara mudah bagi Yesus, tetapi sudah merupakan tekad dan tujuan-Nya. Mereka yang menjadi murid Yesus, tidak bisa tidak harus menjadikan tekad dan tujuan Guru mereka, tekad dan tujuan mereka. Inilah yang namanya memprioritaskan Yesus.

Itu berarti, harus siap mengalami penderitaan dan penolakan seperti yang dialami Yesus (58). Tidak ada yang namanya sukarelawan dalam mengikut Yesus, melainkan pengabdian sepenuh hati dan hidup. Sekali seseorang memutuskan untuk menerima panggilan mengikut Yesus, ia harus berani melepaskan semua hak untuk tunduk sepenuhnya kepada cara-Nya mengatur, mendisiplin, dan memakainya.

Oleh karena itu, seorang murid pengikut Yesus, harus siap melepaskan semua ikatan lainnya, yang bisa menghalangi komitmennya mengikut Dia. Termasuk, berani melepas tradisi

menguburkan orang tua (59). Yesus bukan sedang mengajarkan bahwa orang Kristen harus melupakan tanggung jawab kepada keluarga. Lihat saja cara Yesus memperlakukan ibunya saat menjelang kematian-Nya (Yoh. 19:26-27). Yang Yesus inginkan ialah komitmen kepada Yesus harus nomor satu. Hal itu berarti memercayakan kepada-Nya pemeliharaan keluarganya! Mengikut Yesus separuh-separuh ibarat seorang yang sedang menarik bajak di ladang tetapi sebentar-sebentar menengok ke belakang. Yang terjadi ialah alur bajakannya menjadi tidak lurus. Berpamitan kepada keluarga (61) dalam konteks ini berarti belum sepenuh hati melepaskan diri dari ikatan dunia yang akan menghalanginya mengikut Yesus sepenuh hati. Mengikut Yesus memerlukan fokus penuh!

Prioritas Yesus! Pertama, kita tahu hidup kita ialah milik-Nya karena karya penebusan-Nya. Kedua, kita dapat memercayakan hidup kita kepada-Nya karena Ia hendak menggunakannya bagi kemuliaan-Nya dan bagi kepentingan sesama. Ketiga, jangan khawatir akan keluarga dan orang-orang terdekat kita. Dia pasti memberikan yang terbaik untuk mereka.

Diskusi renungan ini di Facebook:

59 Jumat, 6 Februari 2015 Bacaan : Lukas 10:1-16

(6-2-2015)

Lukas 10:1-16

Prinsip Pengutusan

Judul: Prinsip Pengutusan

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Tuhan mempersiapkan para murid-Nya untuk kelak

meneruskan proklamasi Injil-Nya. Kali ini Ia bukan hanya mempersiapkan keduabelas rasul-Nya, tetapi juga para pengikut-Nya yang lain. Prinsip pengutusan-Nya sama (bdk. Mat. 10:10-15)

Pertama, para murid harus memiliki kepedulian yang sama dengan sang Guru akan banyaknya tuaian dan sedikitnya jumlah pekerja (2). Sehingga mereka pun merespons pengutusan itu dengan kesungguhan hati.

Kedua, mereka haus bergantung penuh kepada Tuhan yang mengutus karena medan yang dihadapi mereka ibarat gerombolan serigala, sementara mereka hanyalah anak domba (3). Bergantung penuh pada Tuhan diwujudkan dengan tidak memperlengkapi diri dengan hal-hal kebutuhan pribadi, ataupun mencari dukungan dari pihak lain (4) melainkan perbekalan dari Tuhan sendiri (bdk. Mat. 10:1).

Ketiga, perintah memberikan salam ketika memasuki sebuah rumah merupakan suatu keharusan bagi setiap utusan (5-7). Pemberian salam, "damai sejahtera bagi rumah ini" merupakan langkah awal untuk menawarkan damai sejahtera yang ada pada Yesus Kristus, juga jalan untuk

memberitakan Injil perdamaian. Akan tetapi Tuhan memberikan peringatan bahwa tidak semua salam mereka akan ditanggapi secara positif, ada keluarga-keluarga yang membuka pintu rumahnya bagi mereka, tetapi ada pula yang akan menolak mereka. Sehingga mereka pun harus merespons sepadan. Berkat bagi orang yang menerima pemberitaan mereka (8-9). Sebaliknya kutuk yang ditandai dengan pengebasan debu kaki, yang sekaligus merupakan bukti bahwa para utusan pernah singgah ke kota tersebut bagi yang menolak (10-12). Ayat 13-15 menunjukkan seperti inilah akibat yang diterima oleh kota-kota yang menolak anugerah Allah.

Prinsip yang sama juga berlaku bagi kita murid-murid masa kini. Tunaikan tugas pemberitaan kabar baik dengan setia. Bergantung pada Tuhan dan lihatlah bagaimana Roh Kudus bekerja melalui kita memenangkan jiwa-jiwa bagi Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:

61

Sabtu, 7 Februari 2015

Bacaan : Lukas 10:17-24

(7-2-2015)

Lukas 10:17-24

Keberhasilan murid: kemenangan Kristus

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 57-61)