• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

C. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) 1. Pengertian

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) berasal dari dua kata yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil.

Secara harfiah atau lughawi baitul maal berarti rumah harta dan baitul tamwil berarti rumah usaha.275 Bait yang artinya rumah dan tamwil (pengembangan harta kekayaan) yang asal katanya maal atau harta. Jadi baitul tamwil di maknai sebagai tempat untuk mengembangkan usaha atau tempat mengembangkan harta kekayaan.

Baitul Maal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat yang berupa zakat, infaq dan sedekah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Sedangkan Baitul Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalurkannya kembali

81

kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.276

Sehingga secara konsepsi BMT adalah suatu lembaga yang didalamnya mencakup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu: Pertama, Kegiatan mengumpulkan dana dari berbagai sumber seperti: zakat, infaq dan shadaqah serta lainya yang dibagikan/disalurkan kepada yang berhak dalam rangka mengatasi kemiskinan. Kedua, Kegiatan produktif dalam rangka meningkatkan nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.277 Baitul Tamwil, mempunyai peranan sebagai lembaga bisnis maupun lembaga keuangan yang bertujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented) seperti membuka Toserba (toko serba ada) atau menawarkan berbagai produk simpan pinjam dan pembiayaan ke masyarakat.

Danupranata mengungkapkan bahwa Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha non profit yang mengumpulkan dana dari zakat, infaq dan shadaqah kemudian disalurkan kepada yang berhak. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial profit untuk menciptakan nilai tambah baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi.278

Berdasarkan pengertian diatas dapat simpulkan bahwa BMT merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai lembaga sosial keagamaan dan lembaga bisnis yang yang berorientasi kepada laba dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Terkait dengan penelitian ini bahwa penggabungan nama Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Baitul Mal wa Tamwil menurut Nofiarman dimaksudkan agar KJKS Kelurahan dapat menghimpun dana masyarakat selain anggota koperasi dan menyalurkan dalam bentuk pembiayaan untuk mengembangkan usaha dengan memperoleh keuntungan (profit). Selain itu, KJKS Kelurahan dapat menghimpun dana bersifat non profit seperti zakat,

276Makhalul Ilmi , Teori dan Praktik Lembaga Keuangan Mikro Syariah. (Yogyakarta: UII press, 2002).h.65.

277Muhammad. 2000. Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta : UII Press, 2000),h. 106.

82

infak, shadaqah dan lain-lain. Karena pendirian BMT belum diatur secara khusus dengan peraturan perundang-undangan.279

Penggabungan nama KJKS dan BMT didasarkan kepada ketentuan pasal 24 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.280

2. Sejarah Baitul Mal wa Tamwil

Baitul Mal merupakan konsep baru dibidang keuangan negara yang diperkenalkan Rasulullah SAW pada abad ke 7 M. Pada masa tersebut penghimpunan kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu kemudian dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara.281 Tempat pengumpulan dana tersebut disebut baitul mal (rumah harta) atau bendahara negara. Adapun sumber utama pendapatan negara Islam yakni zakat, jizyah (pajak perorangan), kharaj (pajak tanah), ghanimah (hasil rapasan perang) dan al-fay’ (hasil tanah negara).282 Baitul mal pada masa pemerintahan Rasulullah SAW terletak di Masjid Nabawi yang ketika itu digunakan sebagai kantor pusat negara yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal Rasulullah. Binatang-binatang yang merupakan harta perbendaharaan negara tidak di simpan di baitul mal tetapi sesuai dengan alamnya, binatang-binatang tersebut ditempatkan di padang terbuka.283

Zallum sebagaimana dikutip Masnur mengungkapkan bahwa embrio baitul mal diawali dengan ketika kaum muslimin mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang) pada perang Badar. Saat itu para shahabat berselisih

279Nofiarman, Ketua Tim Penilaian ..

280Pasal 24 menyebutkan bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah selain menjalankan kegiatan pembiayaan atau tamwil, dapat menjalankan kegiatan 'maal', dan atau kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana Zakat, Infaq, dan Sodaqoh (ZIS), termasuk wakaf.

281Dadang Husen Sobana, Manajemen Keuangan Syariah, Cet.I, (Bandung: Pustaka Setia,2018),h. 23.

282K. Ali, Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh

Pramodern), penterjemah :Ghufron,A.Mas’adi, Cet.4( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003),h. 126

283Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Edisi 3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008),h.53

83

paham mengenai cara pembagian ghanimah,284 sehingga turun ayat mengenai pembagian ghanimah tersebut.285 Sebagian ghanimah perang Badar ini menjadi hak bagi baitul mal, di mana pengelolaannya dilakukan oleh Rasulullah SAW sendiri sebagai waliyyul amri untuk kemaslahatan kaum muslimin.

Pada masa Rasulullah SAW baitul Mal belum mempunyai tempat khusus untuk menyimpan harta, karena saat itu harta yang diperoleh belum begitu banyak dan habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin serta dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan mereka.

Sistem pengelolaan baitul mal kala itu masih sangat sederhana. Belum ada kantor resmi, surat menyurat, dokumentasi, dan lain-lain layaknya sebuah lembaga keuangan resmi negara. Oleh karena itu, tidak ditemukan catatan-catatan resmi tentang laporan pemasukan dan pengeluaran baitul mal.

Baitul Mal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman Rasulullah dan lebih populer saat era Khulafaur Rasyidin dan menjadi sebuah lembaga (tempat) pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab.

Pada masa pemeritahan Umar bin Khattab wilayah kekuasaan Islam semakin meluas. Seiring dengan itu, pendapatan negara mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini memerlukan perhatian khusus untuk mengelolanya agar dapat dimanfaatkan secara benar, efektif dan efisien. Khalifah Umar bin Khattab mendistribusikan harta baitul mal secara bertahap sesuai dengan kebutuhan yang ada dan sebagian disediakan sebagai dana cadangan. Selama menjalankan pemerintahan, Khalifah Umar bin Khattab tetap memelihara baitul mal secara berhati-hati terutama menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya.

Dalam mendistribusikan harta baitul mal khalifah Umar bin Khattab mendirikan beberapa departemen yang berfungsi untuk mendistribusikan bantuan dana dan gaji pegawai, seperti departemen pelayanan militer,

284Masnur, Analisis Kinerja Keuangan Baitul Mal Wattamwil Al-Ittihat di Pekanbaru, Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016,h. 187

285Q.S. Al-Anfal:1” Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang pembagian

harta rampasan perang. Katakanlah : Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya)…”

84

departemen kehakiman dan eksekutif, departemen pendidikan dan pengembangan Islam dan departemen jaminan sosial.286

Bersamaan dengan reorganisasi baitul mal, sekaligus perealisasian salah satu fungsi negara Islam yakni fungsi jaminan sosial, Khalifah Umar membentuk sistem diwan (kantor) Islam yang pertama yang telah dikhususkan sebagai tempat menyimpan arsip-arsip baitul mal pada tahun 20 Hijriyah. Dan menunjuk sebuah komite nassab ternama yang terdiri dari Aqil Ali bin Thalib, Mahzamah bin Naufal dan Jabir bin Mut’im untuk membuat laporan sensus penduduk sesuai dengan tingkat kepentingan dan golongannya.Tujuan ditunjuknya sebuah komite nassab adalah untuk membayar tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tunjangan-tunjangan lainnya.287

Khalifah juga menunjukkan bahwa baitul mal merupakan bagian dari peradaban Islam yang pernah lahir dalam sejarah perkembangan Islam. Gibb menyatakan bahwa karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam maka kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.288

Sebagai sebuah lembaga keuangan negara, baitul mal memiliki sumber pendapatan dan mekanisme penyaluran yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits. Baitul mal menjadi lembaga keuangan yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan kebijakan fiskal yang memiliki peranan penting dalam membangun negara. Dalam sejarah Islam, kebijakan fiskal yang dilakukan Khalifah Umar melalui baitul mal memberikan dampak kesejahteraan kehidupan masyarakat yang tidak hanya meliputi aspek material saja tetapi juga dalam aspek kebutuhan spiritual. Hal ini dikarenakan kebijakan fiskal yang diterapkan melalui baitul mal berorientasi pada pencapaian tujuan syariat Islam. Sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas,

286Ibid, h.62 287Ibid

288Faisal Isma’il, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi Historis, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 36

85

kekayaan, dan kepemilikan. Hal inilah yang membedakan dengan kebijakan fiskal dalam ekonomi sekuler, dimana aspek kehidupan spiritual diabaikan.289