• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Kelurahan Dalam Bingkai Budaya Adat Alam Minangkabau. Kelurahan Dalam Bingkai Budaya Adat Alam Minangkabau

LANDASAN TEORI

F. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Kelurahan Dalam Bingkai Budaya Adat Alam Minangkabau. Kelurahan Dalam Bingkai Budaya Adat Alam Minangkabau

Padang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Barat dan identik dengan Minangkabau. Kebanyakan penduduk Kota Padang adalah orang Minangkabau yang berasal dari bebagai daerah di Sumatera Barat. Minangkabau terkenal dengan falsafahnya “ adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah ( adat bersendi agama Islam , agama Islam bersendi alquran dan hadits).” Artinya orang Minangkabau dalam tatanan kehidupan sehari-harinya harus sejalan dengan ajaran agama Islam.290 Misalnya bidang ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.

Hamka menyatakan bahwa sulit memisahkan antara adat dan agama dalam masyarakat Minangkabau.291

Falsafah Minangkabau adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang sampai sekarang masih dipegang oleh masyarakat Minangkabau dan dijadikan dasar gerakan dan perjuangan untuk menciptakan masyarakat Minangkabau yang beragama dan beradat.292Karena itu secara filosofis, menurut Pandjialam sebagaimana dikutip dalam Mursal, konsep ekonomi syariah sesungguhnya sangat cocok untuk kondisi Sumatera Barat yang adatnya bersendi syarak dan syaraknya bersendi Kitabullah dalam membangun kesejahteraan rakyat secara bermartabat dan berkeadilan, bukan untuk sekelompok orang.293

Dengan filosofi masyarakat Minangkabau yang demikian religius memberi harapan bahwa lembaga keuangan syariah akan tumbuh dan berkembang dengan baik khususnya di Kota Padang dan Sumatera Barat umumnya.

Selain itu, Minangkabau memiliki suatu lembaga adat yang disebut

Tungku Tigo Sajarangan. Tungku Tigo Sajarangan terdiri dari Ninik Mamak atau penghulu (sesepuh adat), Alim Ulama (pemuka agama) dan Cadiak Pandai/cerdik

290Musyair Zainuddin, Minangkabau dan Adatnya : Adat Bersendi Syarak, Syarak

Bersendi Kitabullah, (Yokyakarta : Ombak, 2013).h.31

291Hamka. Islam dan Adat Minangkabau. (Jakarta: Panji Mas, 1985), h. 22 292Welhendri Azwar. Gerakan Sosial Kaum Tarekat. (2015). h. 152

293Mursal, Konstruksi Konsep Pengembangan Ekonomi Syariah Berbasis Kearifan Lokal

(Studi Peran Tungku Tigo Sajarangan pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Sumatera Barat), Disertasi, (Medan : Program Pascasarjana Universitas Islam Sumatera Utara, 2017), h. 22

103

pandai (Pemerintah).294 Tungku Tigo Sajarangan merupakan satu kesatuan dari

kepemimpinan Ninik Mamak (pemuda adat), Alim Ulama (agama) dan cadiak

pandai (tokoh masyarakat, pemerintah).295 Tungku Tigo Sajarangan secara fungsional berperan dalam membentuk pola dan prilaku masyarakatnya.296 Masing-masing mempunyai otoritas, ninik mamak mengajak, mengarahkan dan membimbing umat dalam suku atau kaumnya. Alim Ulama berperan sebagai pemberi pemahaman bagi umat dalam bidang syariah melalui jamaah dalam berbagai komunitas. Cerdik Pandai berperan sebagai pembuat strategi dalam menjalankan agenda-agenda pembangunan. Menurut Mursal, Tungku Tigo

Sajarangan di Minangkabau dapat dijadikan modal Pengembangan Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (LKMS) di Sumatera Barat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang kurang mampu.297 Salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang sedang digalakkan di Sumatera Barat dan khususnya di Kota Padang adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Kelurahan.

Gani mengatakan bahwa kehadiran KJKS-BMT Kelurahan dengan sistem bagi hasil pada hakikatnya mengembalikan roh ekonomi Islam kepada orang Minangkabau karena memiliki falsafah yang harus dijunjung tinggi yakni adat

basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, syara’ mangato adat mamakai (apa

yang dituangkan dalam agama,diimplementasikan oleh adat). Artinya segala yang diajarkan dalam agama Islam dijadikan pedoman oleh orang Minangkabau dalam beraktifitas sehari-sehari termasuk di bidang ekonomi atau keuangan. Karena agama dan adat seperti aua jo tabiang sanda manyanda (bambu dengan tebing saling menguatkan). Lebih lanjut Gani mengatakan sistem bagi hasil dalam

294Salmadanis dan Duski Samad, Adat Basandi Syarak : Nilai dan Aplikasinyan Menuju

Kembali ke Nagari dan Surau, ( Jakarta : Kartika Insan lestari Press, 2003), h.73.

295Nursyirwan Efendi, Pencarian Identitas Orang Minangkabau : Antara Surau an

Tungku Tigo Sajarangan, dalam Mas’oed Abidin, Tigo Sapilin : Surau Solusi untuk Bangsa,(Yokyakarta : Gre Publishing, 2016), h. 14

296Silfia Hanani, Surau : Aset lokal yang Tercecer, (Bandung : Humaniora Utama press, 2002),h.29.

297Mursal, Strengthening the Role the Local Wisdom Tungku Tigo Sajarangan as a

Basis for the Development of Sharia Microfinance Instutions ( Study at Sharia microfinance Instution in West Sumatera), IOSR Journal of Humanities and Social Science, Vol.22, Agustus

104

ekonomi Islam merupakan salah satu bentuk mewujudkan rasa keadilan dengan istilah lamak diawak katuju diurang ( enak bagi diri sendiri dan disukai orang) artinya tidak ada pihak yang dirugikan.298 Sistem bagi hasil Minangkabau diungkapkan dengan pepatah adat baruntuang samo balabo, marugi samo

badundun (beruntung sama-sama dibagi, rugi sama-sama ditanggung). Selain itu

pepatah Minangkabau menyatakan talungkuik samo makan tanah, talantang samo

makan angin (tertelungkup sama-sama makan tanah, telentang sama-sama makan

angin).299 Pepatah di atas mengajarkan bahwa dalam kerja sama tidak boleh merugikan orang lain dan apabila memperoleh keuntungan maka dibagi secara adil.

Agar tujuan KJKS-BMT Kelurahan tercapai dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menurut Dahrizal KJKS-BMT Kelurahan harus dikelola oleh orang-orang yang professional atau sesuai dengan keahliannya. Menurut adat Minangkabau meletakkan sesuatu harus pada tempatnya sebagaimana pepatah adat menyebutkan nan buto pahambuih lasuang, nan pakak

pamasang badia, nan lumpuah pahunyi rumah, nan patah pangajuik ayam, nan binguang ka disuruah-suruah, nan cadiak bao baiyo, nan kayo bakeh batenggang

(orang buta diberdayakan untuk meniup lesung, orang tuli ditugaskan untuk meletuskan bedil, orang lumpuh diamanahkan untuk menjaga rumah, orang patah difungsikan untuk mengusir ayam, orang bodoh untuk diperintah kemana-mana, orang pintar tempat untuk berdiskusi, orang kaya berperan membantu yang miskin). Selain itu pepatah adat juga mengatakan mamak tagak dipintu bayia,

kemenakan tagak dipintu utang (mamak posisinya membayar hutang kemenakan).

Artinya mamak berperan sebagai orang yang akan menyelesaikan perkara yang ada dalam kaumnya. Pepatah di atas mengajarkan bahwa berikanlah amanah itu sesuai kapasitasnya, the right man in the right place. Apabila amanah itu tidak diberikan kepada ahlinya maka akan datang kehancuran.300

298Erizal Gani, Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Padang, Wawancara, Tanggal 31 Januari 2020, pukul 11.00 WIB

299Arsal Ummah, Mantan Ketua Bidang Sako dan Pusako LKAAM Kabupaten Tanah

Datar periode 2010-2014, Wawancara, Tanggal 1Pebruari 2020, pukul 16.00 WIB

300 Musran Dahrizal, Budayawan Minangkabau, Wawancara, Tanggal 31 Januari 2020, pukul 14.00 WIB

105

Apabila orang telah ditempatkan secara profesional atau keahliannya maka orang tersebut layak diberikan insentif sesuai profesionalnya. Mengenai intensif menurut Gani diungkapkan dalam pepatah adat Minangkabau “ jariah

manantang buliah (jerih payah dihargai dengan imbalan). Artinya orang yang

bekerja sesuai dengan kapasitas dan profesional harus diberikan imbalan yang setimpal. Apabila insentif itu tidak diberikan sesuai dengan kapasitas dan profesional, maka termasuk menzalimi atau penganiayaan.301 Pepatah di atas mengajarkan bahwa pemberian upah atau insentif harus sesuai dengan profesionalitas.

G. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Mal wat Tamwil (BMT)