• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan

Komposisi PAD Dinas Kehutanan dan Pekerbunan DIY Tahun 2013

3.2.3. Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan

A. Balai Kesatuan Pengelolan Hutan (BKPH) Wilayah Mangunan

Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Mangunan, Kabupaten Bantul

Resort Pengelolaan Hutan (RPH) berada di Wilayah Mangunan, Kabupaten Bantul. Potensi pengelolaannya berupa hutan lindung yang ditanami tanaman pinus, dimana getah dari tanaman pinus ini dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah dari tanaman pinus ini diolah untuk dijadikan karet yang menjadi sumbangan untuk Pendapatan Asli daerah (PAD) Daerah Istimewa Yogyakarta.Luas dari hutan pinus yang dikelola oleh RPH ini sejumlah 130 ha,

106 namun yang produktif ditanami tanaman pinus berkisar 110 ha. Jumlah pohon pinus yang ditanami sejumlah 57.636 batang.

Tahapan pengelolaan tanaman pinus agar dapat dimanfaatkan getahnya adalah pada awal 1 – 10 tahun merupakan tahapan persiapan penyadapan, ketika tanaman pinus sudah berusia 11 tahun maka tanaman pinus sudah dapat dilakukan penyadapan. History tanaman pinus di RPH Mangunan, Kabupaten Bantul bahwa tanaman pinus ditanam pada tahun 1995. Ketika umur pinus berkisar 10 – 30 tahun tanaman pinus dapat memberikan getah pinus yang banyak atau dapat dikatakan pinus berada dalam masa subur. Namun ketika pinus sudah berusia di atas 30 tahun maka getah pinus akan mengalami penurunan sebesar 40 – 50 %.

Fasilitas yang ada di RPH Mangunan, Kabupaten Bantul ini adalah terdapatnya kantor pemungut kayu sekaligus digunakan untuk pengawasan. Terdapat tenaga kerja sebanyak 6 orang PNS. Untuk sementara dengan jumlah SDM yang sangat terbatas 2 orang yang termasuk 6 orang PNS tersebut merangkap 2 blok. Padahal agar perlindungan dan pengawasan maksimum maka diperlukan 1 orang meng-handle 10 ha tanaman hutan pinus. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut 1 orang petugas diharapkan dapat berhubungan langsung dengan masyarakat dan kelompok yang ada di sekitar hutan pinus tersebut.

Dari faktor keamanan tanaman hutan pinus ini tergolong aman kira-kira 99% aman. Kerusakan pernah terjadi pada tahun 1982 yang diakibatkan karena banyak yang roboh dan peristiwa kebakaran hutan sebesar 6 ha pada musim kemarau.

Untuk jenis tanaman pinus ini membutuhkan banyak air. Namun hal ini terbantu dengan adanya sumber air yang tersedia di sekitar lokasi dimana total sumber air yang masih dapat digunakan untuk pengairan berkisar 6.

Untuk peralatan sendiri yang digunakan untuk keamanan dan penyadapan sudah lengkap dan tersedia, namun untuk asuransi jiwa pekerja belum diadakan sehingga hal ini perlu diperhatikan untuk keselamatan kerja pegawai khususnya yang bertugas di kebun pinus. Selain 6 tenaga PNS yang berfungsikan untuk mengelola dan mengawasi hutan pinus di RPH Mangunan, ini juga dibantu oleh mitra kerja sejumlah 73 orang dan 4 kelompok dari masyarakat setempat. Satu kepala keluarga ditugasi untuk menyadap sebanyak 500-700 pohon pinus dengan sistem pembayaran Rp 2.600/kg.

Hasil penyadapan dari pohon pinus pada tahun 2012 mencapai 121 ton dari target 85 ton. Dan mengalami penurunan pada tahun 2013 hanya mencapai 73 ton dari target 90 ton. Untuk pemeliharaan pohon pinus sendiri pemupukan hanya dilakukan pada awal penanaman. Peremajaan dilakukan dengan menggunakan cara selam tegakan. Rata-rata penyadapan 1 hari bisa menghasilkan 2 gr tiap pohon. Untuk penyadapan dilakukan seminggu dua kali.

107

Hutan Pinus Produksi Getah Pinus

B. Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Wilayah Playen

Pabrik Penyulingan Minyak Kayu Putih Sendang Mole, Kabupaten Gunungkidul Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Wilayah Playen, Kabupaten Gunungkidul BKPH memiliki empat pabrik penyulingan minyak kayu putih dengan tempat yang berbeda yaitu Pabrik Sendangmole, Gelaran, Dlingo, dan Kediwung. Satu pabrik yang terbesar berada di Wilayah Playen, Sendang Mole, Kabupaten Gunungkidul.Total semua ada 14 resort yang terdapat kayu putih, 10 resort berada di Sendangmole sisanya berada di Dlingo 2 resort, 2 resort di Nglipar.Total lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman kayu putih yang dapat diproduksi untuk menjadi minyak kayu putih berkisar 20-25 ha selebihnya merupakan kawasan hutan Tahura sehingga tanaman pinus merupakan tanaman yang dijadikan sebagai hutan lindung yang tidak dapat diolah ataupun ditebang. Total produksi yang dicapai oleh tanaman pinus sampai bulan 24 November 2014 yaitu sebesar 56 ton dengan target pencapaian sebesar 55 ton. Hasil dari pengolahan kayu putih berupa minyak kayu putih yang langsung dijual ke Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sehingga tidak ada penjualan ke luar. Rata-rata rendemen yang dihasilkan sekitar 0,9 % – 1,0 %.

Untuk biaya pungut sekitar Rp 80.000,00/ton dan upah angkut sekitar Rp 92.000,00/ton. Permasalahannya yang terjadi di lapangan adalah belum adanya mobil angkut yang difasilitasi oleh dinas. Kendala lain adalah semakin sempitnya areal pohon kayu putih yang dapat diolah menjadi minyak kayu putih karena terbentuk dengan pengadaan hutan Tahura sebagai hutan lindung.

Pabrik maksimum operasi sampai 8 jam untuk mengolah kayu putih menjadi minyak kayu putih.Untuk efektifitas pabrik beroperasi selama 9 bulan. Pada Bulan Januari – Maret diadakan pemeliharaan pabrik sebelum dilakukan pengolahan agar tidak terjadi turun mesin.

108 Kelayakan operasi mesin langsung dilakukan oleh Dinas Industri.Satu kali pengolahan dibutuhkan 6 ton kayu putih dibagi 3 tempat (ketel). Masing-masing ketel bermuatan maksimal 2 ton. Total memprosesan selama 8 jam dengan pembagian 2 jam pertama persiapan, 4 jam untuk proses penyulingan, dan 2 jam untuk membongkar.Rata-rata di Pabrik Sendangmole memproduksi 18 ton, dimana setiap ton-nya menghasilkan 9-10 liter minyak kayu putih. Untuk per harinya bisa keluar 170 liter, sehingga secara total rendemen 9,16liter/ton atau 1 liter membutuhkan 1000-1100 kg daun. Harga per liter untuk minyak kayu putih senilai Rp 210.000,00/liter.

Biaya yang dikeluarkan untuk operasional 4 pabrik kurang lebih 2 milyar, sedangkan untuk listrik menghabiskan 8-10 juta/bulan, untuk perbaikan mesin 280 juta untuk empat pabrik untuk pengadaan suku cadang.

Untuk tenaga kerja pemungutan, persiapan lahan, hingga pengolahan membutuhkan 138 orang/hari dengan sistem pembayaran HOK. Dimana pabrik di Sendangmole memiliki 7 orang PNS sudah termasuk dengan kepala pabrik.Terdapat mitra dengan masyarakat sebanyak 32 orang masyarakat untuk membantu pekerjaan di kayu putih. Untuk masing-masing tenaga kerja yang tersedia di Pabrik Sendangmole dibagi menjadi 4 bagian yaitu: Bagian memasak: 20 orang; Membuat briket: 6 orang; Tenaga harian: 2 orang; PNS: 7 orang

Selain masalah ketersediaan tenaga kerja, masalah lain terkait dengan SDM adalah bahwa SDM yang tersedia kira-kira berkisar 40 tahun ke atas, sehingga dapat mempengaruhi hasil kinerja dalam pengelolaan kayu putih. Kemudian kendala terkait dengan kualitas SDM di Pabrik penyulingan minyak kayu putih adalah perbaikanmesin. Tidak semua tenaga kerja mampu memperbaiki mesin, hal ini yang dapat menghambat pengolahan minyak kayu putih. Apabila menggunakan tenaga ahli terkait dengan perbaikan mesin pabrik harus menunggu selama 4 hari. Hal ini berarti selama 4 hari pabrik tidak mampu beroperasi menghasilkan minyak kayu putih. Oleh karena itu, sekarang ini tenaga kerja dibekali ketrampilan agar mampu sedikit demi sedikit melakukan perawatan dan perbaikan mesin.

Masalah yang terjadi yaitu pada saat musim hujan tenaga pemungut daun beralih profesi ke pertanian untuk mengolah lahan pertanian, karena rata-rata tenaga pemungut adalah berprofesi sebagai petani/buruh tani. Masalah lain yang dihadapi dalam pengolahan kayu putih yaitu kesuburan tanah, iklim, pola perilaku penggarap, daun kurang bahkan tidak ada daun, dan kerusakan mesin.

Untuk masalah pembuangan limbah Pabrik Sendangmole sudah mampu mengatasi dimana sisa sampah dari hasil penyulingan sebesar 40% dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket untuk bahan bakar, dan selain itu juga daun hasil sisa dari kayu putih dapat digunakan

109 sebagai pupuk. Untuk limbah air selama ini baru dibuang ke sungai, namun pada tahun 2015 akan dimanfaatkan sebagai spa mandi air kayu putih. Karena limbah dari hasil penyulingan kayu putih masih terdapat kadar minyak kayu putih sebesar 0,003%. Sehingga rencana tahun 2015 kawasan hutan kayu putih selain diolah menjadi minyak kayu putih juga akan dimanfaatkan sebagai tempat wisata dengan fasilitas spa mandi air kayu putih.

3.3. Dinas Pertanian

Dokumen terkait