• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sewa Lahan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Bantul

Dalam dokumen BAB III POTENSI DASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH (Halaman 105-110)

Komposisi PAD Dinas Kehutanan dan Pekerbunan DIY Tahun 2013

3.4. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral

3.5.4. Sewa Lahan Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Bantul

Selain sewa lahan parkir bandara, DISHUBKOMINFO memiliki lahan yang disewakan ke Kabupaten Bantul sebagai tempat Pemeriksaan Kendaraan Bermotor. Lahan ini berada di Jalan Parangtritis KM 5,4, Kabupaten Bantul. Perkiraan luas lahan PKB sebesar 5750 m2. Saat ini, besar biaya sewa lahan yang ditetapkan sebesar Rp 20.000.000,00 per tahun.

166

Gambar 3.31.

Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Bantul

(a)

(b) Keterangan: (a) tampak depan kantor dan (b) denah penggunaan lahan.

3.6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM 3.6.1. Retribusi Pelayanan Tera dan Tera Ulang

Pengaturan dan aplikasi pengukuran, penakaran dan penimbangan dapat disebut juga masalah metrologi dalam kehidupan sehari-hari adalah di atur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, di mana pada abad perdagangan modern sekarang ini akan semakin penting terutama bagi para pengusaha, pedagang, dan konsumen. Saat ini, baik

167 pedagang, produsen, maupun konsumen dituntut untuk lebih atau ekstra hati-hati dalam ketepatan ukuran serta pemberian informasi tentang barang dan jasa yang diukur, ditakar, dan ditimbang.

Kegiatan pengukuran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi, manfaat yang dirasakan akan jauh lebih besar. Metrologi telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan sudah berjalan secara alami serta sangat vital. Fenomena kehidupan sehari-hari dapat dilihat, seperti komoditas bahan pokok: atau bahan bangunan dan bahan keperluan infrastruktur diperjualbelikan berdasarkan berat atau ukuran. Kebutuhan rumah tangga, air ledeng, listrik, gas, dan pulsa telepon harus diukur. Semua ini memengaruhi seluruh sendi kehidupan. Kadar zat aktif dalam obat-obatan, pengukuran sampel darah, dan keefektifan laser yang digunakan untuk pembedahan di dunia medik harus diukur dengan teliti agar kesehatan dan keselamatan pasien terjamin. Hampir segala sesuatu dinyatakan dalam ukuran, suhu udara, tinggi badan, nilai kalori makanan, berat paket kiriman, tekanan udara ban kendaraan, jarak tempuh, waktu tunggu, dan seterusnya. Nyaris tidak mungkin dalam kehidupan ini, bicara tanpa menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan timbangan dan ukuran. Di sektor transportasi, pilot pesawat terbang harus mengamati dengan cermat ketinggian pesawat, arah, penggunaan bahan bakar, dan kecepatannya. Masinis kereta api harus memperhatikan jarak posisi kereta terhadap stasiun yang dituju. Supir mobil atau pengendara motor perlu memperhatikan ukuran kecepatan dan tangki bahan bakar. Pengawas obat-obatan dan makanan mengukur kandungan bakteri dan zat beracun. Perusahaan membeli bahan baku berdasarkan timbangan dan ukuran, kemudian menyatakan produk dalam satuan yang serupa. Umumnya, setiap proses dipantau berdasarkan pengukuran dan setiap penyimpangan akan ketahuan dari hasil pengukuran tersebut. Pengukuran sistematis dengan tingkat ketidakpastian yang terukur merupakan landasan pengendalian mutu di Industri. Dunia ilmu pengetahuan sangat bergantung pada pengukuran. Para geolog mengukur kekuatan gelombang kejut ketika terjadi gempa bumi. Para astronom dengan seksama mengukur cahaya lemah yang dipancarkan sebuah bintang untuk mengetahui umurnya. Para fisikawan yang mempelajari partikel elementer harus mengukur waktu dalam orde seperjuta sekon untuk memastikan adanya partikel yang sangat kecil. Ketersediaan alat ukur dan kemampuan menggunakannya sangatlah esensial bagi para ilmuwan untuk merekam hasil penelitian mereka secara objektif. Dengan demikian, ilmu pengukuran atau metrologi bisa jadi merupakan ilmu yang tertua di dunia. Bahkan, pengetahuan tentang penggunaannya merupakan syarat mutlak dalam segala profesi yang berbasis ilmu pengetahuan.

Dalam kaitan ini, tentu ada tanggung jawab yang harus dilakukan oleh Pemerintah, yakni melaksanakan amanah tersebut dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya

168 kepada masyarakat. Pengukuran memang telah menjadi kebutuhan fundamental bagi pemerintah, pedagang, produsen, pengusaha dan konsumen serta masyarakat luas. Pengukuran berkontribusi pada mutu kehidupan setiap masyarakat melalui perlindungan konsumen, pelestarian lingkungan, pemanfaatan sumberdaya alam secara rasional, dan peningkatan daya saing industri jasa dan manufaktur.

Sejalan dengan hal tersebut, perlu kegiatan pengawasan baik represip maupun preventif melalui tera dan tera ulang UTTP serta penyuluhan dan pemasyarakatan kemetrologian harus terus digulirkan. Esensi kemetrologian sebenarnya bukan semata-mata untuk menciptakan tertib ukur dilingkungan masyarakat, melainkan juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa.

Berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, dijelaskan bahwa: “untuk melindungi kepentingan umum, perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya.”

Metrologi legal mengatur juga tentang hal-hal mengenai pembuatan, pengedaran, penjualan, pemakaian, dan pemeriksaan alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya. Sesuai dengan amanat UUML (Undang-Undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal) tersebut, maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (SNSU), yang menjabarkan perihal penetapan, pengurusan, pemeliharaan, dan pemakaian SNSL sebagai acuan tertinggi pengukuran yang berlaku di Indonesia. Selain itu, ditetapkan pula Keppres No. 79 tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (KSNSU) sebagai penjabaran UUML yang mengharuskan adanya lembaga yang membina standar nasional. Keppres ini memandatkan bahwa pengelolaan teknis ilmiah SNSU diserahkan kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Secara tidak langsung, Keppres ini berisi penunjukkan Lembaga Metrologi Nasional atau National Metrology Institute (NMI) kepada salah satu unit kerja di LIPI. Dalam hal ini, Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM-LIPI) adalah unit organisasi di bawah LIPI yang bidang kegiatannya paling berkaitan dengan pengelolaan standar nasional. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Puslit KIM-LIPI merupakan instansi pemerintah yang menjalankan fungsi sebagai Lembaga Metrologi Nasional atau NMI di Indonesia.

169 Perkembangan hasil kegiatan tahuan 2009-2014 Balai Metrologi Yogyakarta, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.34.

Perkembangan Tera dan Tera Ulang, 2009-2014

Tahun Tera (buah) Tera Ulang

(buah) Target Rp) Realisasi (Rp)

2009 53.909 92.600 95.000.000 101.209.250 2010 71.402 130.851 95.100.000 116.678.300 2011 99.003 116.536 113.500.000 136.810.700 2012 72.977 146.017 191.270.000 191.311.300 2013 75.115 129.396 162.500.000 165.998.900 2014 60.145 177.671 181.000.000 181.196.900 Sumber: Data Sekunder Balai Metrologi Yogyakarta, 2014, data diolah.

Sedangkan, peningkatan/pengurangan pelayanan tera ulang di tempat pemakaian, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.35.

Peningkatan/pengurangan Pelayanan Tera Ulang di Tempat Pemakaian

Keterangan 2013 2014 Realisasi (Rp) Pertum-buhan (%) Realisasi (Rp) Pertum-buhan (%) Peningkatan jumlah

retribusi tera ulang 165.998.400 - 181.196.900 8,36% Peningkatan jumlah

UTTP - - 15.198.500 -

Sumber: Data Sekunder Balai Metrologi Yogyakarta, 2014, data diolah.

Objek yang selama ini ditera/tera ulang Balai Metrologi Yogyakarta, antara lain: 1). SPBU; 2). Argometer Taksi; 3). Timbangan; 4). PDAM; 5). PLN; 6). Gas; 7). Dan lain-lain.

SPBU. Tera ulang SPBU, adalah dilakukan 1 tahun sekali. Hal-hal yang ‘rawan’, yang perlu diperhatikan dalam tera ulang SPBU adalah banyak sekali pompa yang digunakan SPBU manual, sehingga keakuratan noozle rawan tidak tepat dalam 3 bulan saja. Namun saat ini telah berubah menjadi digital, sehingga kerawanan rusaknya alat ukur tersebut menjadi terkurangi.

170 Argometer taksi. Di Indonesia, kewajiban peneraan terhadap argometer dilakukan oleh Dinas Perhubungan (LJJR). Keberadaan LJJR di Yogyakartaka cukup banyak. Sialnya adalah saat implementasi, lalu ada masalah dengan argo taksi, maka Dinas Perdaganganlah yang dipermasalahkan (disalahkan). Untuk tera ulang, dari pihak LJJR belum punya kewenangan pengelolaan, “Apakah agrotaksi tersebut telah ditera ulang atau belum”.

Timbangan. Untuk timbangan, pengaturan jadwal siding tera ulang ada perbedaan antara pedagang besar dan pedagang kecil. Untuk pedagang besar, sejauh ini dapat diatur jadwal peneraannya, namun khusus untuk pedagang kecil di pasar, penetapan jadwal tidak terdeteksi (kurang bisa ditetapkan). Apalagi, Balai Metrologi Yogyakarta tidak memiliki data based by name by address, sehingga siapa saja pedagang yang akan ditera tidak diketahui (yang diperhatikan hanyalah jumlah UTTPnya saja).

Jadwal tera/tera ulang yang telah di agendakan oleh UPT Metrologi Yogyakarta untuk luar kantor, telah dibagi per-kabupaten dan kecamatan. Pada operasional pelaksanaannya, dilakukan bukan didalam pasar, melainkan peneraannya dilakukan di kantor desa, sehingga kondisi ini tidak benar-benar terlayani dengan baikm dalam arti daya jangkau pelayanannya ke masyarakat terbatas.

PDAM. Dalam hal ini pihak PDAM lebih memilih membeli mesin yang telah ditera daripada melakukan tera ulang kembali. Hal ini disebabkan pembiayaan untuk melakukan tera ulang jauh lebih mahal daripada membeli mesin yang telah ditera. Kebijakan harga ini telah ditetapkan dalam Perda.

PLN. Untuk peneraan, pihak PLN enggan (keberatab) untuk membayar retribusi. Hal ini dikarenakan Perda yang berlaku, yaitu PP 26/1983 serta PP 18/1986, sehingga meskipun pemerintah provinsi (Gubernur) telah turun tangan, pihak PLN masih belum mau membayar retribusi dimaksud. Selanjutnya, Gas. Dari sisi aspek penjualan gas, BDKT (Barang Dagang Kondisi Tertutup) adalah tidak dilakukan.

Dalam dokumen BAB III POTENSI DASAR PENDAPATAN ASLI DAERAH (Halaman 105-110)

Dokumen terkait