• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub Sektor Peternakan

Komposisi PAD Dinas Kehutanan dan Pekerbunan DIY Tahun 2013

3.3.2. Sub Sektor Peternakan

PAD sub-sektor peternakan di DIY secara umum dihasilkan oleh Dinas Pertanian DIY. Unit penghasil PAD sub-sektor peternakan di Dinas Pertanian DIY adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK). UPTD BPBPTDK merupakan penggabungan 2 (dua) UPTD yaitu: UPTD BDK (Balai Diagnostik Kehewanan) yang berlokasi di Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul dan UPTD BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak) yang berlokasi di Sumedang, Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Struktur organisasi UPTD BPBPTDK terdiri dari kepala balai, sub-bagian tata usaha, dan 2 seksi yaitu Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit, dan Pakan Ternak dan Seksi Diagnostik Kehewanan.

UPTD BPBPTDK bertugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang pengembangan bibit, pakan ternak dan diagnostik kehewanan. Secara rinci , dalam melaksanakan tugas tersebut, UPTD BPBPTDK memiliki fungsi antara lain: (1) Penyusunan

124 program balai, (2) Pengembangan semen, (3) Pengembangan pakan ternak; (4) Pengembangan ternak bibit, (5) Pelaksanaan diagnosa dan surveilans, (6) Pengendalian mutu produk asal hewan, (7) Penyelenggaraan ketatausahaan, dan (8) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program balai, (8) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan program balai, dan (8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Berdasarkan tugas-tugas tersebut, fungsi dan layanan yang diemban oleh UPTD UPTD BPBPTDK akan diperoleh berbagai sumber penerimaan, sebagai pendapatan asli daerah sub-sektor peternakan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, UPTD BPBPTDK dilengkapi dengan sarana prasarana sebagai berikut:

1. Kantor pelayanan pusat; 2. Laboratorium Kesmavet; 3. Laboratorium Keswan;

4. Ruang Pengujian Laboratorium Kesmavet; 5. Ruang Pengujian Laboratorium Keswan; 6. Ruang pemrosesan semen beku;

7. Kebun HPT seluas kurang lebih 9 Ha (di 4 lokasi: Sumedang, Kaliurang, Ngepas, dan Barongan);

8. Ternak Bull, sapi perah, sapi potong, kambing, dan domba; 9. Kendaraan operasional, baik roda 2, roda 4, maupun roda 6; 10. Sarana penunjang (komputer, telepon, internet, dll.).

Pelayanan yang diberikan oleh UPTD BPBPTDK adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Laboratorium Kesmavet

a. Pengujian formalin terhadap pangan asal hewan, b. Pemalsuan daging,

c. Pengujian cemaran mikroba pada daging, susu dan telur, d. Pengujian residu pada daging, susu dan telur,

e. Pengujian daging ayam bangkai, dan f. Pengujian daging sapi glonggongan. 2. Kegiatan Laboratorium Keswan

a. Pengujian penyakit tuberculosis,

b. Pengujian helmintiasis gastrointestinae, c. Pengujian parasit darah,

125 e. Pengujian titer antibodi Al & ND

f. Pengujian IBR pada sapi,

g. Pengujian paratuberculosis pada sapi, h. Pengujian pullorum ayam,

i. Pengujian RBT sapi perah, dan j. Pengujian Toxoplasma pada ternak. 3. Pengembangan Bibit Ternak

a. Pengembangan bibit ternak sapi perah, b. Pengembangan bibit ternak sapi potong, dan c. Pengembangan bibit ternak kambing / domba. 4. Pengembangan Semen Beku

a. Semen beku sapi simental, b. Semen beku sapi limosin, dan c. Semen Bbeku sapi PO/Brahman.

5. Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) : a. Rumput (King grass, Kolonjono, Sertaria) b. Legumenosa (Kaliandra, Kleresede, Lamtoro)

Dari uraian tersebut di atas, UPTD BPBPTDK disamping memberikan pelayanan aktif kepada masyarakat dengan jenis pelayanan pengujian, penyediaan bibit ternak dan semen beku dan HPT, juga menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang obyek pendapatan utamanya didukung dari pengembangan bibit ternak sapi perah karena disamping menghasilkan pedet juga menghasilkan susu sapi. Obyek yang lain bersumber dari hasil pengujian laboratorium kesehatan hewan dan pengujian laboratorium Kesmavet dan penjualan semen beku.

Penarikan PAD di UPTD BPBPTDK diatur berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan Tarif Retribusi Jasa Usaha. Retribusi jasa usaha di UPTD BPBPTDK terdiri atas retribusi pemakaian kekayaan daerah (jasa pemeriksaan dan pengujian penyakit hewan) dan retribusi penjualan produksi usaha daerah khususnya penjualan ternak dan hasil ternak (susu sapi, pedet sapi perah, sapi potong, sapi afkir, kambing afkir, semen beku sapi, pedet sapi potong, dan cempe). Dari sumber-sumber penerimaan tersebut, UPTD BPBPTDK mengklasifikasikannya menjadi dua yaitu PAD yang bersifat tetap dan tidak tetap. PAD yang bersifat tetap di UPTD BPBPTDK terdiri dari penjualan susu sapi perah, penjualan pedet sapi perah, penjualan pedet sapi potong, penjualan cempe kambing domba, penjualan semen beku dan pengujian pullorum, sedangkan PAD yang bersifat tidak

126 tetap terdiri dari pengujian kesmavet, pengujian RBT test, pengujian HI/AI, penjualan sapi potong afkir, penjualan sapi perah afkir, dan penjualan kambing dan domba afkir.

Menurut UPTD BPBPTDK, sumber PAD yang diklasifikasikan bersifat tetap adalah berdasarkan sifatnya yang setiap bulan atau setiap tahun dikerjakan dan menghasilkan pendapatan, sedangkan PAD diklasifikasikan tidak tetap berdasarkan pada PAD yang setiap bulan atau setiap tahun tidak selalu dapat menghasilkan pendapatan. Sebagai contoh, PAD yang sifatnya pengujian (pengujian Kesmavet, HI/AI test dan RBT test) sangat ditentukan oleh kesadaran dan kepentingan masyarakat. Laboratorium bersikap ‘statis’, namun telah melakukan sosialisasi arti pentingnya nilai pengujian. Pengujian Kesmavet ke depan, dengan berlangsungnya pasar bebas ASEAN (MEA) yang berlaku mulai tahun 2015 akan sangat dibutuhkan karena barang yang beredar di pasar bebas keamanan pangan harus dibuktikan dengan hasil pengujian dari laboratorium. Penjelasan rinci mengenai unit penghasil PAD dan sumber penerimaannya adalah sebagai berikut:

A. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Bibit, Pakan Ternak dan

Diagnostik Kehewanan (UPTD BPBPTDK)

Seperti telah diuraikan pada awal bab III bahwa UPTD BPBPTDK merupakan penggabungan dua UPTD yaitu: UPTD BDK (Balai Diagnostik Kehewanan) dan UPTD BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak). Struktur penerimaan PAD yang berasal dari UPTD BPBPTDK terdiri atas retribusi pemakaian kekayaan daerah seperti pengujian pullorum dan pengujian HI/AI, sedangkan retribusi penjualan produksi usaha daerah diantaranya penjualan ternak (pedet sapi perah, pedet sapi potong, cempe kambing/domba sapi potong afkir, sapi perah afkir, dan domba/kambing afkir) dan hasil ternak (susu sapi perah dan semen beku).

Selama periode 2008-2013, target PAD yang dibebankan kepada UPTD BPBPTDK mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp71.233.500 pada tahun 2008 menjadi Rp312.150.000 pada tahun 2013. Rata-rata pertumbuhan target PAD yang dibebankan selama periode tersebut adalah sebesar 60,46% per tahun dengan pertumbuhan target tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 283,02% (dari Rp70.950.000 pada tahun 2009 menjadi Rp271.750.000). Mengikuti pola target yang dibebankan, realisasi penerimaan PAD yang berasal dari UPTD BPBPTDK juga mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp71.233.500 pada tahun 2008 menjadi Rp352.940.800 pada tahun 2013. Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan PAD adalah sebesar 55,80% per tahun dengan pertumbuhan realisasi penerimaan tertinggi juga terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 215,39% (dari Rp84.168.050 pada tahun

127 2009 menjadi Rp265.460.170). Pada tahun 2013, realisasi penerimaan PAD di UPTD BPBPTDK mengalami penurunan sebesar 5,80% dari sebelumnya Rp374.683.238 pada tahun 2012 (realisasi penerimaan tertinggi). Jika dilihat dari rasio antara target dan penerimaan PAD selama periode 2008-2013, hanya pada tahun 2010 dan 2011, UPTD BPBPTDK tidak mampu merealisasikan target PAD yang dibebankan dengan persentase masing-masing sebesar 97,69% dan 97,30% (Gambar 3.10).

Gambar 3.10.

Target dan Realisasi Penerimaan PAD UPTD BPBPTDK, 2008-2013

Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah)

Lalu berapa sumbangan dari masing-masing sumber penerimaan PAD tersebut? Sebagai contoh adalah rincian penerimaan PAD pada tahun 2013, sumber penerimaan PAD terbesar berasal dari penjualan susu sapi perah yaitu sebesar Rp186.890.800, diikuti penjualan semen beku sebesar Rp77.200.000, dan penjualan pedet sapi perah sebesar Rp44.400.000 . Untuk pedet sapi potong dan cempe, nilai penjualan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp20.425.000, sedangkan nilai penjualan induk afkir (sapi perah dan kambing/domba) adalah sebesar Rp16.575.000. Retribusi pemakaian kekayaan daerah yang berasal dari UPTD BPBPTDK pada tahun 2013 adalah sebesar Rp7.450.000 yang terdiri atas pengujian pullorum sebesar Rp4.500.000 dan pengujian HI/AI sebesar Rp2.950.000. Jika sumber penerimaan PAD diklasifikasikan menurut internal UPTD BPBPTDK, maka penerimaan PAD yang bersifat

100.00 118.63 97.69 97.30 121.51 113.07 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 350,000,000 400,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (%) R up iah

128 tetap adalah sebesar Rp305.900.000, sedangkan penerimaan PAD yang bersifat tidak tetap sebesar Rp6.250.000.

Gambar 3.11.

Sumber Penerimaan PAD di UPTD BPBPTDK, 2013 (Persen)

Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah)

1. Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit dan Pakan Ternak

Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit, dan Pakan memiliki tugas untuk melaksanakan pengembangan semen, ternak bibit, dan pakan ternak. Seksi Pengembangan Semen, Ternak Bibit, dan Pakan berkedudukan di Jalan Palagan Tentara Pelajar Km 15, Sumedang, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Sumber penerimaan PAD yang berasal dari Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak terdiri atas penjualan pedet sapi perah, susu sapi perah, dan semen beku. Pada tahun 2013, penerimaan PAD di Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak yang berasal dari penjualan susu sapi perah adalah sebesar Rp186.890.800 (61%), penjualan semen beku sebesar Rp77.200.000 (25%), dan penjualan pedet sapi perah sebesar Rp44.400.000 (14%).

Susu Sapi Perah 53%

Pedet Sapi Perah 13% Pedet Sapi potong

3% Cempe Kambing /Domba 2% Semen Beku 22% Pengujian Pullorum 1% Pengujian HI/AI 1%

Afkir Sapi Perah 4%

Afkir Kambing /Domba

129

Gambar 3.12.

Target dan Realisasi Penerimaan PAD

Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak, 2008-2013

Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah)

Peningkatan target dan realisasi penerimaan PAD yang berasal dari Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak memiliki pola yang sama dengan UPTD BPBPTDK dimana hal tersebut terjadi karena Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak merupakan kontributor terbesar PAD di UPTD BPBPTDK. Selama periode 2008-2013, target PAD yang dibebankan kepada Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp31.758.500 pada tahun 2008 menjadi Rp281.400.000 pada tahun 2013. Rata-rata pertumbuhan target PAD yang dibebankan selama periode tersebut adalah sebesar 131,68% per tahun dengan pertumbuhan target tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 633,44% (dari Rp31.700.000 pada tahun 2009 menjadi Rp2321.500.000). Mengikuti pola target yang dibebankan, realisasi penerimaan PAD yang berasal dari Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak juga mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp31.758.500 pada tahun 2008 menjadi Rp308.490.800 pada tahun 2013. Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan PAD adalah sebesar 98,66% per tahun dengan pertumbuhan realisasi penerimaan tertinggi juga terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 403,56% (dari Rp44.918.050 pada tahun 2009 menjadi Rp226.187.170). Pada tahun 2013, realisasi penerimaan PAD di Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak mengalami penurunan

100.00 141.70 97.28 96.58 118.69 109.63 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 350,000,000 400,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (%) R up iah

130 sebesar 9,08% dari sebelumnya Rp339.283.238 pada tahun 2012 (realisasi penerimaan tertinggi). Jika dilihat dari rasio antara target dan penerimaan PAD selama periode 2008-2013, hanya pada tahun 2010 dan 2011, Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak tidak mampu merealisasikan target PAD yang dibebankan dengan persentase masing-masing sebesar 97,28% dan 96,58%.

2. Seksi Diagnostik Kehewanan

Seksi Diagnostik Kehewanan memiliki tugas untuk melaksanakan diagnosa dan surveilans, serta pengendalian mutu produk asal hewan. Laboratorium Diagnostik Kehewanan berkedudukan di Barongan, Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Sumber penerimaan PAD yang berasal dari Seksi Diagnostik Kehewanan sesungguhnya hanya berasal dari pengujian pullorum dan HI/AI. Namun karena Laboratorium Diagnostik Kehewanan berada di Barongan dan di tempat tersebut terdapat pembibitan kambing/domba, sapi potong, dan sapi perah, maka penerimaan PAD yang berasal dari penjualan ternak tersebut dimasukkan ke dalam penerimaan PAD yang berasal dari Laboratorium Diagnostik Kehewanan. Penerimaan PAD yang berasal dari pengujian pullorum dan HI/AI pada tahun 2013 adalah sebesar Rp7.450.000, sedangkan penjualan ternak baik anakan maupun afkir secara keseluruhan adalah sebesar Rp37.000.000.

Selama periode 2008-2013, target PAD yang dibebankan kepada Laboratorium Diagnostik Kehewanan cenderung mengalami penurunan dengan tingkat penurunan target per tahun sebesar 1,32%. Target PAD yang dibebankan kepada Laboratorium Diagnostik Kehewanan pada tahun 2008 adalah sebesar Rp39.475.000 dan mengalami penurunan hingga tahun 2012 menjadi sebesar Rp22.500.00, kemudian target PAD kembali mengalami peningkatan sebesar 36,67% menjadi Rp30.750.000. Realisasi penerimaan PAD yang berasal dari Laboratorium Diagnostik Kehewanan cenderung fluktuatif walaupun secara umum dapat dikatakan mengalami peningkatan. Realisasi penerimaan PAD pada tahun 2008 adalah sebesar Rp39.475.000, kemudian mengalami penurunan menjadi RP23.400.000, meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp35.400.000, dan pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi Rp44.450.000 (realisasi penerimaan PAD tertinggi). Berbeda dengan target yang mengalami penurunan, realisasi penerimaan PAD di Laboratorium Diagnostik Kehewanan tumbuh positif dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 7,18%. Jika dilihat dari rasio antara target dan realisasi penerimaan PAD, Laboratorium Diagnostik Kehewanan selalu mencapai target yang dibebankan dengan rasio pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 157,33% (target sebesar Rp22.500.000 dan realisasi penerimaan sebesar Rp35.400.000). Target dan

131 realisasi penerimaan PAD di Laboratorium Diagnostik Kehewanan dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13.

Target dan Realisasi Penerimaan PAD Laboratorium Diagnostik Kehewanan, 2008-2013

Sumber: UPTD BPBPTDK, 2014 (diolah)

Dokumen terkait