• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan

Komposisi PAD Dinas Kehutanan dan Pekerbunan DIY Tahun 2013

3.2.2. Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan

A. BP3KP Wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo

Kebun Kelapa dan Kebun Kakao (Kabupaten Kulonprogo)

Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) wilayah Tambak berada di Kota Wates, Kabupaten Kulonprogo. Secara keseluruhan total luas lahan Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) di Tambak, Wates adalah 1,3 ha, namun sebesar 2000 m2 dari lahan tersebut digunakan untuk bangunan kantor BP3KP sehingga luasan untuk pengelolaan tanaman sebesar 1,1 ha.Tanaman yang diusahakan yaitu kelapa dan kakao. Masing-masing terdapat 125 batang untuk tanaman kelapa dan 700 batang untuk tanaman kakao. Sarana dan prasarana yang digunakan di BP3KP wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo masih terbilang manual dan sederhana.

Penjualan hasil panen tanaman kelapa langsung bertransaksi dengen tengkulak, sedangkan hasil panen tanaman kakao dijual berupa biji yang dijual dengan pihak Pagilaran. Tenaga kerja di BP3KP wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo ada 2 yaitu untuk kebun PNS 1 staf dan untuk kebun outsourching terdapat 1 staf. Kedua tenaga kerja ini meng-handle semua pekerjaan kebun yang ada di BP3KP wilayah Tambak, Kabupaten Kulonprogo. Adapun untuk kegiatan yang membutuhkan tenaga banyak pihak BP3KP melibatkan masyarakat sekitar dengan sistem pembayaran HOK.

Peralatan yang digunakan untuk budidaya dan pasca panen terbilang manual dan sederhana, namun cukup membantu tenaga kerja untuk dalam membudidayakan dan mengolah tanaman. Misalnya saja tanaman kakao, untuk fermentasi dan pengeringan menggunakan ruang kaca sehingga membantu kakao cepat kering dan terhindar dari pembusukan yang diakibatkan karena faktor cuaca.

Permasalahan yang dihadapi oleh BP3KP di Tambak, Kabupaten Kulonprogo adalah terkait dengan budidaya tanaman kelapa dan kakao, dimana tanaman kelapa terkait dengan umur tanaman. Tanaman kelapa yang ada di BP3KP Tambak, Kabupaten Kulonprogo rata-rata sudah berumur tua sehingga kemampuan untuk menghasilkan buah kelapa sudah tidak optimal.

99 Sedangkan untuk tanaman kakao merupakan jenis tanaman yang rentan akan hama Helopeltis, sehingga hal ini yang dapat mempengaruhi jumlah tiap panenan. Sedangkan untuk pengairan (irigasi) tidak ada masalah karena pada intinya tanaman kelapa dan tanaman kakao tidak membutuhkan air yang banyak, hanya saja penyesuaian terhadap musim perlu diperhatikan.

Selain dari aspek budidaya, permasalahan yang dialami di BP3KP Tambak, Kabupaten Kulonprogo adalah terkait dengan sumber daya manusianya. Dengan jumlah SDM yang sangat terbatas yaitu 1 staf PNS dan 1 staf outsourching mengakibatkan tidak optimalnya dalam pemeliharaan tanaman kelapa dan kakao yang ada di BP3KP. Idealnya untuk jumlah SDM yang menangani masalah kebun yaitu 1 staf PNS dan 3 staf outsourching. Dan permasalahan lain yang dihadapi oleh BP3KP Tambak yaitu terkait dengan luas lahan, dimana lahan yang tersedia terpotonguntuk bangunan dan beberapa tanaman yang tidak masuk dalam PAD seperti tanaman panili dan lada.Solusi yang dilakukan oleh BP3KP Tambak sendiri adalah dengan menaikkan harga kelapa dan kakao serta menaikkan produksi dengan meningkatkan pemeliharaan secara optimal.

Kebun Kelapa dan Kakao Kebun Kakao

B. BP3KP Wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul

Kebun Kakao (Kabupaten Kulonprogo)

Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) wilayah Imogiri berada di Kabupaten Bantul. BP3KP wilayah Imogiri memiliki satu kebun kakao yang dijadikan sebagai potensi aset daerah dengan luas lahan sebesar 0,8 ha. Luas lahan sebesar 0,8 ha dapat ditanami tanaman kakao sebanyak 600 batang. Dimana asal mula kebun tanaman kakao ini merupakan bekas tanaman jati yang kemudian tetap dipertahankan sebagai kebun sehingga arah tanaman kakao di wilayah BP3KP Imogiri, Kabupaten Bantul

100 belum tertata secara baik. Selain jarak tanam yang tidak teratur, varietas kakao yang ditanam di kebun BP3KP wilayah Imogiri bukan merupakan bibit unggul. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut pihak BP3KP wilayah Imogiri melakukan perbaikan tanaman dengan sambung samping ataupun sambung pucuk dengan varietas unggul dan selain itu melakukan penanaman baru dengan varietas unggul pada tanaman yang rusak atau mati.Untuk rumah jaga di BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul baru dibangunberukuran 2 x1 yang berfungsi untuk mengawasi kebun. Bangunan kantor yang lama rusak karena bencana alam gempa sehingga perlu diperbaiki. Untuk sementara ada bangunan yang berfungsi sebagai tempat persinggahan bagi pengawas kebun.

Permasalahan yang hadapi oleh BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul terkait dengan keamanaan. Secara sosial keamanan ini terjadi karena banyak pengembala ternak yang masuk ke kebun sehingga dapat merusak tanaman kakao. Selain itu gangguan sosial lainnyayaitu dikarenakan banyaknya anak kecil yang main ke kebun dan memakan biji kakao yang masih di pohon. Gangguan sosial semacam ini disebabkankarena kondisi kebun di BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul tidak terdapat pagar pembatas sehingga orang ataupun hewan dari luar dapat masuk ke dalam kebun secara leluasa. Selain itu masalah lain di BP3KP wilayah Imogiri adalah karena luasan areal tanaman hanya 0,8 ha dengan tipe varietas yang bukan bibit unggul maka hasil yang dicapai tidak maksimal. Oleh karena sarana prasarana yang digunakan juga seadanya. Biasanya apabila hasil panen dikit maka kegiatan fermentasi yang dilakukan hanya menggunakan keranjang saja, namun ketika hasil panen banyak maka panenan dibawa ke tambak.

Dari segi jumlah SDM untuk wilayah kerja BP3KP wilayah Imogiri, Kabupaten Bantul juga masih kurang yaitu dengan komposisi 1 staf PNS dan 1 staf oursourching. Hal ini menyulitkan petugas kebun dalam hal pemeliharaan dan pengawasan keamanan. Namun untuk pengairan secara umum tanaman kakao tidak mengalami kendala walaupun tidak tersedia irigasi, tetapi terdapat sumur resapan atau sumur penampungan.

C. BP3KP Wilayah Ngipik Sari, Kabupaten Sleman

Kebun Kopi (Kabupaten Sleman)

Kebun kopi di BP3KP wilayah Ngipik Sari berada di Kabupaten Sleman. Luas kebun kopi di BP3KP sebesar 8850 m2. Selain komoditas kopi tanaman lain yang terdapat di kebun BP3KP adalah kleresede, alpukat, lada, dan kelapa. Tetapi komoditas yang masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari adalah tanaman kopi.

101 Untuk tanaman kleresede, alpukat, lada, dan kelapa merupakan tanaman pelindung yang bermanfaat untuk melindungi tanaman kopi agar waktu kemarau tidak kering.

Sejarah tanaman kopi di Ngipik Sari di BP3KP pertama ditanam pada tahun 1985, kemudian diadakan tanaman susulan hingga sekarang ini. Untuk jumlah tanaman kopi yang ada di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari terdapat 600 tanaman dengan jarak tanam 2 x 3 dan 2,5 x 3. Hal ini dikarenakan topografi atau lahan yang tidak rata sehingga kondisi tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya tidak sama.

Tanaman kopi ini merupakan tanaman tahunan, dimana kondisi tanaman, iklim, cuaca, curah hujan, dan keadaan lapangan sangat menentukan produksi dari tanaman kopi tersebut. Misalnya saja ketika musim penghujan tanaman kopi tidak berproduksi secara optimal, namun ketika curah hujan tidak terlalu berlebih maka tanaman kopi dapat berproduksi secara maksimal. Hal ini dikarenakan pada musim penghujan bunga dari tanaman kopi banyak yang rontok sehingga fase pertumbuhan generative tidak berkembang. Faktor lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman kopi adalah bencana. Pada tahun 2010 Yogyakarta terjadi letusan gunung merapi yang mengakibatkan daerah sekitar merapi menjadi gersang, banyak tanaman yang mati dan penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Hal ini mengakibatkan kebun BP3KP yang berada di wilayah Ngipik Sari, Jalan Kaliurang, Kabupaten Sleman mati karena terkena abu vulkanik. Selain itu juga produksi tanaman kopi menurun dapat disebabkan karena penyakit ataupun hama.

Untuk SDM di kebun BP3KP terdapat pegawai PNS 3 orang dan 1 orang tenaga kontrak. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di kebun ketika masa deadline tiba terkait untuk persiapan lahan maka mengambil tenaga dari luar. Pekerjaan yang biasanya mengambil dari luar yaitu menyangkul. Pengambilan tenaga dari luar biasanya dilakukan dalam waktu tertentu yaitu seminggu/bulan. Tenaga yang dibutuhkan dari luar berkisar 3-4 orang yang diambil dari masyarakat sekitar. Pembayaran dilakukan berdasarkan sistem HOK. Untuk jam mulai dari jam 08.00 - jam 16.00 upah yang diberikan sebesar Rp 50.000,00, padahal seharusnya pengupahan berkisar antara Rp 60.000,00 – Rp 70.000,00. Idealnya untuk lahan tanaman kopi dengan luas 1 ha memerlukan pekerja 5 – 7 orang.

Untuk pasaran tanaman kopi berasal dari dalam kota dan luar kota. Untuk luar kota paling banyak peminat dari Temanggung. Kebun BP3KP di wilayah Ngipik Sari tidak melayani pembeli dari Perseroan Terbatas (PT).Tanaman kopi bisa dipanen pada saat umur 3-4 bulan, tetapi masa panen yang optimal pada saat tanaman kopi berumur 6-7 hasil yang didapatkan bisa mencapai 40 kg.

102 Permasalahan tanaman kopi di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari adalah media tanam yang belum cukup. Hal ini mengingat areal lahan yang sangat terbatas. Kemudian bahan dasar dari areal pertanaman berupa batu dan pasir. Batu dan pasir ini masih ditemui dalam kisaran kedalaman 15-20 cmsehingga mengganggu dalam pengolahan lahan. Selain itu juga mengganggu perkembangan akar sehingga akar tidak mampu menembus ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan tanaman tidak kokoh dan sulitnya pada saat pemupukan karena akar tidak mampu menyerap zat-zat yang terkandung dalam pupuk. Kemudian permasalahan selanjutnya adalah hama dan penyakit tanaman. Untuk mencegah terserangnya hama dan penyakit tanaman di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari menggunakan bahan-bahan kimia seperti insektisida. Selain itu permasalahan yang dihadapi di kebun kopi BP3KP wilayah Ngipik Sari adalah perubahan iklim yang menyebabkan cuaca tidak menentu sehingga pada waktu pembungaan di musim yang tidak tepat (musim hujan) menjadikan terhambatnya pembuatan bunga pada tanaman kopi.

Untuk kebutuhan pengairan, tanaman kopi tidak memerlukan terlalu banyak air. Kebutuhan air hanya dibutuhkan pada saat awal untuk pertumbuhan namun pada saat pembuahan air yang butuhkan tidak banyak. Untuk bibit yang dipakai di kebun BP3KP wilayah Ngipik Sari sudah masuk dalam bibit yang tersertifikasi. Bibit ini diambil dari daerah Jember yang sudah teruji dan bersertifikat.

Terkait dengan keamanan kebun di BP3KP wilayah Ngipik Sari dapat terbilang aman karena terdapat pagar yang mengelilingi kebun. Namun terkait dengan penjagaan malam belum tersedia tenaga resmi, hanya saja terdapat tenaga kerja yang memiliki rumah dekat dengan kebun sehingga sewaktu-waktu dapat mengecek keamanan kebun.

103 Untuk alat-alat di kebun masih minim walaupun terkadang memakai alat sendiri. Untuk kebun di BP3KP wilayah Ngipik Sari belum memiliki lantai jemur dan rumah untuk pengeringan juga belum tersedia. Pengolahan hasil masih bersifat tradisional yaitu berupa alat pengupasan, alat pengeringan, dan alat penggilingan. Tahapan pengolahan hasil tanaman kopi yaitu; (1) Pemilihan biji kopi yang sudah matang, (2) Menyortir dan menggrading biji yang berkualitas, (3) Pengupasan yang dilakukan alat tradisional berupa along, (4) Pengeringan, (5) Penumbukan menggunakan alat lesung, (6) Dan terakhir ditapeni untuk mendapatkan bubuk kopi yang halus.

D. BP3KP Wilayah Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul

Kebun Pembibitan Tanaman Pinus (Kabupaten Gunungkidul)

Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) wilayah Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul memiliki luasan sebesar 3 ha. Fungsi dari BP3KP wilayah Hutan Bunder yaitu untuk menyediakan bibit pinus untuk bantuan masyarakat secara suka rela dan penjualan untuk kalangan umum. Total bibit yang tersedia di BP3KP wilayah Imogiri yaitu sebesar 700.000. Selain pembibitan pinus BP3KP wilayah Imogiri juga menyediakan bibit lain seperti kayu putih, mahoni, sengon, dan lain-lain. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.11. sebagai berikut.

Tabel 3.11.

Jenis Tanaman Hutan di BP3KP Hutan Bunder, Gunungkidul

Jenis Tanaman Jumlah (bibit)

Kayu putih 625.000 Jati 25.000 Mahoni 10.000 Sengon 10.000 Munggur 10.000 Gmelina 5.000 Stek Jati 5.000 Jabon 2.500 Pule 2.500 Tanjung 5.000 Total 700.000

Sumber: BP3KP Wilayah Hutan Bunder

Kegiatan yang terdapat di BP3KP Wilayah Hutan Bunder, Kabupaten Gunungkidul selain untuk pembibitan juga pendidikan dan wisata khusus. Padahal ketersediaan SDM di

104 BP3KP hanya terdapat 4 PNS dan 3 tenaga kontrak yang mengurusi semua kegiatan baik itu pembibitan, kegiatan pendidikan, dan wisata khusus.

Kebun Pembibitan Hutan Jati

Permasalahan lain selain ketenagakerjaan yaitu mengenai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan persemaian masih bersifat manual artinya alat yang digunakan tergolong sederhana dan kebanyakan menggunakan tenaga manusia. Selain itu juga daya listrik yang digunakan tidak mampu mengangkat alat mesin pencacah sehingga penggunaan alat tidak optimal. Alat-alat lain yang menunjang persemaian BP3KP wilayah Imogiri, Gunungkidul yaitu diesel, jester, cangkul, sabit, dan spriyer. Namun untuk peralatan diesel jumlahnya masih sangat terbatas. Ketersediaan diesel di BP3KP wilayah Imogiri hanya 1 buah, padahal idealnya diesel yang dibutuhkan 4 buah untuk mencukupi kebutuhan persemaian bibit.Karena untuk awal persemaian dibutuhkan banyak air, sehingga diesel pada saat persemaian sangat dibuthkan. Kemudian oleh karena itu, pihak BP3KP wilayah Imogiri memanfaatkan sumber air sungai oyo dan air sendang moyo yang ditampung ke bak-bak penampungan.

105 Hutan Jati

Tebangan Kayu Jati

Untuk pendistribusiannya menggunakan alat angkut viar (tiga roda) yang merupakan inventaris kantor. Biasanya bibit dipesan oleh orang luar, KPH, ataupun rekanan lain yang rata-rata merupakan pembeli dari Yogyakarta. Sedangkan bibit yang tidak laku diperbantukan untuk masyarakat dengan cara pembuatan proposal.

Permasalahan-permasalahan lain yang ada di kebun BP3KP wilayah Imogiri, Gunungkidul adalah dana cair biasanya terlambat pada bulan Februari-Maret padahal sudah mulai pembersihan lahan, musim buah (biji) terkait dengan tata waktu persemaian, dan hama dan gulma tanaman yang mengganggu persemaian. Di mana pada waktu persemaian gulma lebih cepat subur dibandingkan tanaman pokok yang diusahakan.

Untuk aspek keamanan, kebun BP3KP wilayah Imogiri Gunungkidul tergolong aman. Pada saat siang hari dijaga oleh perempauan dan pada saat malam hari dijaga oleh 2 orang yang tugasnya pengadaan sekam dan pupuk kandang. Selain itu juga melakukan kegiatan penyiangan dan pendangiran apabila tanaman di polibag, namun untuk membasmi gulma yang ada di jalan-jalan menggunakan herbisida.

Dokumen terkait