• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 89 Bantuan Hukum

(1) Bantuan Hukum diberikan oleh Perusahaan kepada karyawan dan

mantan karyawan sepanjang terkait dengan pelaksanaan tugas untuk kepentingan Perusahaan.

(2) Dalam hal karyawan diduga melakukan pelanggaran disiplin berat,

karyawan berhak didampingi oleh SEKARPURA II sejak pemeriksaan awal. Khusus untuk pemeriksaan oleh Tim Pertimbangan Kepegawaian, pendampingan oleh SEKARPURA II dilakukan pada saat proses pemeriksaan Tim Pertimbangan Kepegawaian.

(3) Karyawan dan Mantan Karyawan yang mendapat panggilan untuk

dilakukan pemeriksaan oleh Instansi yang berwenang, sepanjang terkait dengan pelaksanaan tugas, berhak mendapat bantuan hukum dari Perusahaan.

(4) Ketentuan mengenai teknis pendampingan dan bantuan hukum diatur

lebih lanjut dalam Keputusan Direksi.

Pasal 90

Hal-Hal Yang Mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja

(1) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan sesuai ketentuan dan

prosedur yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

(2) Pemutusan Hubungan Kerja dapat dilakukan karena:

a. Karyawan mencapai usia pensiun;

b. Karyawan meninggal dunia;

c. Karyawan dikenakan hukuman disiplin tingkat berat berupa

pemutusan hubungan kerja;

d. Karyawan tidak dapat menjalankan tugas karena menderita sakit

lebih dari 18 (delapan belas) bulan secara terus menerus, kecuali sakit karena kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

e. Karyawan dijatuhi hukuman pidana;

f. Karyawan mengajukan permohonan mengundurkan diri;

PKB AP II - SP II 2014-2015

Page 67 of 79

PKB AP II – SP II Page 66 of 79

2014-2015

(6) Karyawan yang dikenakan tindakan sela tidak dapat mengajukan

keberatan. Dalam hal dikenakan tindakan sela berupa skorsing

(dirumahkan) maka kepada yang bersangkutan hanya diberikan gaji dasar, dalam hal gaji dasar lebih kecil dari UMP, maka diberikan sekurang-kurangnya sesuai UMP bandar udara setempat dan tidak diberikan insentif prestasi, serta tunjangan-tunjangan lain yang berkaitan dengan kehadiran dan kewenangannya.

(7) Jangka waktu tindakan sela untuk kepentingan sebagaimana tersebut

pada ayat (1) di atas adalah 200 (dua ratus) hari, kecuali untuk ayat (1)

huruf a jangka waktu tindakan sela dapat diperpanjang maksimal 400 (empat ratus) hari kerja atau sampai ada putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum tetap.

(8) Jangka waktu dan sanksi selama menjalani tindakan sela diperhitungkan

dengan masa penjatuhan sanksi hukuman, dalam hal hukuman disiplin tidak berupa PHK.

(9) Dalam hal karyawan yang bersangkutan tidak terbukti melakukan

kesalahan maka semua hak-hak karyawan direhabilitasi.

(10)Karyawan yang meninggal dunia pada waktu menjalani tindakan sela

dianggap telah selesai menjalani tindakan sela dan dinyatakan tidak bersalah serta diberikan hak-haknya pada posisi sebelum tindakan sela diberikan.

Pasal 88

Pengurangan Hukuman Disiplin

(1) Pengurangan hukuman disiplin tidak berlaku untuk hukuman disiplin

tingkat ringan dan sedang.

(2) Karyawan yang dikenai hukuman disiplin tingkat berat berupa pemutusan

hubungan kerja tidak dapat diberikan pengurangan hukuman disiplin.

(3) Direktur SDM & Umum dapat memberikan pengurangan hukuman disiplin

tingkat berat kecuali hukuman disiplin tingkat berat berupa pemutusan hubungan kerja.

(4) Sebelum memberikan pengurangan hukuman disiplin tingkat berat,

Direktur SDM & Umum terlebih dahulu mempertimbangkan dan meminta saran tertulis dari Tim Pertimbangan Kepegawaian dilengkapi cacatan Penilaian Kinerja Karyawan sekurang-kurangnya 1 (satu) periode penilaian terakhir sejak dijatuhi hukuman disiplin berat.

PKB AP II – SP II Page 67 of 79 2014-2015 BAB XII BANTUAN HUKUM Pasal 89 Bantuan Hukum

(1) Bantuan Hukum diberikan oleh Perusahaan kepada karyawan dan

mantan karyawan sepanjang terkait dengan pelaksanaan tugas untuk kepentingan Perusahaan.

(2) Dalam hal karyawan diduga melakukan pelanggaran disiplin berat,

karyawan berhak didampingi oleh SEKARPURA II sejak pemeriksaan awal. Khusus untuk pemeriksaan oleh Tim Pertimbangan Kepegawaian, pendampingan oleh SEKARPURA II dilakukan pada saat proses pemeriksaan Tim Pertimbangan Kepegawaian.

(3) Karyawan dan Mantan Karyawan yang mendapat panggilan untuk

dilakukan pemeriksaan oleh Instansi yang berwenang, sepanjang terkait dengan pelaksanaan tugas, berhak mendapat bantuan hukum dari Perusahaan.

(4) Ketentuan mengenai teknis pendampingan dan bantuan hukum diatur

lebih lanjut dalam Keputusan Direksi.

Pasal 90

Hal-Hal Yang Mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja

(1) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan sesuai ketentuan dan

prosedur yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

(2) Pemutusan Hubungan Kerja dapat dilakukan karena:

a. Karyawan mencapai usia pensiun;

b. Karyawan meninggal dunia;

c. Karyawan dikenakan hukuman disiplin tingkat berat berupa

pemutusan hubungan kerja;

d. Karyawan tidak dapat menjalankan tugas karena menderita sakit

lebih dari 18 (delapan belas) bulan secara terus menerus, kecuali sakit karena kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

e. Karyawan dijatuhi hukuman pidana;

f. Karyawan mengajukan permohonan mengundurkan diri;

PKB AP II - SP II 2014-2015

Page 68 of 79

PKB AP II – SP II Page 68 of 79

2014-2015

h. Restrukturisasi Perusahaan yang berakibat rasionalisasi;

i. Karyawan masa percobaan tidak memenuhi persyaratan untuk

diangkat sebagai karyawan;

j. Tidak melapor setelah menjalani cuti di luar tanggungan

Perusahaan.

(3) Pemutusan Hubungan Kerja karena karyawan mengajukan permohonan

mengundurkan diri harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a.Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;

b.Tidak terikat dalam ikatan dinas;dan

c. Tetap melaksanakan kewajibannnya sampai tanggal mengundurkan

diri.

(4) Tata cara PHK diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direksi.

Pasal 91 Rasionalisasi

(1)Rasionalisasi/pemutusan hubungan kerja dilakukan apabila Perusahaan

dengan segala daya upaya telah mengusahakan untuk tidak terjadi pemutusan hubungan kerja atau dengan memperbaiki kondisi Perusahaan dengan melakukan langkah-langkah efisiensi untuk menyelamatkan Perusahaan.

(2)Karyawan yang terkena rasionalisasi/pemutusan hubungan kerja diberikan

uang pesangon yang besarnya diatur berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan dengan SEKARPURA II.

(3)Uang pesangon adalah sejumlah uang yang diberikan sekaligus oleh

Perusahaan kepada karyawan, sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja karena rasionalisasi/restrukturisasi Perusahaan.

BAB XIII

PENYELESAIAN KELUH KESAH Pasal 92

Penyelesaian Keluh Kesah dan Pengaduan

(1) Masalah ketenagakerjaan diselesaikan dengan menjunjung tinggi azas

kekeluargaan dan prinsip-prinsip musyawarah mufakat, dengan memperhatikan kesetaraan kepentingan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dalam proses produksi, yaitu karyawan, Perusahaan dan pemerintah.

PKB AP II – SP II Page 69 of 79

2014-2015

(2) Apabila terjadi keluh kesah karyawan, maka sedapat mungkin

diselesaikan dengan seadil-adilnya secara musyawarah.

(3) Apabila terjadi perselisihan ketenagakerjaan yang tidak dapat

diselesaikan secara musyawarah, maka persoalan tersebut diselesaikan bersama-sama secara Bipartit.

Pasal 93

Tata Cara Penyampaian Keluh Kesah

(1) Setiap keluh kesah dan pengaduan karyawan yang menyangkut

pekerjaannya terlebih dahulu disampaikan dan diselesaikan oleh atasannya langsung.

(2) Jika permasalahan tersebut pada ayat (1) tidak terselesaikan maka

permasalahan tersebut dapat disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi.

(3) Apabila hal tersebut pada ayat (2) tidak mendapatkan penyelesaian

maka karyawan dapat meneruskan dan melimpahkannya kepada SEKARPURA II.

(4) Apabila setelah dirundingkan tidak menghasilkan kata mufakat, maka

perbedaan tersebut dapat dianggap sebagai perselisihan

ketenagakerjaan dan untuk penyelesaiannya mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Selama permasalahan belum terselesaikan maka kedua belah pihak

wajib menjaga supaya kegiatan operasional Perusahaan berlangsung dengan aman dan lancar.

BAB XIV

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pasal 94

Manajemen K3

(1) Perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap karyawan berhak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. Perlindungan atas Keselamatan Kerja;

b. Perlindungan atas Kesehatan kerja;

PKB AP II - SP II 2014-2015

Page 69 of 79

PKB AP II – SP II Page 68 of 79

2014-2015

h. Restrukturisasi Perusahaan yang berakibat rasionalisasi;

i. Karyawan masa percobaan tidak memenuhi persyaratan untuk

diangkat sebagai karyawan;

j. Tidak melapor setelah menjalani cuti di luar tanggungan

Perusahaan.

(3) Pemutusan Hubungan Kerja karena karyawan mengajukan permohonan

mengundurkan diri harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a.Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;

b.Tidak terikat dalam ikatan dinas;dan

c. Tetap melaksanakan kewajibannnya sampai tanggal mengundurkan

diri.

(4) Tata cara PHK diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direksi.

Pasal 91 Rasionalisasi

(1)Rasionalisasi/pemutusan hubungan kerja dilakukan apabila Perusahaan

dengan segala daya upaya telah mengusahakan untuk tidak terjadi pemutusan hubungan kerja atau dengan memperbaiki kondisi Perusahaan dengan melakukan langkah-langkah efisiensi untuk menyelamatkan Perusahaan.

(2)Karyawan yang terkena rasionalisasi/pemutusan hubungan kerja diberikan

uang pesangon yang besarnya diatur berdasarkan kesepakatan antara Perusahaan dengan SEKARPURA II.

(3)Uang pesangon adalah sejumlah uang yang diberikan sekaligus oleh

Perusahaan kepada karyawan, sebagai akibat adanya pemutusan hubungan kerja karena rasionalisasi/restrukturisasi Perusahaan.

BAB XIII

PENYELESAIAN KELUH KESAH Pasal 92

Penyelesaian Keluh Kesah dan Pengaduan

(1) Masalah ketenagakerjaan diselesaikan dengan menjunjung tinggi azas

kekeluargaan dan prinsip-prinsip musyawarah mufakat, dengan memperhatikan kesetaraan kepentingan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dalam proses produksi, yaitu karyawan, Perusahaan dan pemerintah.

PKB AP II – SP II Page 69 of 79

2014-2015

(2) Apabila terjadi keluh kesah karyawan, maka sedapat mungkin

diselesaikan dengan seadil-adilnya secara musyawarah.

(3) Apabila terjadi perselisihan ketenagakerjaan yang tidak dapat

diselesaikan secara musyawarah, maka persoalan tersebut diselesaikan bersama-sama secara Bipartit.

Pasal 93

Tata Cara Penyampaian Keluh Kesah

(1) Setiap keluh kesah dan pengaduan karyawan yang menyangkut

pekerjaannya terlebih dahulu disampaikan dan diselesaikan oleh atasannya langsung.

(2) Jika permasalahan tersebut pada ayat (1) tidak terselesaikan maka

permasalahan tersebut dapat disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi.

(3) Apabila hal tersebut pada ayat (2) tidak mendapatkan penyelesaian

maka karyawan dapat meneruskan dan melimpahkannya kepada SEKARPURA II.

(4) Apabila setelah dirundingkan tidak menghasilkan kata mufakat, maka

perbedaan tersebut dapat dianggap sebagai perselisihan

ketenagakerjaan dan untuk penyelesaiannya mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Selama permasalahan belum terselesaikan maka kedua belah pihak

wajib menjaga supaya kegiatan operasional Perusahaan berlangsung dengan aman dan lancar.

BAB XIV

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pasal 94

Manajemen K3

(1) Perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap karyawan berhak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. Perlindungan atas Keselamatan Kerja;

b. Perlindungan atas Kesehatan kerja;

PKB AP II - SP II 2014-2015 Page 70 of 79 PKB AP II – SP II Page 70 of 79 2014-2015 Pasal 95

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(1) Perusahaan wajib mengklasifikasikan lingkungan kerja berdasarkan

tingkat risiko kerja.

(2) Perusahaan wajib menyediakan perlengkapan perlindungan keselamatan

kerja sesuai dengan tingkat resiko kerja antara lain :

a.Pakaian kerja;

b.Alat pelindung diri;

c. Fasilitas keselamatan kerja sesuai dengan persyaratan lingkungan

kerja.

(3) Perusahaan wajib melakukan evaluasi kesehatan karyawan, fasilitas

keselamatan dan lingkungan kerja karyawan setiap sekurang-kurangnya

2 (dua) tahun sekali dan wajib menindaklanjuti hasil evaluasi, (kecuali untuk memenuhi persyaratan kerja).

(4) Perusahaan wajib menanggung risiko akibat dari kecelakaan dan

kesehatan kerja karyawan.

(5) Setiap karyawan wajib mematuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan

kerja dan segera melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui adanya berbagai hal yang dapat membahayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(6) Karyawan yang karena sifat tugas atau lingkungan kerja, wajib

memakai/menggunakan alat dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah disediakan oleh Perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku.

(7) Karyawan yang tidak mematuhi ketentuan sebagaimana ayat (5) dan

ayat (6) Pasal ini dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB XV

Dokumen terkait