• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 28 Cuti Bersama

(1) Perusahaan tidak wajib mengikuti penetapan jumlah hari cuti bersama

yang ditetapkan Pemerintah.

(2) Dalam hal Perusahaan melaksanakan cuti bersama maka Perusahaan

menetapkan sisa cuti tahunan minimal 6 hari kerja.

Pasal 29 Cuti Tahunan

(1) Pemberian cuti tahunan ditentukan sebagai berikut :

a. Untuk karyawan baru yang telah bekerja sekurang-kurangnya

1 (satu) tahun secara terus menerus terhitung sejak pengangkatan sebagai Karyawan Masa Percobaan, berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dan kepada yang bersangkutan diberikan tunjangan cuti.

PKB AP II – SP II Page 21 of 79

2014-2015

b. Karyawan Perusahaan yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS),

dapat diberikan cuti sejak yang bersangkutan bekerja di Perusahaan, namun tidak diberikan tunjangan cuti. Tunjangan cuti dapat diberikan pada saat yang bersangkutan menjalani cuti pada tahun anggaran berikutnya.

c. Karyawan Perusahaan setelah menjalani penugasan, dapat diberikan

cuti sejak yang bersangkutan bekerja kembali di Perusahaan sepanjang yang bersangkutan masih memiliki hak cuti di anak Perusahaan, dengan diberikan tunjangan cuti sesuai ketentuan.

(2) Pelaksanaan cuti sebagaimana tersebut pada ayat (1) dapat diambil

maksimal dalam 2 (dua) tahap.

(3) Selama menjalankan cuti tahunan penghasilan karyawan yang

bersangkutan tetap dibayarkan secara penuh sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Karyawan yang tidak menjalankan cuti tahunan sampai dengan akhir

tahun berjalan, maka cuti tahunan wajib dilaksanakan paling lambat bulan Januari tahun berikutnya dan tetap berhak atas tunjangan cuti.

(5) Cuti tahunan hanya diperhitungkan berdasarkan hari kerja administrasi.

(6) Tata cara pelaksanaan cuti tahunan untuk selanjutnya diatur dalam

Keputusan Direksi.

Pasal 30 Cuti Alasan Penting

Karyawan dapat memperoleh cuti alasan penting dalam hal:

a. Isteri atau suami atau anak atau orang tua atau mertua menderita sakit,

selama 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari kerja;

b. Isteri atau suami atau anak atau orangtua atau mertua menderita sakit

dan harus dirawat di rumah sakit, selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari kerja;

c. Isteri atau suami atau anak atau orangtua atau mertua atau saudara

kandung meninggal dunia, selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari kerja;

PKB AP II - SP II 2014-2015 Page 21 of 79 PKB AP II – SP II Page 20 of 79 2014-2015 Pasal 27

Perhitungan Upah Kerja Lembur

(1) Pengaturan perhitungan upah kerja lembur sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Apabila kerja lembur dilakukan pada hari libur nasional, maka cara

perhitungan sebagai berikut :

a. Untuk setiap jam dalam jangka waktu 1 - 8 jam dibayar upah sebesar

2 (dua) kali premi lembur per jam;

b. Untuk lembur jam ke 9 (sembilan) dibayar 3 (tiga) kali premi lembur

per jam;

c. Untuk lembur jam ke 10 (sepuluh) dan jam ke 11 (sebelas) atau lebih

dibayar 4 (empat) kali premi lembur per jam.

(3) Diberikan pengganti uang transportasi untuk karyawan administrasi dan

operasional yang bekerja pada hari liburnya.

(4) Upah kerja lembur sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut

dengan Keputusan Direksi.

BAB V CUTI KARYAWAN

Pasal 28 Cuti Bersama

(1) Perusahaan tidak wajib mengikuti penetapan jumlah hari cuti bersama

yang ditetapkan Pemerintah.

(2) Dalam hal Perusahaan melaksanakan cuti bersama maka Perusahaan

menetapkan sisa cuti tahunan minimal 6 hari kerja.

Pasal 29 Cuti Tahunan

(1) Pemberian cuti tahunan ditentukan sebagai berikut :

a. Untuk karyawan baru yang telah bekerja sekurang-kurangnya

1 (satu) tahun secara terus menerus terhitung sejak pengangkatan sebagai Karyawan Masa Percobaan, berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dan kepada yang bersangkutan diberikan tunjangan cuti.

PKB AP II – SP II Page 21 of 79

2014-2015

b. Karyawan Perusahaan yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS),

dapat diberikan cuti sejak yang bersangkutan bekerja di Perusahaan, namun tidak diberikan tunjangan cuti. Tunjangan cuti dapat diberikan pada saat yang bersangkutan menjalani cuti pada tahun anggaran berikutnya.

c. Karyawan Perusahaan setelah menjalani penugasan, dapat diberikan

cuti sejak yang bersangkutan bekerja kembali di Perusahaan sepanjang yang bersangkutan masih memiliki hak cuti di anak Perusahaan, dengan diberikan tunjangan cuti sesuai ketentuan.

(2) Pelaksanaan cuti sebagaimana tersebut pada ayat (1) dapat diambil

maksimal dalam 2 (dua) tahap.

(3) Selama menjalankan cuti tahunan penghasilan karyawan yang

bersangkutan tetap dibayarkan secara penuh sesuai ketentuan yang berlaku.

(4) Karyawan yang tidak menjalankan cuti tahunan sampai dengan akhir

tahun berjalan, maka cuti tahunan wajib dilaksanakan paling lambat bulan Januari tahun berikutnya dan tetap berhak atas tunjangan cuti.

(5) Cuti tahunan hanya diperhitungkan berdasarkan hari kerja administrasi.

(6) Tata cara pelaksanaan cuti tahunan untuk selanjutnya diatur dalam

Keputusan Direksi.

Pasal 30 Cuti Alasan Penting

Karyawan dapat memperoleh cuti alasan penting dalam hal:

a. Isteri atau suami atau anak atau orang tua atau mertua menderita sakit,

selama 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari kerja;

b. Isteri atau suami atau anak atau orangtua atau mertua menderita sakit

dan harus dirawat di rumah sakit, selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari kerja;

c. Isteri atau suami atau anak atau orangtua atau mertua atau saudara

kandung meninggal dunia, selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari kerja;

PKB AP II - SP II 2014-2015

Page 22 of 79

PKB AP II – SP II Page 22 of 79

2014-2015

d. Melaksanakan pernikahan, selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari

kerja;

e. Isteri melahirkan, selama 2 (dua) hari kerja;

f. Mendapat musibah atau bencana alam, selama 1 (satu) sampai dengan 5

(lima) hari kerja;

g. Menunaikan kewajiban agama (melaksanakan ibadah haji yang pertama/

ibadah bagi agama lain) memperoleh cuti selama 10 (sepuluh) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kalender;

h. Terdapat alasan penting lainnya yang telah mendapat persetujuan Direksi

atau Kepala Cabang, dapat diberikan cuti selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari kerja.

Pasal 31 Cuti Besar

(1) Karyawan yang telah bekerja di Perusahaan sekurang-kurangnya 6

(enam) tahun secara terus menerus berhak memperoleh cuti besar untuk masa paling lama 3 (tiga) bulan dan tidak berhak lagi atas cuti tahunan pada saat permohonan cuti besar yang bersangkutan disetujui oleh Perusahaan.

(2) Dalam hal cuti besar tidak dilaksanakan secara sekaligus maka cuti

besar tersebut dapat dilaksanakan pada tahun ke 7 (tujuh) dan ke 8 (delapan) masing-masing 1 (satu) bulan dan 2 (dua) bulan atau sebaliknya, dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam 2 (dua) tahun berjalan.

(3) Karyawan yang menjalani cuti besar sebagaimana tersebut pada ayat

(2) maka pemberian tunjangan cuti diberikan pada setiap tahun yang bersangkutan menjalani cuti besar.

(4) Pengajuan cuti besar selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa

kerja 6 (enam) tahun, sejak pelaksanaan cuti besar terakhir.

(5) Karyawan yang menjalankan cuti besar, tidak berhak mendapatkan

tunjangan cuti tahunan namun kepada yang bersangkutan diberikan uang kompensasi hak istirahat tahunan, yang besarannya sama dengan tunjangan cuti tahunan.

(6) Karyawan yang akan menggunakan hak cuti besar harus mengajukan

permohonan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya.

(7) Selama cuti besar karyawan berhak atas penghasilan, sesuai ketentuan

yang berlaku.

PKB AP II – SP II Page 23 of 79

2014-2015

Pasal 32

Cuti Bersalin, Gugur Kandungan, dan Haid

(1) Karyawan wanita berhak memperoleh cuti bersalin selama 3 (tiga)

bulan yaitu selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan.

(2) Karyawan wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak

memperoleh istirahat selama 45 (empat puluh lima) hari atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan yang disahkan oleh dokter Perusahaan.

(3) Selama menjalankan cuti bersalin, karyawan wanita yang bersangkutan

tetap mendapatkan penghasilan.

(4) Karyawan wanita yang waktu haid merasakan sakit dapat mengambil

cuti haid pada hari pertama dan kedua dengan pemberitahuan tertulis kepada atasan langsung.

Pasal 33 Cuti Sakit

(1) Karyawan yang menderita sakit sampai dengan 2 (dua) hari berhak

mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya secara tertulis.

(2) Karyawan yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan

14 (empat belas) hari berhak mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya dengan melampirkan surat keterangan dokter.

(3) Karyawan yang sakit lebih dari 14 (empat belas) hari kerja berhak

mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya dengan melampirkan surat keterangan dokter yang disahkan oleh dokter Perusahaan.

(4) Karyawan yang dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari mengajukan

cuti sakit lebih dari 3 (tiga) kali wajib memeriksakan diri kepada dokter Perusahaan.

PKB AP II - SP II 2014-2015

Page 23 of 79

PKB AP II – SP II Page 22 of 79

2014-2015

d. Melaksanakan pernikahan, selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari

kerja;

e. Isteri melahirkan, selama 2 (dua) hari kerja;

f. Mendapat musibah atau bencana alam, selama 1 (satu) sampai dengan 5

(lima) hari kerja;

g. Menunaikan kewajiban agama (melaksanakan ibadah haji yang pertama/

ibadah bagi agama lain) memperoleh cuti selama 10 (sepuluh) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kalender;

h. Terdapat alasan penting lainnya yang telah mendapat persetujuan Direksi

atau Kepala Cabang, dapat diberikan cuti selama 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) hari kerja.

Pasal 31 Cuti Besar

(1) Karyawan yang telah bekerja di Perusahaan sekurang-kurangnya 6

(enam) tahun secara terus menerus berhak memperoleh cuti besar untuk masa paling lama 3 (tiga) bulan dan tidak berhak lagi atas cuti tahunan pada saat permohonan cuti besar yang bersangkutan disetujui oleh Perusahaan.

(2) Dalam hal cuti besar tidak dilaksanakan secara sekaligus maka cuti

besar tersebut dapat dilaksanakan pada tahun ke 7 (tujuh) dan ke 8 (delapan) masing-masing 1 (satu) bulan dan 2 (dua) bulan atau sebaliknya, dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan tidak berhak lagi atas cuti tahunan dalam 2 (dua) tahun berjalan.

(3) Karyawan yang menjalani cuti besar sebagaimana tersebut pada ayat

(2) maka pemberian tunjangan cuti diberikan pada setiap tahun yang bersangkutan menjalani cuti besar.

(4) Pengajuan cuti besar selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa

kerja 6 (enam) tahun, sejak pelaksanaan cuti besar terakhir.

(5) Karyawan yang menjalankan cuti besar, tidak berhak mendapatkan

tunjangan cuti tahunan namun kepada yang bersangkutan diberikan uang kompensasi hak istirahat tahunan, yang besarannya sama dengan tunjangan cuti tahunan.

(6) Karyawan yang akan menggunakan hak cuti besar harus mengajukan

permohonan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelumnya.

(7) Selama cuti besar karyawan berhak atas penghasilan, sesuai ketentuan

yang berlaku.

PKB AP II – SP II Page 23 of 79

2014-2015

Pasal 32

Cuti Bersalin, Gugur Kandungan, dan Haid

(1) Karyawan wanita berhak memperoleh cuti bersalin selama 3 (tiga)

bulan yaitu selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan.

(2) Karyawan wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak

memperoleh istirahat selama 45 (empat puluh lima) hari atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan yang disahkan oleh dokter Perusahaan.

(3) Selama menjalankan cuti bersalin, karyawan wanita yang bersangkutan

tetap mendapatkan penghasilan.

(4) Karyawan wanita yang waktu haid merasakan sakit dapat mengambil

cuti haid pada hari pertama dan kedua dengan pemberitahuan tertulis kepada atasan langsung.

Pasal 33 Cuti Sakit

(1) Karyawan yang menderita sakit sampai dengan 2 (dua) hari berhak

mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya secara tertulis.

(2) Karyawan yang menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan

14 (empat belas) hari berhak mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya dengan melampirkan surat keterangan dokter.

(3) Karyawan yang sakit lebih dari 14 (empat belas) hari kerja berhak

mendapatkan cuti sakit dengan ketentuan karyawan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasannya dengan melampirkan surat keterangan dokter yang disahkan oleh dokter Perusahaan.

(4) Karyawan yang dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari mengajukan

cuti sakit lebih dari 3 (tiga) kali wajib memeriksakan diri kepada dokter Perusahaan.

PKB AP II - SP II 2014-2015

Page 24 of 79

PKB AP II – SP II Page 24 of 79

2014-2015

(6) Apabila setelah jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang bersangkutan

masih belum dapat bekerja kembali, maka diadakan pengujian kesehatan oleh majelis penguji kesehatan yang ditunjuk oleh dokter Perusahaan dan apabila hasil uji kesehatan dinyatakan belum dapat bekerja kembali, cuti sakit dapat diperpanjang untuk paling lama 6 (enam) bulan.

(7) Apabila setelah jangka waktu 18 (delapan belas) bulan yang

bersangkutan belum dapat bekerja kembali, maka diadakan pengujian kesehatan kembali oleh majelis penguji kesehatan yang ditunjuk oleh dokter Perusahaan. Apabila dari hasil uji kesehatan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak dapat bekerja maka yang bersangkutan diberhentikan sebagai karyawan.

Pasal 34

Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan

(1) Karyawan yang mengajukan permohonan cuti di luar tanggungan Perusahaan dapat dipenuhi apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus

menerus;

b. Mengajukan permohonan tertulis disertai alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan antara lain meliputi:

1) Melaksanakan tugas negara;

2) Mendampingi anggota keluarga yang sakit atau mendampingi

suami atau istri menjalankan tugas negara;

3) Penyelesaian studi karyawan yang bersangkutan;

4) Menyelesaikan urusan keluarga yang tersangkut masalah

pengadilan;

5) Kepentingan-kepentingan lain yang perlu, setelah mendapat

pertimbangan Direksi.

(2) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Perusahaan, maka:

a. Karyawan yang bersangkutan tidak menerima penghasilan dari

Perusahaan kecuali menjalankan tugas negara bukan atas permintaan sendiri;

b. Iuran asuransi (Jamsostek/BPJS Ketenagakerjaan, dana pensiun,

THT) dan iuran Perusahaan menjadi tanggungjawab karyawan yang bersangkutan, pelaksanaannya dibayar terlebih dahulu oleh Perusahaan dan diperhitungkan sebagai utang karyawan terhadap Perusahaan.

PKB AP II – SP II Page 25 of 79

2014-2015

(3) Karyawan yang menjalankan cuti di luar tanggungan Perusahaan karena menjalankan tugas negara bukan atas permintaan sendiri tetap diperhitungkan sebagai masa kerja dan menerima penghasilan dari Perusahaan dengan ketentuan:

a. Negara tidak melakukan pembayaran atau;

b. Apabila negara membayar kurang dari penghasilan terakhir, Perusahaan wajib membayar selisih kekurangannya.

(4) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Perusahaan, karyawan yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya.

(5) Cuti di luar tanggungan Perusahaan diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun dengan tetap memperhatikan ketentuan ayat (6) pasal ini. (6) Karyawan yang tidak melapor diri kepada Perusahaan setelah

menjalankan cuti di luar tanggungan Perusahaan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya cuti di luar tanggungan Perusahaan, diberhentikan dengan hormat sebagai karyawan.

(7) Setelah menjalankan cuti di luar tanggungan Perusahaan maka:

a. Bagi karyawan yang menjalankan cuti di luar tanggungan Perusahaan karena menjalankan tugas negara bukan atas permintaan sendiri maka penempatan kembali karyawan setelah tidak menjalankan tugas negara, sesuai dengan kelas jabatan terakhir (sebagai masa transisi) sampai dengan tersedianya formasi atau penugasan di luar Perusahaan.

b. Bagi karyawan yang menjalankan cuti diluar tanggungan Perusahaan atas permintaan sendiri:

1) Apabila ada formasi dapat ditempatkan kembali pada jabatan

Perusahaan;

2) Apabila tidak ada formasi maka karyawan yang bersangkutan

diberhentikan dengan hormat sebagai karyawan dengan mendapatkan kompensasi sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB VI

Dokumen terkait