• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BARANG BUKTI DAN

5. Barang Bukti yang Dapat Diterima Dipengadilan

Hal yang ini tidak kalah penting dalam sebuah pembuktian bagaimana barang bukti dapat diterima oleh pengadilan sebagai alat bukti. Sesuai dengan Pasal 184 KUHAP, dan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat petunjuk dan keterangan terdakwa, dimana alat bukti tersebut kemudian diperluas dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE) yang menjelaskan bahwa informasi elektronik, dokumen elektronik atau hasil cetakan yang merupakan alat bukti hukum yang sah.106

Dalam prakteknya terkadang sebuah alat bukti gagal untuk membuat perkara yang sedang disidangkan dikarenakan kegagalan penyidik dan penyelidik dalam proses pengambilan dan pengelolaan barang yang akan dijadikan alat bukti di pengadilan. Yang memperburuk keadaan ini karena terkadang, seorang penyidik merasa cukup puas apabila berkas perkarannya sudah diterima oleh

106 Republik Indonesia, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik, pasal 5.

penuntut umum, tanpa memperdulikan kualitas analisa dan pengolaan barang bukti yang ada.

Menjaga kualitas dan admisibilitas barang bukti, meskipun dianggap sepele, sangat penting untuk dapat dilakukan, barang bukti memiliki dua sifat yang sangat bertolak belakang, memperkuat perkara atau bahkan melemahkan perkara yang dipersangkakan.

Dalam dunia peradilan di Indonesia, dikenal dengan istilah dua alat bukti yang sah guna membentuk keyakinan hakim dalam mengambil sebuah keputusan.107 Sehubungan dengan hal tersebut, penting bagi seorang penyidik untuk memahami aturan dan protokol pengambilan alat bukti sesuai dengan hukum acara yang berlaku di yuridiksi dari penyidik maupun penyelidik agar memenuhi beberapa persyaratan yang secara teori dijelaskan sebagai berikut:

1. Dapat diterima di pengadilan (admissible) 2. Orisinalitasnya terjaga (authentic)

3. Dapat membantu menjelaskan sebuah perkara secara lengkap (complete) 4. Prosedur pengambilan, dan pengelolaan barang bukti dapat diuji dan

dipertanggung jawabkan nantinya (reliable)

5. Alat bukti tersebut disajikan dengan baik dan dapat dimengerti seluruh pihak yang mengikuti persidangan (believable).108

Teori diatas, dapat diaplikasikan secara general di yuridiksi manapun, itu tinggal bagaimana kecermatan, keterampilan dan ilmu pengetahuan seorang

107 Republik Indonesia, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik, pasal 183.

108 Scott M Giordano, “Electronic Evidence and the Law”, Information systems frontiers, (Netherlands, 2004) 161

penyidik maupun penyelidik yang akan menentukan kualitas sebuah barang bukti yang digunakan untuk menuntaskan sebuah perkara.

B. Putusan Majelis Hakim Tentang Tindak Pidana Pencurian PUTUSAN

Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Bukittinggi yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa:

1. Nama lenngkap : RUSDI REZKI RAMADHAN Pgl MADI Alias DIDI;

2. Tempat lahir : Bukittinggi

3. Umur atau tgl lahir : 25 Tahun / 26 Februari 1994 4. Jenis kelamin : Laki-laki

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Tempat tinggal : Jalan Kinantan Kel. Puhun Piintu Kabun Kec.

MKS Kota Bukitinggi

7. Agama : Islam

8. Pekerjaan : Berkebun

Terdakwa ditangkap pada tanggal 24 Juli 2019 ; Terdakwa ditahan dalam tahanan rutan oleh;

1. Penyidik sejak tanggal 25 Juli 2019 samapai dengan tanggal 13 Agustus 2019

2. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 14 Agustus 2019 sampai dengan tanggal 22 September 2019

3. Penuntut Umum sejak tanggal 19 September 2019 dengan tanggal 8 Oktober 2019

4. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 3 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 1 November 2019

5. Hakim pengadilan Negeri Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 2 November 2019 sampai dengan tanggal 31 Desember 2019

Terdakwa menghadap sendiri di persidangan tanpa didampingi Penasihat Hukum meskipun kepadanya telah dijelaskan tentang haknya untuk didampingi Penasihat Hukum ;

Pengadilan Negeri tersebut ; Setelah membaca:

- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bukittinggi Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt tanggal 3 Oktober 2019 tentang penunjukan Majelis Hakim;

- Penetepan Majelis Hakim Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt tanggal 3 Oktober 2019 tentang penetapan hari sidang;

- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;

Setelah mendengar keterangan saksi-saksi, dan Terdakwa serta memperhatikan barang bukti yang diajukan di persidangan;

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa RUSDI REZKI RAMADHAN Pgl MADI Alias DIDI bersalah melakukan Tindak Pidana

―mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagaian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, yang didahului, disertai dan diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lain, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri, dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu‖,, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365 Ayat (1) ke-2 KUHP dalam surat dakwaan Alternatif kesatu;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 2 (Dua) tahun dan 6 (Enam) bulan dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahana sementara dan dengan perintah terdakwa tetap ditahan;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

a. 1 (Satu) unit handphone Merek EXIAOMI NOTE 5 warna hitam ; Dikembalikan kepada saksi RISWATI Selaku pemiliknya

b. 1 (satu) unit sepeda motor YAMAHA JUPITER MX warna silver (perak) No Pol. BA 5499 LQ beserta STNK atas nama YUNAIDI; Dirampas untuk negara

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah)

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi sebagai berikut:

1. Saksi Riswati panggilan Ris;

2. Saksi Carpio Testi panggil Rio;

3. Saksi Taufik Rahman panggil Taufik.

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa;

Keadaan yang memberatkan:

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;

- Perbuatan Terdakwa dapat membahayakan keselamatan korban;

Keadaan yang meringankan;

- Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya;

- Terdakwa mempunyai gangguan keluarga;

MENGADILI :

1. Menyatakan Terdakwa RUSDI RESKI RAMADHAN panggilan MADI alias DIDI terbuki secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ―PENCURIAN DENGAN

KEKERASAN‖ sebagaimana dalam dekwaan alternatif ke satu

;

2. Menjatuhkan pidana oleh karna itu kepada Terdakwa tersebut dengan penjara selama 1 (satu) tahun dan 10 (sepuluh) bulan 3. Menetapkan pidana penjara tersebut dikurangi dengan masa

penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa ; 4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan ;

5. Menetapkan barang bukti yang disita berupa :

 1 (Satu) unit handphone Merek EXIAOMI NOTE 5 warna hitam ; Dikembalikan kepada saksi RISWATI Selaku pemiliknya ;

 1 (satu) unit sepeda motor YAMAHA JUPITER MX warna silver (perak) No Pol. BA 5499 LQ beserta STNK atas nama YUNAIDI; Dirampas untuk negara ;

6. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah)

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bukittinggi, pada hari Senin tanggal 4 Nopember 2019 oleh kami, HARSOPO RESTU WIDODO, S.H., sebagai Hakim Ketua, MUNAWWAR HAMIDI, S.H. masing-masing sebagai Hakim Anggota, selanjutnya putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 5 Nopember 2019 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh H.SUPARDI, SH, Panitera Pengganti pada

Pengadilan Negeri Bukittinggi, serta dihadiri oleh ZULHELDA, S.H., Penuntut Umum dari Kejaksaan Negeri Bukittinggi dan Terdakwa yang menghadap sendiri.

Hakim Anggota Hakim Ketua,

MUNAWAR HAMIDI,S.H. HAPSORO RESTU WIDODO, S.H.

DEWI YANTI, S.H.

Panitera Penggganti,

H.SUPARDI,S.H

BAB IV

ANALISIS TERHADAP BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN

A. Konsep Barang Bukti Hasil Tindak Pidana Pencurian yang Dirampas oleh Negara Menurut Hukum Positif.

1. Kedudukan Barang Bukti dalam Proses Persidangan

Mengenai kedudukan barang bukti, di dalam KUHAP tidak ada penjelasan secara tersurat atau eksplisit, namun apabila hal tersebut dihubungkan dengan Pasal-Pasal lain di KUHAP, namun barang bukti memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pembuktian. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai kedudukan barang bukti yang paling penting perlu mengetahui perbedaan barang bukti dengan alat bukti.

Dilihat dari perumusan Pasal 1 butir 16 dan beberapa Pasal di KUHAP sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa benda sitaan yang memiliki status sebagai barang bukti akan berfungsi untuk pembuktian dipersidangan nantinya. Namun apabila dikaitkan dengan keberadaan alat-alat bukti yang sah sebagimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP, maka dapat diketahui dengan jelas bahwa barang bukti tidak termasuk sebagai alat bukti yang sah. Oleh karena itu barang bukti bukan merupakan alat bukti yang sah atau tidak sama dengan alat bukti yang sah meskipun sama-sama memiliki fungsi dalam upaya pembuktian.

Misalnya dalam sebuah perkara pencurian apabila benda sitaan atau barang bukti dari hasil kejahatan yang berupa handpone, uang, cincin,gelang dan

kalung di ajukan dalam sidang pengadilan maka sesuai dengan Pasal 181 KUHAP, hakim ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa segala barang bukti dan menanyakan kepada terdakwa apakah iya mengenal barang bukti itu atau tidak. Jika perlu barang bukti itu di perlihatkan juga oleh hakim ketua sidang kepada saksi. Apabila atas pertanyaan hakim ketua sidang, terdakwa dan saksi memberikan keterangan bahwa mereka mengenal barang bukti tersebut yang disertai dengan penjelasan yang berkaitan dengan barang bukti tersebut maka akan berubah menjadi keterangan saksi (Pasal 184 Ayat (1) huruf a) dan keterangan terdakwa (Pasal 184 Ayat (1) huruf (e).109 Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa barang bukti secara yuridis formal tidak termasuk sebagai alat bukti yang sah, namum dalam suatu proses praktik hukum atau praktik keadilan, barang bukti dapat berubah dan berfungsi sebagai alat bukti yang sah, tergantung pada siapa keterangan tersebut dimintakan.110

Jika mempelajari tentang keseluhan Pasal-Pasal dalam KUHAP, barang bukti memiliki kedudukan yang sangan penting, tidak hanya sebagai tambahan dari alat bukti yang sah melainkan juga memperkut keyakinan hakim dalam memutus suatu perkara. Pilihan dalam putusan pemidanaan yang diatur dalam Pasal 197 Ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k dan l Pasal ini mengkibatkan putusan batal demi hukum.

Dari rumusan Pasal diatas, menjelaskan bahwa selain dari benda yang disita ada yang tidak termasuk alat pembuktian, artinya ada pula benda yang disita

109Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum pembuktian dalam Perkara pidana, (Bandung.

Mandar Maju. 2003), hal.34

110Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum pembuktian dalam Perkara pidana,(...),hal.34

yang termasuk alat pembuktian. Pada Pasal ini istilah benda yang disita merupakan barang bukti.

Setelah menganalisa beberapa Pasal-Pasal dalam KUHAP terkait dengan pembuktian, memperjelas pentingnya kedudukan barang bukti dalam proses peradilan pidana,bahwa barang bukti tidak saja berfungsi sebagai tambahan alat bukti yang sah, serta untuk menyakinkan hakim sema, tetapi juga dalam hal putusan apabila tidak ada barang bukti yang dihadirkan meskipun sudah terpenuhinya syarat pembuktian dalam sidang putusan hakim bisa batal demi hukum.

2. Analisi Pertimbangan Hukum oleh Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt

Berdasarkan kasus yang telah disebutkan sebelumnya, dapat dilihat bahwa terdakwa dengan temannya telah melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan sebagaimana telah diatur pada Pasal 365 Ayat (2) ke-1 dan ke-2 KUHPidana. Pertimbangan hakim dalam pemberian hukuman pidana, berkaitan erat dengan masalah menjatuhkan sanksi pidana yang diancam terhadap tindak pidana dengan pidana yang telah dilakukan.

Dari posisi kasus tersebut dapat dilihat bahwa saat melakukan tindak pidana, terdakwa melakukannya pada saat sore hari dengan menggunakan sepeda motor dengan memepetkan sepeda motornya kepada sepeda motor korban dan kemudian terdakwa mengambil handphone milik korban dan melarikan diri.

Sebelum menjatuhkan putusan hakim mempertimbangkan mengenai alat bukti dan barang bukti yang digunakan dalam persidangan, sebagaimana

tercantum dalam Pasal 183 KUHAP yang isinya sebagai berikut: ―hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya ada dua barang bukti yang sah dan memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi‖.111

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dasar pertimbangan hukum majelis hakim Pengadilan Negeri Bukittinggi dalam menjatuhkan putusan pidana pada perkara Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt, adalah:

a. Pembuktian berdasarkan alat-alat bukti yang atur dalam Pasal 183 KUHAP yang merumuskan ada 5 (lima) alat bukti yang sah menurut Undang-undang yaitu:112

1. Keterangan saksi;

2. Keterangan ahli;

3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa.

b. Adanya hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa

Menurut ketentuan Pasal 183 KUHAP, untuk menjatuhkan pidana terhadap seseorang diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, menurut ketentuan Pasal 1 butir 26 KUHAP dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna untuk

111Undang-undang No. 8 tahun 1981, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 183

112Undang-undang No. 8 tahun 1981, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 184

kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang dia dengar sendiri, lihat sendiri, dan alami sendiri.

Berdasarkan hasil dari putusan perkara Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt, saksi-saksi yang dihadirkan oleh jaksa penuntut umum guna memberikan keterangan disidang pengadilan, saksi-saksinya yaitu:113

a) Saksi Riswati sebagai korban

b) Saksi Carpio Testi sebagai teman korban c) Saksi Taufik Rahman sebagai terdakwa

Dengan semua keterangan saksi diatas terdakwa telah membenarkannya.

Serta dalam ketentuan Pasal 184 Ayat (1) KUHAP barang bukti dikatakan sah apabila memiliki keterkaitan terhadap tindak pidana yang sedang diproses di pengadilan, ketika para saksi dan terdakwa dapat mengenali dan memberikan keterangan maka barang bukti tersebut dianggap atau sudah layak. Dan menetapkan barang bukti berupa:114

a) 1 (satu) unit handphone merek Xiomi Note 5 warna hitam

b) 1 (satu) unit sepeda motor merek Yamaha Jupiter MX warn silver (perak) No Pol. BA 5499 LQ beserta STNK atas nama Yunaidi

Menurut Pasal 189 Ayat (1) KUHAP dirumuskan tentang pengertian terdakwa yaitu ―keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan dalam sidang pengadilan tentang perbuatan yang telah di lakukan, di ketahui, dan alami sendiri.115 Berdasarkan hasil penelitian yang penulis teliti pada putusan perkara Nomor 126/Pid.B/2019/PN Bkt, dapat dikemukakan bahwa keterangan terdakwa

113Putusan Mahkamah Agung RI, Pengadilan Negeri Bukittinggi, (Bukittinggi, 2019)

114Putusan Mahkamah Agung RI, Pengadilan Negeri Bukittinggi, (...)

115Pasal 189 ayat (1) KUHAP

itu sama halnya dengan pengakuan terdakwa. Pengakuan yang dimaksud adalah ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa yang dalam perkara ini Rusdi Rezki Ramadhan pgl Madi alias Didi.

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa;

Keadaan yang memberatkan:

a. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;

b. Perbuatan Terdakwa dapat membahayakan keselamatan korban;

Keadaan yang meringankan;

a. Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya;

b. Terdakwa mempunyai gangguan keluarga;

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa dalam hal pemeriksaan alat bukti, maka pertimbangan hukum dari hakim telah sesuai dengan ketentuan Pasal 184 Ayat (1) KUHAP, dengan demikian dapat mengungkap fakta-fakta hukum yang telah terbukti kebenarannya secara sah.

Putusan hakim pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari perbincangan tentang keaadilan, kemanusiaan, dan kepastian hukum. Keadilan pada hakikatnya memberikan perlindungan atas hak dan mengarahkan kepada kewajiban sehingga tidak akan terjadi ketimpangan anata hak dan kewajiban di dalam masyarakat.

Apabila ketiga unsur tersebut diterapkan sepenuhnya dalam suatu putusan hakim maka dengan sendirinya putusan hakim yang dibuat tidak akan melanggar dan menyalahi kepentingan siapapun.

Setelah putusan itu diputus hakim dengan segala pertimbangannya dan terdakwa juga mengakui bahwa benar ia telah melakukan tindak pidana dan:

a) Menyatakan terdakwa Rusdi Rezki Ramadhan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakuakan tindak pidana ―Pencurian dengan Kekerasan‖ sebagaimana dalam dakwaan alternatif ke satu, dan menetapkan terdakwa dengan hukuman pidana penjara selama 1 (satu) tahun 10 (sepuluh) bulan, dan menetapkan barang bukti yang disita berupa:

b) 1 (satu) handphone Merek Xiomi Note 5 warna hitam dikembalikan kepada saksi Riswati atau korban, karena sesuai dengan Pasal 46 KUHAP Ayat (1) yang berbunyi:116

“Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan”.

c) 1 (satu) unit sepeda motor merek Yamaha Jupiter MX warna silver (perak) No Pol. BA 5499 LQ beserta STNK atas nama Yunaidi, dirampas untuk negara,sesuai dengan Pasal 39 KUHP yaitu:117

“Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau yang sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dapat dirampas oleh negara”

116Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 46

117Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 39

B. Barang Bukti Hasil Tindak Pidana Pencurian yang Dirampas oleh Negara Menurut Hukum Islam.

1. Benda Sitaan atau Rampasan sebagai Barang Bukti Menurut Hukum Islam

Sebagai upaya mencari suatu kebenaran tentang suatu tindak pidana, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Ada dua kemungkinan yang dilakukan dalam memutuskan perkara di pengadilan; yaitu dengan cara persaksian atau dengan jalan bukti-bukti dalam bentuk benda. Kedua cara ini kedudukannya sama.118 Hal ini juga ditegaskan oleh ulama fiqh, bahwa ―pemutusan dengan bukti-bukti adalah seperti pemutusan dengan persaksian.‖119

Membuktikan suatu perkara, artinya mengajukan alasan dan memberikan dalil atau bukti sampai kepada batas yang meyakinkan. Meyakinkan disini maksudnya adalah apa yang menjadi ketetapan atau keputusan atas dasar penelitian dan dalil-dalil.

Dalam Islam, Pembuktian dikenal dengan istilah ―al-bayyinah‖ yang artinya sesuatu yang menjelaskan.120 Secara etimologi berarti keterangan, yaitu segala sesuatu yang dapat menjelaskan tentang hal (benar). Dalam istilah teknis, berarti alat-alat bukti dalam sidang pengadilan. Ulama fiqih membahas barang bukti dalam persoalan pengadilan dengan segala perangkatnya. Dalam fiqih, barang bukti disebut juga at-turuq al-isbat. 121

118Shabhi Mahmashshani 1981 hal 238

119Shabhi Mahmashshani 1981 hal 238

120Sulaikhan Lubis, Hukum Acara perdata Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2005), hal 135.

121Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Icthtiar Baru Van Hoeve, 1996), hal 207.

Al-bayyinah didefenisikan oleh ulama fiqih sesuai dengan pengertian etimologisnya. Jumhur ulama mengartikan al-bayyinah secara sempit,yaitu sama dengan kesaksian. Namun, menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, tokoh fiqih mazhab Hambali, al-bayyinah mengandung pengertian yang lebih luas dari pengertian jumhur ulama tersebut, menurutnya kesaksian hanya salah satu dari jenis al-bayyinah yang dapat digunakan untuk mendukung dakwaan dari sesorang.

Al-bayyinah didefenisikan oleh Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah sebagai ―segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan mana yang hak (benar) didepan majelis hakim, baik berupa keterangan, saksi dan berbagai indikasi yang dapat dijadikan pedoman oleh mejelis hakim untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya‖.122

Secara terminologis, pembuktian dapat diartikan memberikan keterangan dengan dalil sehingga dapat meyakinkan majelis hakim. Beberapa pakar hukum di Indonesia memberikan berbagai macam pengertian mengenai pembuktian. Prof.

Dr. Supomo menyebutkan dalam bukunya Hukum Acara Pengadilan Negeri menerangkan bahwa pembuktian mempunyai pengertian dalam ari luas dan sempit. Dalam arti luas, pembuktian berarti memperkuat kesimpulan dengan syarat-syarat bukti yang sah, sedangkan dalam arti sempit pembuktian itu hanya diperlukan apabila tuduhan itu dibantah oleh terdakwa.123

Secara umum barang merupakan sesuatu yang dapat menjelaskan dan mengungkapkan kebenaran. Al-Qur‘an menyebutkan pembuktian tidak hanya

122Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (...), hal 207.

123Sulaikhan Lubis, Hukum Acara perdata, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal 136.

dalam arti dua orang saksi. Akan tetapi, juga dengan keterangan, dalil, dan alasan baik secara sendiri-sendiri maupun secara kumulasi.124

Rasulullah SAW menjelaskan pembebanan pembuktian ini sebagai berikut:125

)ركوا هم ىلع يىيميلاو يع دملا ىلع ةىيبلا( حيحص داىساب ىقهيبللاو

Artinya: “Dan dari Baihakqi dengan isnat sahih. Bukti (diwajibkan) atas terdakwa, dan sumpah diwajibkan atas yang ingkar”.

Konsep tersebut dimaksudkan, bahwa untuk mendapatkan hukuman yang sesuai dengan petitum gugatannya, seorang penggugat harus mengemukakaan bukti-bukti yang membenarkan dalil-dalil atas gugatannya. Bukti-bukti lain selain adanya dua orang saksi kadang barang bukti memiliki nilai kekuatan pembuktian yang lebih dari pada saksi. Hal ini karena adanya petunjuk keadaan yang seolah-olah berbicara atas dirinya sendiri yang membuktikan kebenaran dakwaannya.126

Pada dasarnya suatu perkara pidana yang sampai didepan persidangan pengadilan dimulai dari adanya suatu pelanggaran atau perbuatan yang dilakukan seseorang, karena antara pihak yang melanggar dan pihak yang dirugikan tidak dapat menyelesaikan perkaranya dengan baik-baik melalui jalan perdamaian secara pribadi, maka sesuai dengan prinsip negara kita yaitu negara hukum, maka

124Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Hukum Acara Peradilan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal 15.

125Ibnu Hajr al-‗Asqalani, Bulug al-Maram, Terjemah A Hassan, Bulug al-Maram, (Bangil: CV Pustaka Tamaam, 1991), hal 756.

126Basiq Djalil, Peradilan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), hal 39.

cara penyelesaiannya hanya dapat dilakukan melalui saluran hukum yaitu melalui instusi yang bernama pengadilan.127

Mengenai dasar hukum kewajiban dan adanya perintah pembuktian terdapat pada surat Al-Baqarah Ayat 282 yang berbunyi: 128

….

Artinya: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu).

Jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil” (Q.S Al-Baqarah Ayat 282)

Maka dari Ayat diatas dapat dipahami bahwa barang siapa yang mengajukan dakwaan maka harus mampu membuktikan dengan menyertakan alat bukti yang mampu mendukungnya. Dalam hukum acara pidana bahwa untuk membuktikan seorang terdakwa bersalah harus dibuktikan dengan barang bukti yang kuat. Hal tersebut sebagai mana kaidah kulliyyah yang menyatakan sebagai berikut:129

ىفاىلا ىلع ن ىكت ادبا هيميلا

Artinya: ―Bukti adalah untuk menetapkan yang berbeda dengan keadaan dhahir dan sumpah

Artinya: ―Bukti adalah untuk menetapkan yang berbeda dengan keadaan dhahir dan sumpah

Dokumen terkait