• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Di dalam perbuatan pidana haruslah terdapat unsur-unsur lahiriah yang salah dan melawan hukum yang diancam pidana serta dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab sehingga itu dapat di katakan sebagai perbuatan pidana. Perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:34

a. Adanya perbuatan manusia atas kewajiban hukum atau keharusan untuk berbuat, bersumber atas 3 hal yaitu:

1. Undang-Undang 2. Perjanjian 3. Jabatan

b. Perbuatan tersebut diancam dengan pidana oleh Undang-Undang

c. Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab d. Perbuatan tersebut terjadi karena kesalahan pelaku

Berdasarkan rumusan, maka delik (Starfbaar feit) memuat beberapa unsur, di antaranya:35

a. Suatu perbuatan manusia

b. Perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan.

R. Tresna memiliki pandangan lain dalam hal unsur-unsur tindak pidana, diantaranya:36

34Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Diadit Media, 2007), hal 25-26.

35Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Press, 2018), hal 48.

a. Perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia

b. Yang bertentangan dengan peraturan peraturan Perundang-Undangan c. Diadakan tindakan penghukuman

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juga secara umum menjabarkan unsur-unsur dasar dalam tindak pidana dapat dibagi menjadi dua, diantaranya:37

a. Unsur-unsur subjektif, yaitu unsur yang melekat pada diri pelaku atau yang berhubungan dengan diri pelaku. Termasuk didalamnya, segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya. Unsur subjektif dari suatu tindak pidana, antara lain:

1. Kesengajaan atau ketidak sengajaan (dolus atau culpa)

2. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau poging, seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 Ayat (1) KUHP;

―Mencoba melakukan kejahatan dipidana , jika niat untuk itu telah ternyata adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri”

3. Macam-macam maksud atau Oogmerk seperti yang terdapat misalnya didalam kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain.

4. Merencanakan terlebih dahulu atau Voorbedachte Raad seperti misalnya yang terdapat dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;

36 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal 79-80.

37Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (PT: Citra Aditiya Bakti, 2011), hal 193-194.

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”

5. Perasaan takut atau Vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP;

―Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimun pidana tersebut dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi separuh”

b. Unsur-unsur objektif, adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu didalam keadaan mana dari pelaku harus dilakukan.

Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah;38 1. Sifat melanggar hukum

2. Kualitas dari pelaku, misalnya saja ―Keadaan sebagai pegawai negeri‖ di dalam kejahatan jabatan Pasal 415 KUHP atau ―Keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu persero terbatas‖ di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP

3. Kualitas yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu kenyataan akibat.

38 Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, (PT: Citra Aditiya Bakti, 2011), hal 193-194.

Sedangkan menurut E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi bahwa tindak pidana tersebut mempunyai lima unsur yaitu:39

a. Subjek b. Kesalahan

c. Bersifat melawan hukum dari suatu tindakan

d. Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh Undang-Undang dan terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana

e. Waktu, tempat, dan keadaan (unsur objektif lainnya).

Simons menyebutkan adanya unsur objektif dan unsur subjektif dari tindak pidana antara lain:40

a. Unsur objektif, yaitu : perbuatan orang, akibat yang terlihat dari perbuatan tersebut, adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan tersebut.

b. Unsur subjektif, yaitu : orang yang mampu bertanggung jawab, adanya kesalahan, adaanya sebab akibat / berhubungan dengan akibat dari perbuatan.

Dalam rumusan yang dirumuskan oleh Simons menurut Andi Hamzah yang dipandang oleh Jonker dan Utrecht, terangkumlah unsur-unsur penting dari suatu tindak pidana, diantaranya:41

a. Perbuatan tersebut diancam dengan pidana oleh hukum b. Perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum

c. Perbuatan tersebut dilakukan oleh orang yang bersalah

39Amir ilyas, Azas-azas Hukum Pidana,(Memahami Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan), (Jogjakarta: Rangkang Education,2012), hal 26

40Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cara Cepat Memahami Hukum Pidana, (Jakarta : Kencana Prenamedia Grup, 2014), hal 39-40.

41 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana menurut Al-Qur’an, (...), hal 21.

d. Orang tersebut dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.

3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Tindak pidana dapat dibedakan atas beberapa dasar-dasar tertentu, diantaranya:42

a. Menurut sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan (misdrijven) yang dimuat dalam buku II dan pelanggaran (overtredingen) yang dimuat dalam buku I b. Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil (formil

delicten) dan tindak pidana materil (materieel delicten)

c. Berdasarkan bentuk kesalahan, dibedakan anatara tindak pidana sengaja (doleus delicteen) dan tindak pidana tidak dengan sengaja (culpose delicteen) d. Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana aktif

atau positif yang disebut juga dengan tindak pidana komisi (delicta commisionis) dan tindak pidana pasif atau negatif yang disebut dengan tindak pidana omisi (delicta ommissionis)

e. Berdasarkan dalam jangka waktu terjadinya, yaitu tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana berlangsung lama atau terus menerus

f. Berdasarkan sumbernya, yaitu tindak pidana umum dan tindak pidana khusus g. Dari subjek hukum, tindak pidana communia dan tindak pidana propia

h. Dari segi berat atau ringannya pidana yang diancamkan, tindak pidana pokok dan tindak pidana diperberat serta tindak pidana diperingan.

Dalam hukum Islam dijelaskan jenis-jenis tindak pidana dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, diantaranya:43

42 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, (...), hal 117-119

a. Jarimah yang hukumannya ditetapkan dalam al-Qur‘an. Menurut fuqaha jenis jarimah ini disebut denga Jarimah Hudud, diantaranya: pembunuhan, zina, perampokan, pencurian, penuduhan, zina, dan pemberontakan.

b. Jarimah yang jenisnya disebutkan dalam al-Qur‘an namun hukumannya ditetapkan oleh Rasul. Jenis jarimah ini oleh fuqaha dikelompokkan kepada hudud, karena sunnah rasul merupakan sumber hukum Islam setelah al-Qur‘an, diantaranya: riddah, homoseksual,dan minum-minuman keras.

c. Jarimah yang jenisnya disebutkan dalam al-Qur‘an secara rinci, namun hukumannya sama sekali tidak disebutkan. Jarimah jenis ini sesuai dalam al-Qur‘an ada 30 macam, diantaranya: sihir, mengambil harta orang lain secara tidak sah, kawin dengan pezina, bunuh diri, melanggar sumpah, desersi (lari dari gelanggang pertempuran), persaksian palsu, penghinaan, perjudian dan masih banyak lagi yang lainnya.

Abdul Qadir Audah membaginya kepada tiga unsur, diantaranya:

a. Hudud b. Qishas/diyat c. Jarimah ta‘zir

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pecurian Menurut Hukum Positif

Dokumen terkait